Metode Pengumpulan Data Perkembangan Harga Beras Sumatera Utara

Namun karena sampel terlalu kecil untuk dianalisis sehingga data yang tersedia diproyeksikan sampai tahun 2020 dengan bantuan data yang ada dengan menggunakan metode trend. Trend adalah salah satu peralatan statistic yang dapat digunakan untuk memperkirakan keadaan di masa yang akan datang berdasarkan data masa lalu. Trend juga merupakan gerakan dan data deret berkala selama beberapa tahun dan cenderung menuju suatu arah, dimana arah tersebut bisa naik, turun, maupun mendatar Ibrahim, 2009. Dalam memproyeksikan data digunakan dengan bantuan MINITAB 16 dimana merupakan software untuk memproyeksikan rasio kecukupan beras, harga beras, luas panen padi, jumlah penduduk, produksi jagung dan pendapatan regional per kapita 8 tahun kedepan. Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 23 sampel yaitu dari tahun 2000-2012 dan data proyeksi 2013 sampai 2020.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari literatur- literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti dan buku yang berkaitan dengan topik penelitian. Teknik dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dan mendokumentasikan data-data dan informasi yang berkaitan dengan objek studi. Universitas Sumatera Utara

3.4 Metode Analisis Data

Untuk masalah dalam penelitian ini dilakukan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square OLS. Alat bantu dalam mengolah data sekunder adalah SPSS versi 17.00. Untuk mengetahui pengaruh harga beras, Luas panen padi, jumlah penduduk, produksi jagung, dan pendapatan regional per kapita Sumatera Utara dalam penelitian ini digunakan model sebagai berikut: Y= a + a 1 X 1 + a 2 X 2 + a 3 X 3 + a 4 X 4 + a 5 X 5 + μ dimana : Y = rasio kecukupan beras persen X 1 = Harga beras Rpton X 2 = Luas panen padi Ha X 3 = Jumlah penduduk Juta Jiwa X 4 = Produksi jagung ton X 5 = Pendapatan regional per kapita Sumatera Utara Juta a = Konstanta intersep a 1 -a 5 = Koefisien variabel regresi μ = Kesalahan pengganggu

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum kita melakukan analisis data maka idealisnya jika model tersebut sebelumnya harus memenuhi uji aumsi klasik data dan terbebas dari asumsi- asumsi klasik statistik, baik itu normalitas, multikolineritas, autokorelasi maupun heteroskesdastisitas. Jika terjadi penyimpangan akan asumsi klasik digunakan Universitas Sumatera Utara pengujian statistik non parametrik sebaliknya asumsi klasik terpenuhi apabila digunakan statistik parametrik untuk mendapatkan model regresi yang baik.

3.4.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk memprlihatkan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk mengetahui data-data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak dapat di uji dengan 3.4.1.1.a Uji Kolmogorov-Smirnov Kita dapat melihat uji normalitas dengan ketentuan sebagai berikut: 1. P value sig. 0,05 maka populasi berdistribusi normal. 2. P value sig. 0,05 maka populasi tidak berdistribusi normal. Sulistyo, 2010. 3.4.1.1.b Uji dengan Metode Grafik Analisis grafik dilakukan dengan cara melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Dengan kriteria uji sebagai berikut: Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal: data residual model berdistribusi dengan normal. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal: data residual model tidak berdistribusi dengan normal Supriana dan Tasya, 2013. Universitas Sumatera Utara

3.4.1.2 Uji Multikolineritas

Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam suatu model. Kemiripan antar variabel independent dalam satu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang lainnya Lubis, et al., 2007:32. Multikolineritas dapat dideteksi dengan metode diantaranya dengan melihat: 1. jika nilai koefisien determinasi R 2 tinggi ; dalam uji secara serempak F- test, variabel-variabel bebas serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat; akan tetapi dalam uji parsial t-test, variabel-variabel bebas secara parsial banyak yang tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, maka hal ini mengindikasikan terjadi multikolineritas. 2. Melihat nilai standar error. Jika standar error yang besar mengindikasikan terjadinya multikolineritas 3. Jika nilai toleransi lebih besar dari 0,1 atau VIF Variance Inflation Faktor kurang dari 10. 4. terdapat koefisien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,8. Supriana dan Tasya, 2013.

3.4.1.3 Uji Autokorelasi

Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu e t pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya e t-1 . Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time series dengan n-sampel adalah periode waktu. Universitas Sumatera Utara Sedangkan untuk sampel crosssection dengan n-sampel item seperti nama kota, nama orang, nama daerah, dan sebagainya jarang terjadinya, karena variabel pengganggu item sampel yang satu berbeda dengan yang lainnya Lubis,et al., 2007:33 . Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model regresi yang digunakan maka cara yang digunakan dengan malakukan pengujian serial korelasi dengan metode Durbin-Watson. 0 dL dU 4-dU 4-dL Gambar 3.1. Aturan Membandingkan Uji DW dengan Tabel Durbin-Watson Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi: 1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound du dan 4-du, maka koefisien autokorelasi atau sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi 2. Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah atau lower bound dl, maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, maka ada auotokorelasi 3. Bila nilai DW lebih besar dari pada 4-dl, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari pada nol, maka ada autokorelasi 4. Bila nilai DW terletak antara batas atas du dan batas bawah dl atau DW terletak antara 4-du dan 4-dl, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Universitas Sumatera Utara

3.4.1.4 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi dalam regresi apabila varian error ei tidak konstan tidaknya varian error dapat dilakukan dengan menggambar grafik antara y dengan residu. Apabila garis yang membatasi sebaran titik-titik relatif paralel maka varian error dikatakan konstan. Untuk melihat terjadi tidaknya hererokedastisitas dengan grafik scatterplot yaitu 1. Jika grafik membentuk pola tertentu maka terjadi hererokedastisitas 2. Jika grafik tidak membentuk pola tertentu dan tersebar maka tidak terjadi hererokedastisitas Sulistyo, 2010.

3.4.2 Uji Statistika

Setelah mengestimasi data dengan uji asumsi klasik maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji statistik, uji ini dilakukan untuk mengetahui bermakna atau tidaknya variabel atau model yang digunakan secara parsial atau keseluruhan. Uji statistik yang dilakukan antara lain :

3.4.2.1 Uji Signifikansi Parameter Individual Uji- T

Uji ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi variabel independen secara individu terhadap variabel dependennya. Adapun hipotesis pada uji t ini adalah sebagai berikut : Jika nilai t hitung lebih besar dibandingkan dengan niai t tabel maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh secara individu variabel independen terhadap variabel dependennya, begitu juga sebaliknya. Disamping melihat t hitung, dapat Universitas Sumatera Utara juga dilihat nilai probabilitas. Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas adalah sebagai berikut :

3.4.2.2 Koefisien Determinasi R

2 Koefisien Determinasi R 2 yang bertujuan untuk melihat apakah variabel independent cukup memberikan arti dalam menjelaskan variabel dependen. Dengan kata lain variasi yang terjadi pada variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar R 2 .

3.4.2.3 Uji signifikan variabel secara Serempak Uji statistik F

Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah secara serempak semua variabel bebas yang dimasukkan kedalam model berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Uji statistik F dimasukkan untuk mengetahui tingkat signifikansi statistik koefisisen regresi secara serempak. Hipotesis nol H yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau: H : b 1 =b 2 =...=b k = 0 Artinya, seluruh variabel bebas secara serempak tidak berpengaruh signifikan atau nyata terhadap variabel bebas terikat. Hipotesis alternatif H 1 yang hendak diuji adalah tidak semua parameter secara serempak saa dengan nol, atau H : b 1 ≠b 2 ≠...≠ b k ≠ 0 Universitas Sumatera Utara Artinya, seluruh variabel bebas secara serempak berpengaruh signifikan atau nyata terhadap variabel terikat Supriana dan Pane, 2013.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian tentang istilah –istilah dalam penelitian maka dibuat definisi dan batasan perasional sebagai berikut:

3.5.1 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu defenisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, spesifikasi kegiatan, atau memberi suatu operasional yang dibutuhkan untuk mengukur variabel tersebut. Adapun defenisi operasional dari variabel yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1. Jumlah kebutuhan beras adalah jumlah beras yang dikonsumsi oleh rumah tangga dan non rumah tangga di Provinsi Sumatera Utara dalam jangka waktu satu tahun. Satuan dalam variabel ini adalah ton. 2. Jumlah ketersediaan beras adalah sejumlah beras yang tersedia untuk dikonsumsi setiap rumah tanggan dan non rumah tangga dimana ketersedian merupakan jumlah dari produksi beras, stok beras dan jumlah impor beras. Satuan dari variabel ini adalah ton. 3. Stok beras merupakan jumlah beras yang dapat disimpan oleh suatu daerah setiap tahun. Satuan dari variabel ini adalah ton. Universitas Sumatera Utara 4. Rasio kecukupan beras adalah perbandingan jumlah ketersediaan beras dengan kebutuhan beras di provinsi Sumatera Utara. Satuan dari variabel ini adalah persen. 5. Harga beras yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga eceran yaitu harga komoditi beras yang sudah ditambah dengan biaya pemasaran. Satuan dalam variabel ini adalah Rpton. 6. Luas panen padi adalah luas lahan padi yang siap untuk dipanen. Satuan luas panen padi dalam penelitian ini adalah hektar. 7. Jumlah penduduk adalah seluruh jumlah penduduk Sumatera Utara yang tercatatan dari seluruh kabupatenkota Sumatera Utara. Satuan variabel ini adalah juta jiwa. 8. Produksi jagung adalah seluruh hasil produksi jagung tiap tahun dari seluruh kabupatenkota di Sumatera Utara. Satuan variabel ini adalah ton. 9. Pendapatan regional per kapita Sumatera Utara adalah pendapatan rata-rata Sumatera Utara dari seluruh sektor yang ada dibagi jumlah penduduk dalam pertengahan tahun. Satuan variabel ini adalah jutatahun. Universitas Sumatera Utara

3.5.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data yang diambil adalah data tahunan dari tahun 2000 sampai 2012 dan ditambah data proyeksi 8 tahun dari tahun 2013-2020 yang meliputi data kebutuhan beras, jumlah produksi beras, stok beras, import beras, harga beras, luas panen padi, Luas panen padi, jumlah penduduk, produksi jagung dan pendapatan per kapita Sumatera Utara di provinsi Sumatera Utara 2. Penelitian ini dilakukan di Sumatera Utara 3. Waktu penelitian dimulai tahun 2014 Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada gari 1 -4 Lintang Utara dan 98 -100 Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayah Provinsi Sumatera Utara: Sebelah Utara: Provinsi Aceh Sebelah Timur: Negara Malasyia di Selat Malaka Sebelah Selatan: Provinsi Riau dan Sumatera Barat Sebelah Barat: Samudera Hindia. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km 2 , sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-Pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik dibagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera. Povinsi Sumatera Utara mempunyai 25 kabupaten. 8 kota, 325 kecamatan dan 5.456 kelurahandesa. Berdasarkan luas daerah menurut kabupatenkota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah Kabupaten Mandailing Natal 6.620,70 km 2 atau sekitar 9,23 dari total luas Sumatera Utara sedangkan yang terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77 km 2 atau sekitar 0,02 dari total wilayah Sumatera Utara. Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim Universitas Sumatera Utara cukup panas bisa mencapai 30,1 C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian yang suhu minimalnya bisa mencapai 21,4 C. Sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia, Provinsi Sumatera Utara mempunya musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan November sampa dengan bulan Maret dan musim penghujan biasanya terjadi bulan September, di antara kedua musim itu diselingi oleh musim pancaroba. Indeks Pembangunan Manusia IPM terus menunjukkan peningkatan dari 68,8 pada tahun 2003 menjadi 75,13 pada tahun 2012, lebih tinggi dibandingkan angka IPM nasional yang mencapai 73,29 atau berada pada perigkat ke-8 secara nasional. Tingkat kemiskinan berhasil ditekan dari 14,93 persen pada tahun 2004 menjadi 10,39 persen pada tahun 2013. Tingkat kemiskinan Sumatera Utara berada dibawah kemiskinan secara nasional yang sebesar 11,47 persen. Tingkat pengangguran di Sumatera menurun dari 13,75 persen pada tahun 2004 menjadi 6,53 persen pada tahun 2013. Sedangakan potensi kerja naik menjadi 70,67 persen di tahun 2013 dibanding pada tahun 2012 yang sebesar 69,41 persen dari total penduduk usia kerja 15 tahun atau lebih yang berjumlah 8,9 juta jiwa. Tingkat pelayanan kesehatan yang semakin membaik, telah mendorong usia harapan hidup penduduk Sumatera Utara dari 68,0 pada tahun 2003 menjadi 69,81 tahun 2012, sedangkan kualitas sumber daya manusia berhasil ditingkatkan dari rata-rata lama sekolah penduduk Sumatera Utara dari 8,4 persen pada tahun 2004 menjadi 9,07 pada tahun 2012. Universitas Sumatera Utara Jumlah penduduk dunia dari tahun ketahun mengalami peningkatan yang menyebabkan kebutuhan akan bahn pangan terutama beras semakin meningkat. Adapun pertumbuhan jumlah penduduk Provinsi Suamtera Utara berikut: Tabel 4.1 Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk Juta Jiwa 2000 11,51 2001 11,72 2002 11,86 2003 12,01 2004 12,14 2005 12,33 2006 12,64 2007 12,83 2008 12,83 2009 13,39 2010 12,98 2011 13,10 2012 13,22 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2014 Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara tahun ketahun semakin meningkat dimana pada tahun 2000 jumlah penduduk Sumatera Utara sebanyak 11,51 juta jiwa menjadi 13,22 juta jiwa pada tahun 2012. Dalam jangka 12 tahun jumlah penduduk mengalami kenaikan sebesar 1,70 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,15.

4.1 Perkembangan Harga Beras Sumatera Utara

Secara umum, harga beras di Indonesia sangat mudah berfluktuasi tergantung kondisi pasar. Saat panen raya tiba, biasanya harga beras menjadi Universitas Sumatera Utara anjlok karena over produksi, produsen terpaksa melepas beras dengan harga lebih rendah karena beras adalah barang yang mudah rusak jika terlalu lama disimpan. Sementara jika terjadi gagal panen yang hebat, harga beras akan melambung karena permintaan beras melebihi kemampuan penawarannya. Harga beras yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga beras di tingkat pasar dimana harga beras petani yang sudah ditambahkan dengan biaya lain seperti transport. satuan harga beras yaitu Rpton. Adapun perkembangan harga beras Sumatera Utara tahun 2000-2012 dapat kita lihat pada tabel berikut: Tabel 4.2 Perkembangan Harga Beras Provinsi Sumatera Utara Tahun Harga Beras RpKg 2000 2.363,00 2001 2.667,00 2002 3.080,00 2003 3.120,00 2004 3.209,00 2005 3.792,00 2006 5.000,00 2007 6.046,00 2008 6.230,00 2009 6.516,00 2011 8.116,00 2012 8.434,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2014 Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa harga beras dari tahun 2000-2012 mengalami kenaikan dimana tahun 2000 harga beras sebesar Rp. 2.363,00 menjadi Rp. 8.434,00 pada tahun 2012. Dapat dilihat kenaikan sebesar Rp. 6.071. kenaikan yang paling besar terjadi pada tahun 2005 ke 2006 yaitu dari harga Rp. Universitas Sumatera Utara 3.792,00 menjadi Rp.5.000,00.dan dimana laju kenaikan harga beras yaitu sebesar 11,19.

4.2 Perkembangan Luas panen padi Provinsi Sumatera Utara