Keaslian Penulisan Tinjauan pustaka

2. Secara praktis Penulisan skripsi ini merupakan salah satu bentuk latihan dalam menyusun suatu karya ilmiah meskipun masih sangat sederhana. Pelaksanaan hasil dari penelitian yang dilakukan juga dapat memberikan tambahan pengetahuan serta pengalaman di dalam bidang penyelesaian sengketa hukum. Skripsi ini ditujukan kepada kalangan praktisi dan penegak hukum serta masyarakat untuk lebih mengetahui bagaimana pelaksanaan dari suatu penyelesaian sengketa kepalitan yang terjadi berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 serta memberikan pengetahuan dan informasi kepada para praktisi hukum, civitas akademik, dan pemerintah sendiri mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan apabila terjadi sengketa kepailitan di dalam masyarakat.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan informasi yang diketahui dan penelusuran kepustakaan yang dilakukan khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan skripsi terkait “Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Sengketa Kepailitan”, telah dituliskan sebelumnya oleh salah seorang penulis. Yaitu: Belinda, stambuk 2003 pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan judul skripsinya “Peranan Pengadilan Niaga Dalam Menyelesaikan Sengketa Kepailitan”. Namun penulisan skripsi dengan judul “Kewenangan Pengadilan Niaga Dalam Sengketa Kepailitan” belum pernah dituliskan sebelumnya. Dengan demikian, berdasarkan perumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai dari Universitas Sumatera Utara penulisan skripsi ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya yang asli dan bukan merupakan hasil jiplakan dari skripsi orang lain. Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran sendiri, referensi dari buku-buku, undang- undang, makalah-makalah, serta media elektronik yaitu internet dan juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan asas-asas keilmuan yang rasional, jujur, dan terbuka, maka penelitian dan penulisan dari skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

E. Tinjauan pustaka

1. Kepailitan Istilah pailit dapat dijumpai di dalam perbendaharaan bahasa Belanda, Perancis, Latin dan Inggris. Di dalam bahasa Perancis, istilah faillite artinya pemogokan atau kemacetan dalam melakukan pembayaran. Orang yang mogok atau macet atau berhenti membayar utangnya disebut dengan Le faille. Di dalam bahasa Belanda dipergunakan istiliah faillite yang mempunyai arti ganda yaitu sebagai kata benda dan kata sifat. Sedangkan di dalam bahasa Inggris dipergunakan isitilah to fall dan di dalam bahasa latin dipergunakan istilah failure. 9 Sedangkan menurut Black’s Law Dictionary, pailit diartikan sebagai: “The state or condition of a person Individual, partnership, corporation, municipality who is unable to pay its debt as they are, or become due. The term includes a 9 Sunarmi,op.cit., hlm.23. Universitas Sumatera Utara person againts whom an involuntary petition has been filed, or who has filed a voluntary petition, or who has been adjudged a bankrupt”. 10 Sedangkan menurut Fuady, arti sebenarnya dari pailit adalah seorang pedagang yang bersembunyi atau melakukan tindakan tertentu yang cenderung untuk mrngrlabuhi pihak krediturnya. Kata Pailit dapat juga diartikan sebagai Bankrupt. Dari pengertian bankrupt yang diberikan oleh Black’s Law Dictionary, diketahui bahwa pengertian pailit dihubungkan dengan ketidakmampuan untuk membayar dari seorang debitor atas utang - utangnya yang telah jatuh tempo. Ketidakmampuan untuk membayar tersebut diwujudkan dalam bentuk tidak dibayarnya utang meskipun telah ditagih dan ketidakmampuan tersebut harus disertai dengan proses pengaduan ke Pengadilan, baik atas permintaan debitor itu sendiri maupun atas permintaan seorang atau lebih kreditornya. 11 Pada tahun 1998 dimana Indonesia sedang diterpa krisis moneter yang menyebabkan banyaknya kasus-kasus kepailitan terjadi secara besar-besaran dibentuklah suatu PERPU No. 1 tahun 1998 mengenai kepailitan sebagai pengganti Undang-undang Kepailitan peninggalan Belanda. Selanjutnya PERPU ini diperkuat kedudukan hukumnya dengan diisahkannya UU No. 4 Tahun 1998. Dalam perkembangan selanjutnya dibentuklah Produk hukum yang baru mengenai Kepailitan yaitu dengan disahkannya UU No. 37 Tahun 2004 Tentang 10 Radianadi, kedudukan pengadilan niaga menurut uu no 37 tahun 2004 http:radianadi.wordpress.com20110314kedudukan-pengadilan-niaga-pn- menurut-uu-no-37-tahun-2004_ftn20. Diakses tanggal 14 Maret 2011 11 Munir Fuady, 2002.hlm 7. Universitas Sumatera Utara Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran sebagai pengganti UU No. 4 tahun 1998. Adapun Udang-undang mengatur pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan Pailiit, yaitu: 1. Pihak Debitor itu sendiri 2. Pihak Kreditor 3. Jaksa, untuk kepentingan umum 4. Dalam hal Debitornya adalah Bank, maka pihak yang berhak mengajukan permohonan pailit adalah Bank Indonesia 5. Dalam hal Debitornya adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, maka pihak yang hanya dapat mengajukan permohonan pailit adalah Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM 6. Dalam hal Debitornya adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Re- Asuransi, Dana Pensiun, dan BUMN yang bergerak di bidang kepentingan Publik maka pihak yang mengajukan adalah Mentri Keuangan. 12 ketentuan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 ini menyimpulkan bahwa permohonan pernyataan pailit terhadap seorang debitor hanya dapat diajukan apabila memenuhi syarat-syarat berikut: 13 12 Taufiqmusa.pengertiankepailitandandasarhukum http:taufiqmusa.blogspot.com201205pe ngertian-kepailitan-dan-dasar-hukum.html. Diakses Mei 2012 Universitas Sumatera Utara a. Debitor terhadap siapa permohonan itu diajukan harus paling sedikit mempunyai dua kreditor atau dengan kata lain harus memiliki lebih dari satu kreditor. b. Debitor tidak membayar sedikitnya satu utang kepada salah satu kreditornya. c. Utang yang tidak dibayar itu harus telah jatuh waktu dan telah dapat ditagih. Mengenai syarat paling sedikit harus ada 2 dua kreditor, Pasal 2 ayat 1 Undang- Undang No. 37 Tahun 2004 memungkinkan seorang debitor dinyatakan pailit apabila debitor memiliki paling sedikit 2 dua kreditor,syarat mengenai keharusan adanya dua atau lebih kreditor dikenal sebagai concursus creditorium. Rasio adanya minimal dua kreditor tersebut adalah sebagai konsekuensi dari ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata, yaitu jatuhnya sita umum atas semua harta benda debitor itu untuk kemudian dibagi-bagikannya hasil perolehannya kepada semua kreditornya sesuai dengan tata urutan tingkat kreditor sebagaimana diatur dalam undang-undang. Apabila seorang debitor hanya mempunyai satu orang kreditor, eksistensi dari undang-undang kepailitan kehilangan raison d’etrenya, apabila debitor yang hanya memiliki seorang kreditor saja bila diperbolehkan mengajukan permohonan pailit padanya, harta kekayaan debitor yang menurut ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata merupakan jaminan utangnya tidak perlu diatur 14 13 Bagus Irawan, Aspek –Aspek Hukum Kepailitan; Perusahaan; dan Asuransi, PT Alumni, Bandung,2007,hal.15. 14 Bagus Irawan, Ibid.,hal.15. Universitas Sumatera Utara Pengadilan Niaga adalah pengadilan yang berada di dalam lingkungan badan Peradilan Umum, jadi bukanlah lingkungan badan peradilan yang berdiri sendiri. Pengadilan Niaga berwenang untuk memeriksa dan memutus sengketa kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang. 2. Pengertian Sengketa Pengertian sengketa dalam kamus Bahasa Indonesia, berarti pertentangan atau konflik, Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok,atau organisasi-organisasi terhadap satu objek permasalahan. Winardi mengemukakan Pertentangan atau konflik yang terjadi antara individu- individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain. 15 Dari kedua pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa sengketa adalah masalah antara dua orang atau lebih dimana keduanya saling mempermasalahkan suatu objek tertentu, hal ini terjadi dikarenakan kesalahpahaman atau perbedaan pendapat atau persepsi antara keduanya yang kemudian menimbulkan akibat hukum bagi keduanya. Sedangkan Ali Achmad berpendapat Sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan atau hak milik yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi keduanya. 16 15 Juwita.pengertiansengketainternasional http:juwita- art.blogspot.com201303pengertian-sengketa-internasional.html Diakses Maret 2013 16 Yuarta. definisi sengketa http:yuarta.blogspot.com201103definisi-sengketa.html Diakses Maret 2011 Universitas Sumatera Utara Persengketaan bisa terjadi karena: a. Kesalahpahaman tentang suatu hal. b. Salah satu pihak sengaja melanggar hak kepentingan negara lain. c. Dua negara berselisih pendirian tentang suatu hal. d. Pelanggaran hukum perjanjian internasional. 17 Terkait dengan sengketa kepailitan, sengketa kepailitan merupakan sengketa perdata yaitu suatu perkara perdata yang terjadi antara para pihak yang bersengketa di dalamnya mengandung sengketa yang harus di selesaikan oleh kedua belah pihak. 18 Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini adalah penelitian normative, yaitu penelitian yang membahas doktrin – doktrin atau asas-asas hukum.

F. Metode Penelitian