Selain arbitrase yang merupakan bentuk dari penyelesaian sengketa alternatif di luar pengadilan, teknik atau prosedur teknis lain yang sudah berjalan
adalah: negosiasi, konsiliasi, dan juga mediasi. Namun arbitrase adalah bentuk dari penyelesaian sengketa kepailitan yang paling banyak digunakan oleh
komunitas bisnis dan hukum. Maka dapat disimpulkan bahwa proses penyelesaian sengketa kepailitan
dilalui dengan cara pengajuan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan, kemudian Panitera mendaftarkan permohonan pernyataan pailit pada
tanggal permohonan yang bersangkutan pada saat diajukan, dan kepada pemohon pernyataan pailit diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh pejabat
yang mempunyai wewenang dengan tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran, lalu Panitera akan menyampaikan permohonan pernyataan pailit itu
kepada Ketua Pengadilan paling lambat 2 hari setelah tanggal permohonan didaftarkan, dan dalam jangka waktu paling lambat 3 hari setelah tanggal
permohonan pernyataan pailit didaftarkan, Pengadilan akan memperlajari permohonan dan menetapkan hari sidang, kemudian sidang pemeriksaan atas
permohonan pernyataan pailit akan diselenggarakan dalam jangka waktu paling lambat 20 hari setelah tanggal permohonan didaftarkan.
D. Upaya Hukum Yang Dilakukan Terkait Penyelesaian Sengketa Kepailitan.
Upaya hukum merupakan langkah atau usaha yang diperlukan oleh pihak- pihak yang berkepentingan untuk memperoleh keputusan yang adil. Upaya hukum
Universitas Sumatera Utara
yang dikenal dalam hal penyelesaian sengketa kepailitan yakni: kasasi dan peninjauan kembali.
Upaya hukum kasasi merupakan pengajuan permohonan hukum tingkat akhir apabila pemohon tidak puas atau keberatan atas putusan pada tingkat pertama.
Tidak ada tingkat banding atau tingkat dua. Dan apabila putusan itu telah berkekuatan tetap dapat diajukan permohonan peninjauan kembali.
Dalam Pasal 11 Undang-udang Kepailitan disebutkan, upaya hukum yang dapat diajukan terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit adalah kasasi ke
Mahkamah Agung, yaitu :
54
a. Upaya hukum terhadap putusan pailit dapat diajukan Kasasi ke
Mahkamah Agung. b.
Permohonan Kasasi diajukan paling lambat 8 hari setelah putusan pailit diucapkan.
c. Sidang permohonan Kasasi paling lambat 20 hari setelah tangal
permohonan Kasasi diterima. d.
Putusan Kasasi dapat diajukan Peninjauan Kembali. Pada umumnya dalam perkara perdata atau pidana maupun tatausaha
negara dan militer, hanya yang telah melalui putusan tingkat kedua dapat memohon pemeriksaan tingkat kasasi. Pada Mahkamah Agung dibentuk sebuah
Majelis yang khusus untuk memeriksa dan memutuskan perkara yang menjadi ruang lingkup Pengadilan Niaga. Mahkamah Agung dalam perkara kepailitan dan
penundaan kewajiban pembayaran utang merupakan pemeriksaan tingkat terakhir.
54
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, tentang “Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang”, Pasal 11
Universitas Sumatera Utara
Mahkamah Agung akan bertindak baik judex factie maupun judex iuri. Sehingga setelah putusan Mahkamah Agung tingkat kasasi tidak ada upaya hukum biasa
yang dapat ditempuh
55
Dan upaya hukum lainnya yang dapat dilakukan untuk penyelesaian sengketa kepailitan adalah peninjauan kembali oleh Mahkamah Agung terhadap
putusan atas permohonan kepailitan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang Yang dapat dilakukan terhadap penyelesaian sengketa kepailitan adalah
kasasi ke Mahkamah Agung. Dengan demikian terhadap keputusan pengadilan di tingkat pertama tidak dapat diajukan upaya hukum banding, tetapi langsung dapat
dilakukan upaya kasasi. Permohonan kasasi yang dilakukan kepada Mahkamah Agung diajukan
paling lambat 8 hari setelah tanggal putusan yang dimohonkan, dengan mendaftarkan kepada Panitera Pengadilan yang telah memutus permohonan
pernyataan pailit. Kemudian Panitera Pengadilan akan mendaftarkan permohonan kasasi
tersebut pada tanggal permohonan yang bersangkutan yang diajukan dan kepada pemohon diberikan tanda terima tertulis yang ditandatangani oleh Panitera dengan
tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan pendaftaran. Pihak-pihak yang dapat mengajukan upaya hukum pada prinsipnya adalah
sama dengan pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit, yaitu: debitor, kreditor, Kejaksaan, Bank Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal
Bapepam, dan Menteri Keuangan.
55
Kurniawan. Pemberesan Harta Pailit pada Perusahaan Perorangan pada PT. SIERAD PRODUCE Tbkhttp:eprints.undip.ac.id156831Kurniawan.pdf diakses Juni 2007
Universitas Sumatera Utara
tetap. Peninjauan kembali atau biasa disebut Request Civiel adalah meninjau
kembali putusan perdata yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, karena diketahuinya hal-hal baru yang dulu tidak dapat diketahui oleh hakim, sehingga
apabila hal-hal itu diketahuinya maka putusan hakim akan menjadi lain. Syarat-syarat peninjauan kembali
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk peninjauan kembali diantaranya sebagai berikut:
56
1. Diajukan oleh pihak yang berperkara.
2. Putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
3. Membuat surat permohonan peninjauan kembali yang memuat alasan-
alasannya. 4.
Membayar panjar biaya peninjauan kembali. 5.
Menghadap di Kepaniteraan Pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama.
Terdapat juga beberapa alasan mengapa diajukannya peninjauan kembali, antara lain :
57
1. Adanya putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat
pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh Hakim pidana dinyatakan palsu.
56
DPW Badan Advokasi Hukum Nasdem Jabar. Jenis-jenis upaya hukum https:www.facebook.compermalink.php?story_fbid=426635834028930id=402725293086651
Diakses tanggal 16 april2012
57
DPW Badan Advokasi Hukum Nasdem Jabar. Jenis-jenis upaya hukum https:www.facebook.compermalink.php?story_fbid=426635834028930id=402725293086651
Diakses tanggal 16 april2012
Universitas Sumatera Utara
2. Apabila perkara sudah diputus, tetapi masih ditemukan surat-surat bukti
yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan.
3. Ada suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa pertimbangan sebab-
sebabnya. 4.
Apabila antara pihak-pihak yang sama, mengenai suatu yang sama, atau dasarnya sama, diputuskan oleh pengadilan yang sama tingkatnya, tetapi
bertentangan dalam putusannya satu sama lain. 5.
Apabila dalam suatu putusan terdapat kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan yang nyata. pasal 67 UU No. 141985.
E. Keberadaan Klausul Arbitrase dalam Menyelesaikan Sengketa Kepailitan.