yang berbed-beda, seperti gastropoda lebih banyak ditemukan pada perairan dengan pH diatas 7. Bivalvia di dapatkan pada kisaran pH yang lebih lebar yaitu
5,6 – 8,3 Hawkes, 1979.
2.2.5 Kadar Organik
Bahan organik tanah merupakan semua fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai komponen penyusun tanah. Bahan organik ini biasanya merupakan
timbunan dari setiap sisa tumbuhan, binatang dan jasad mikro baik sebagian atau seluruhnya mengalami perombakan Marasabessy, 2003.
Bahan-bahan organik yang mengendap di dasar perairan merupakan sumber makanan bagi hewan bentos. Bahan tersebut biasanya berasal dari
dekomposisi organisme yang masuk ke sungai. Substrat yang kaya bahan organik dapat melimpahkan hewan bentos yang di dominasi oleh deposit feeder. Karakter
substrat suatu perairan sangat menentukan keberadaan makrozoobentos di perairan tersebut. Dasar berupa batuan-batuan di dominasi oleh makrozoobentos
yang mampu menempel dan melekat. Dasar yang lunak dan selalu berubah-ubah biasanya membatasi makrozoobentos untuk berlindung Setiawan, 2008.
Menurut Odum 1993, pengendapan partikel lumpur di dasar perairan tergantung pada arus air jika arus air kuat, partikel yang mengendap berukuran besar dan jika
arus air tidak kuat, partikel yang mengendap akan memiliki ukuran yang lebih kecil.
2.2.6 Tekstur Tanah
Tekstur mempunyai arti kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, tekstur dapat dirasakan apakah tanah tersebut kasar dan tajam atau halus dan lembut,
sebutan tekstur menunjukkan distribusi ukuran-ukuran partikel yang terdapat dalam tanah tersebut. Dengan demikian, tektur tanah merupakan suatu ciri tanah
yang permanen dan alami, yang paling sering dipergunakan untuk mengelompokkan susunan fisiknya. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya
tanah, berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Bahan-bahan tanah yang halus dapat dibedakan menjadi, pasir 2mm-50µ, debu
50µ-2µ dan liat kurang dari 2µ Marasabessy, 2003.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Berdasarkan habitatnya, burung dikelompokkan menjadi dua, yaitu burung
teresterial dan burung air aquatik. Menurut Faaborg 1988, burung air berdasarkan lokasi makan, dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: Wading
bird , yaitu burung air yang berukuran besar dengan kaki panjang, Shorebird, yaitu
kelompok burung berukuran kecil, Waterfowl, yaitu burung yang memperoleh makan dengan berenang di perairan tawar, Seabird, yaitu burung yang
memperoleh makan dengan cara terbang, berenang dan menyelam di dalam air laut.
Burung pantai merupakan burung air yang secara ekologis bergantung pada kawasan pantai, baik digunakan sebagai tempat mencari makan dan berbiak
Howes et al. 2003. Meskipun banyak diantara burung ini berbiak jauh di daerah daratan yang bukan lahan basah ataupun pantai, tapi mereka sangat tergantung
pada kawasan pantai yang digunakan sebagai tempat perantara dalam melakukan migrasi. Sebagian besar dari kelompok burung pantai merupakan pengembara
ulung yang menghabiskan waktu berbiak di belahan bumi utara dan waktu mencari makan di belahan bumi selatan Howes et al. 2003, Diana, 2007,
Sukmantoro et al. 2007. Burung pantai biasanya hidup secara berkelompok selama periode tidak
berbiak, yang mengakibatkan adanya kompetisi baik dalam mencari makanan maupun beristirahat. Kompetisi tersebut berkurang karena adanya spesialisasi
morfologi. Diantara spesialisasi morfologi burung yaitu; bentuk dan ukuran paruh, bentuk dan ukuran kaki serta ukuran mata. Kelompok burung pantai memiliki
perilaku yang khas dan mencolok dalam mencari makan, sehingga mudah dikenali dan diidentifikasi. Perbedaan ini karena adanya perbedaan ukuran dan bentuk
paruh, ukuran dan bentuk kaki serta habitat dari masing-masing burung pantai. Burung yang memiliki mata besar, makan dengan berdiri tegak sambil melihat
mangsa selanjutnya, berlari dan mematuk mangsanya. Burung dengan paruh yang
Universitas Sumatera Utara
lebih panjang, umumnya memiliki mata lebih kecil dan mencari makan dengan menusuk-nusukkan paruh ke dalam sedimen Howes et al. 2003.
Berdasarkan penelitian Putra 2012, jumlah burung pantai yang terdapat di kawasan Pesisir Pantai Timur sebanyak 26 spesies. Penelitian yang telah
dilakukan Jumilawaty 2012 di Pantai Labu, menemukan burung pantai sebanyak 20 spesies. Sementara itu, jumlah burung pantai yang ada di dunia sekitar 214
jenis. Dimana 65 spesies diantaranya tercatat ditemukan di Indonesia Howes et al
. 2003, Diana, 2007. Burung pantai yang terdapat di Indonesia termasuk ke dalam famili Jacanidae, Rostratulidae, Haematopodidae, Recurvirostridae,
Burhinidae , Glareolidae, Charadriidae, dan Scolopacidae Rusila, 1994 dalam
Howes et al. 2003. Sumber makanan burung pantai sebagian besar berupa bentos terutama
makrozoobentos. Bentos merupakan organisme air yang mendiami bagian dasar perairan dan tinggal di dalam atau pada sedimen dasar perairan Odum, 1971.
Makrozoobentos yang sering dijadikan makanan burung pantai diantaranya berasal dari ordo bivalvia, gastropoda, crustacea, polychaeta dan ikan Howes et
al . 2003.
Makanan adalah faktor yang mempengaruhi keberlangsungan hidup makhluk hidup tanpa terkecuali burung air. Makanan dibutuhkan burung air
sebagai sumber energi untuk melakukan berbagai proses fisiologi dalam kelangsungan hidupnya, antara lain untuk bergerak, berkembang biak dan
melakukan interaksi dengan burung air lainnya. Makanan merupakan sumber daya yang sangat penting dalam banyak aspek bagi ekologi burung Wiens, 1989.
Perbedaan morfologi antar spesies burung pantai sangat berpengaruh terhadap sebaran dan cara mencari makan burung pantai pada lahan basah Howes
et al . 2003. Pantai Labu merupakan salah satu tempat burung mencari makan.
Pantai Labu merupakan daerah estuari dengan zona transisi antara dua lingkungan perairan, yakni air asin dari Selat Malaka dan air tawar yang mengalir dari sungai.
Estuari merupakan tempat penimbunan bahan organik berupa substrat yang terbawa oleh arus sungai ke laut dan banyak ditumbuhi oleh hutan mangrove yang
merupakan habitat bagi berbagai biota perairan diantaranya dari kelompok bentos sebagai makanan burung pantai Sembiring, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Pantai Baru merupakan salah satu pantai yang terdapat di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara dan termasuk ke
dalam kawasan pesisir Pantai Timur yang telah ditetapkan sebagai salah satu Daerah Penting Burung DPB Holmes Rombang, 2001. Pantai Baru
merupakan salah satu tempat burung mencari makan feeding ground. Keadaan ini menunjukkan bahwa di pantai ini cukup banyak tersedia makanan burung
pantai. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang “Keanekaragaman Burung
Pantai Dan Potensi Makanan di Kawasan Pantai Baru, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara”.
1.2 Permasalahan