Cahaya matahari yang masuk ke perairan mengalami penyerapan dan berubah menjadi energi panas, proses penyerapan cahaya berlangsung lebih intensif pada
lapisan sebelah atas perairan sehingga lapisan ini akan lebih panas dan mempunyai densitas yang lebih kecil dari pada lapisan bawahnya Effendi, 2000.
2.2.2 Kecerahan
Selama periode pasang surut maupun pada pasang naik menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan waktu, dimana pada waktu
pasag surut pengaruh daratan lebih dominan sehingga tingkat kecerahannya lebih tinggi berpengaruh terhadap kondisi perairan, juga dipengaruhi oleh limbah yang
menutupi permukaan perairan sehingga dapat menghalangi penetrasi cahaya Nontji, 1993.
2.2.3 Salinitas
Salinitas merupakan nilai yang menunjukkan jumlah garam-garam terlarut dalam satuan volum air yang biasanya diny
atakan dalam satuan promil ‰ Setiawan, 2008. Notji 2002 menyatakan bahwa perairan dengan pengadukan
vertikal yang kuat disebabkan oleh gerak pasang surut hingga menyebabkan perairan sungai menjadi homogen secara vertikal, karena berada di bawah kondisi
pasang surut maka salinitas dapat berubah secara drastis, bergantung pada kedudukan pasang dan surut. Pada saat surut salinitas didominansi oleh air tawar
yang datang dari sungai, sedangkan pada saat pasang masuknya air laut yang menentukan salinitas.
2.2.4 pH
Nilai pH ini dipengaruhi oleh beberapa parameter, antara lain aktivitas biologi, suhu, kandungan oksigen, dan adanya ion-ion. Dari hasil aktivitas biologi
dihasilkan CO
2
yang merupakan hasil respirasi, CO
2
inilah yang akan membentuk buffer atau penyangga untuk menyangga kisaran pH di perairan agar tetap stabil
Pescod, 1973. Kehidupan organisme akuatik sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai pH. Pada umumnya organisme akuatik toleran pada kisaran nilai pH yang
netral Odum, 1998. Makrozoobentos memiliki kisaran toleransi terhadap pH
Universitas Sumatera Utara
yang berbed-beda, seperti gastropoda lebih banyak ditemukan pada perairan dengan pH diatas 7. Bivalvia di dapatkan pada kisaran pH yang lebih lebar yaitu
5,6 – 8,3 Hawkes, 1979.
2.2.5 Kadar Organik
Bahan organik tanah merupakan semua fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai komponen penyusun tanah. Bahan organik ini biasanya merupakan
timbunan dari setiap sisa tumbuhan, binatang dan jasad mikro baik sebagian atau seluruhnya mengalami perombakan Marasabessy, 2003.
Bahan-bahan organik yang mengendap di dasar perairan merupakan sumber makanan bagi hewan bentos. Bahan tersebut biasanya berasal dari
dekomposisi organisme yang masuk ke sungai. Substrat yang kaya bahan organik dapat melimpahkan hewan bentos yang di dominasi oleh deposit feeder. Karakter
substrat suatu perairan sangat menentukan keberadaan makrozoobentos di perairan tersebut. Dasar berupa batuan-batuan di dominasi oleh makrozoobentos
yang mampu menempel dan melekat. Dasar yang lunak dan selalu berubah-ubah biasanya membatasi makrozoobentos untuk berlindung Setiawan, 2008.
Menurut Odum 1993, pengendapan partikel lumpur di dasar perairan tergantung pada arus air jika arus air kuat, partikel yang mengendap berukuran besar dan jika
arus air tidak kuat, partikel yang mengendap akan memiliki ukuran yang lebih kecil.
2.2.6 Tekstur Tanah