OEE Overall Equipment Effectiveness

Berikut adalah gambar dari six big loses dapat di lihat pada gambar 3.9. Gambar 3.9Six Big Losses Sumber :http:www.plant-maintenance.comarticlesRCMvTPM.shtml

3.3.5. OEE Overall Equipment Effectiveness

Overall equipment effectiveness OEE merupakan produk dari six big losses pada mesinperalatan. Keenam faktor dalam six big losses seperti telah dijelaskan di atas, dapat dikelompokkan menjadi tiga komponen utama dalam OEE untuk dapat digunakan dalam mengukur kinerja mesinperalatan yakni, downtime losses, speed losses dan defect lossesseperti dapat dilihat pada Gambar 3.10. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.10.Overall Equipment Effectiveness Sumber :http:www.plant-maintenance.comarticlesRCMvTPM.shtml Overall equipment effectiveness OEE merupakan ukuran menyeluruh yang mengindikasikan tingkat produktivitas mesinperalatan dan kinerjanya secara teori. Pengukuran ini sangat penting untuk mengetahui area mana yang perlu untuk ditingkatkan produktivitas ataupun efisiensi mesinperalatan dan juga dapat menunjukkan area bottleneck yang terdapat pada lintasan produksi. 8 3.7 Formula matematis dari overall equipment effectiveness OEE dirumuskan sebagai berikut : Kondisi operasi mesinperalatan produksi tidak akan akurat ditunjukkan jika hanya didasarkan pada perhitungan satu faktor saja, misalnya performance efficiency saja. Enam faktor pada six big losses baru minor stoppages saja yang dihitung pada performance efficiency mesinperalatan.Rugi-rugi lainnya belum dihitung.Keenam faktor dalam six big losses harus diikutkan dalam perhitungan OEE, kemudian kondisi aktual dari mesinperalatan dapat dilihat secara akurat. Jonsson, P., M. Lesshammar, “Evalution and Improvement of Manufacturing PerfomanceMeasurement System – The Role of OEE”. 1999. OEE = Availability x Performance x Rate of quality product x 100 Universitas Sumatera Utara 1. Ketersediaan Availability Availability Merupakan rasio operation time terhadap waktu loading timenya. Sehingga untuk dapat menghitung availability mesin dibutuhkan nilai-nilai dari : 1. Waktu Operasi Operation time 3.8 2. Waktu Persiapan Loading time 3.9 3. Waktu tidak bekerja Downtime 4.0 Nilai availability dihitung dengan rumus sebagai berikut : 4.1 4.2 Planned downtime adalah jumlah waktu downtime yang telah direncanakan dalam rencana produksi termasuk didalamnya waktu downtime mesin untuk pemeliharaan scheduled maintenance atau kegiatan manajemen lainnya. 2. Performance Effieciency Merupakan hasil perkalian dari operating speed rate dan net operating speed, atau rasio kuantitas produk yang dihasilkan dikalikan dengan waktu siklus idealnya terhadap waktu yang tersedia untuk melakukan proses produksi operation time. ������������ = ������� ���� − �������� ������� ���� � 100 ������������ = ��������� ���� ������� ���� � 100 Loading time = Total availability time – Planned downtime Operation Time = Loading Time – Downtime Downtime = Breakdown + Set Up Universitas Sumatera Utara Operating speed rate merupakan perbandingan antara kecepatan ideal mesin sebenarnya theoretichalideal cycle time dengan kecepatan aktual mesin actual cycle time. Persamaan matematikanya dapat ditunjukkan sebagai berikut : 4.3 4,4 Net operating time merupakan perbandingan antara jumlah produk yang diproses processed amount dikalikan dengan actual cycle time dengan operation time. Net operating time berguna untuk menghitung rugi-rugi yang diakibatkan oleh minor stoppages dan menurunnya kecepatan produksi reduced speed. Tiga 41actor penting yang dibutuhkan untuk menghitung Performance efficiency : 1. Ideal cycle time waktu siklus idealwaktu standar 2. Processed amount jumlah produk yang diproses 3. Operation time waktu operasi mesin Performancy effieciency dapat dihitung sebagai berikut : 4.4 4.5 ��������� ����� ���� = ����� ����� ���� ������ ����� ���� � 100 ��� ��������� ���� = ������ ���������� ���� ��������� ���� � 100 ����������� = ������������������������������� ������������� � �������������� ��������������� ����������� = ��������� ������ � ����� ����� ���� ��������� ���� � 100 Universitas Sumatera Utara 3. Rasio Kualitas Produk Rate of Quality Products Rate of quality products Adalah rasio jumlah produk yang baik terhadap jumlah total produk yang diproses. Jadi Rate of quality products adalah hasil perhitungan dengan menggunakan dua faktor berikut : 1. Processed amount jumlah produk yang diproses 2. Defect amount jumlah produk yang cacat Rate of quality products dapat dihitung sebagai berikut : 4.6 TPM mereduksi rugi-rugi mesinperalatan dengan cara meningkatkan availability, performance efficiency dan rate of quality products. Sejalan dengan meningkatnya ketiga faktor yang terdapat dalam OEE maka kapabilitas perusahaan juga meningkat. Dengan memasukkan keenam faktor yang terdapat dalam six big losses dalam perhitungan OEE pada pertama kali umumnya perusahaan hanya mempunyai tingkat OEE sekitar 50 sampai 60, dengan kata lain pabrik hanya menggunakan setengah dari potensi kapasitas efektivitas mesinperalatan yang mereka miliki. Japan Institute of Plant Maintenance JIPM telah menetapkan standar benchmark yang telah dipraktekan secara luas di seluruh dunia. Berikut OEE Benchmarktersebut : • Jika OEE = 100, produksi dianggap sempurna: hanya memproduksi produk tanpa cacat, bekerja dalam performance yang cepat, dan tidak ada downtime. • Jika OEE = 85, produksi dianggap kelas dunia. Bagi banyak perusahaan, skor ini merupakan skor yang cocok untuk dijadikan goal jangka panjang. • Jika OEE = 60, produksi dianggap wajar, tapi menunjukkan ada ruang yang besar untuk improvement. ��� = ��������������� − ������������ ��������������� � 100 Universitas Sumatera Utara • Jika OEE = 40, produksi dianggap memiliki skor yang rendah, tapi dalam kebanyakan kasus dapat dengan mudah di-improve melalui pengukuran langsung misalnya dengan menelusuri alasan-alasan downtime dan menangani sumber-sumber penyebab downtime secara satu per satu. Untuk standar benchmark world class yang dianjurkan JIPM, yaitu OEE = 85,, Tabel 3.1. menunjukkan skor yang perlu dicapai untuk masing- masing faktor OEE Tabel 3.1WorldClass OEE Sumber : www.oee.comworld-class-oee.html Standar benchmark world class OEE tersebut relatif karena pada beberapa buku dan perusahaan menunjukkan standar skor yang berbeda, standar word class ini selalu didorong lebih tinggi sejalan meningkatnya persaingan dan harapan. Misal jika di pabrik sepatu mungkin quality rate90 dapat diterima, tapi jika di pabrik ban pesawat terbang quality rate 99.9. 9 Shirose, Kunio. Total Producyive MaintenanceNew Implementation Program inFabrication Assembly Industries. JapanInstitute of Plant Maintenance JIPM.Tokyo: 2007. OEE Factor World Class Availability 90.0 Performance 95.0 Quality 99.0 Overall OEE 85.0 Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian 4.1.1 Tempat penelitian Tempat penulis melakukan penelitian adalah di PT. TIRTA SIBAYAKINDO Desa Doulu, Kec. Berastagi, Kab. Karo, Sumatera Utara.

4.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari 26 April 2016 – 10 Mei 2016

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan menurut tingkat eksplanasi yaitu tingkat penjelasan, penelitian bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Berdasarkan ini penelitian yang digunakan adalah penelitian komparatif.Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan.Penelitian dilakukan untuk sampel lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda.

4.2 Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah mesin Thermoforming yang berada diarea pabrik PT. Tirta Sibayakindo. Spesifikasi Thermoforming tersebut adalah : Merk : GABLER Type : M 91 Kapasitas : 39000 jam Voltage Rating : 400 V Tekanan : 10 Bar

4.3 Instrumen Penelitian

Didalam penelitian dibutuhkan alat-alat yang mendukung serta digunakan yaitu: a. Alat tulis yang digunakan untuk mencatat keterangan yang diperoleh dalam melakukan penelitian. b. Data penerapanTotal Productive Maintenance dengan metode Overall Equipment Effectiveness. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Study Peningkatan Overall Equipment Effectiveness Melalui Penerapan Total Productive Maintenance Di PTPN IV PKS Pasir Mandoge

19 90 160

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Injection Molding Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

15 105 92

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Thermoforming Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

0 0 9

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Thermoforming Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

0 0 2

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Thermoforming Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

0 0 4

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Thermoforming Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

0 0 9

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Thermoforming Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

0 0 1

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Thermoforming Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

0 0 10

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Injection Molding Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

0 2 11

Analisa Total Productive Maintenance Pada Mesin Injection Molding Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) di PT. Tirta Sibayakindo (TSI)

0 0 2