Buku-Buku Skripsi Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaan Dasar Hukum Penyelesaian Sengketa Kepailitan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani. Seri Hukum Bisnis Kepailitan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2000. Harahap, M.Yahya. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni, 1986. Hartini, Rahayu. Penyelesaian Sengketa Kepailitan di Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group Indonesia, 2009. Nainggolan, Bernard. Perlindungan Hukum Seimbang Debitor-Kreditor Dan Pihak Berkepentingan Dalam Kepailitan. Bandung: Alumni. Raharjo, Handri. Wanprestasi Dalam Perjanjian. Bandung: Alumni, 2009. Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia, 2005. Subekti, R. Hukum Perdjandjian. Jakarta: Pembimbing Masa, 1970. Sunarmi. Hukum Kepailitan. Jakarta: Sofmedia.

B. Skripsi

Belinda. Peranan Pengadilan Niaga Dalam Menyelesaikan Sengketa Kepailitan. Universitas Sumatera Utara: Program Sarjana Fakultas Hukum, 2003.

D. Undang-Undang dan Peraturan Pelaksanaan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerlijke Wetboek. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Universitas Sumatera Utara

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN

A. Dasar Hukum Penyelesaian Sengketa Kepailitan.

Meskipun tidak ada disebutkan secara eksplisit mengenai penyelesaian sengketa kepailitan namun dapat dijelaskan bahwa dasar penyelesaian sengketa tersebut tertulis pada pasal 3 ayat 1 UUK dan PKPU. Dan peraturan mengenai kepailitan masuk juga di dalam hukum dagang meskipun tidak diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Peraturan kepailitan diatur di dalam peraturan tersendiri yaitu dalam Faillisement Verordening Staatsblaad 1905 Nomor 217 jo. 1906-348 yang mengandung 279 pasal yang terdiri dari 2 bab yaitu: 43 1. Bab I, tentang Kepailitan Van Faillisement Pasal 1 sampai dengan Pasal 211. 2. Bab II, tentang Penundaan Pembayaran Surseance van Betaling Pasal 212 sampai dengan Pasal 279. Baru pada tanggal 22 April tahun 1998, peraturan kepailitan tersebut kemudian disempurnakan melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1998. Dan pada tanggal 9 September 1998, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tersebut akhirnya ditingkatkan menjadi undang-undang yakni Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998. 43 Rahayu Hartini, op.cit., hlm. 72. Universitas Sumatera Utara Di dalam Undang-Undang Kepailitan yang baru ini terdiri dari 289 pasal yang terbagi dalam 3 bab, antara lain: 44 1. Bab I, tentang Kepailitan mulai dari Pasal 1-211. 2. Bab II, tentang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU Pasal 212- 279. 3. Bab III tentang Pengadilan Niaga, Pasal 280-289. Bila dibandingkan dengan peraturan kepailitan yang lama ini, maka pada peraturan kepailitan yang baru ada tambahan 1 Bab yaitu Bab Ketiga yang berisi 10 Pasal yang mengatur tentang Pengadilan Niaga, merupakan Pengadilan yang berwenang dalam mengadili sengketa kepailitan yang telah terjadi yang berada di dalam lingkungan peradilan umum. Dalam perjalanan waktunya, Undang-Undang Kepailitan Nomor 4 Tahun 1998 ini pun dirasa masih belum mampu mengakomodasi semua kepentingan pihak-pihak dalam penyelesaian sengketa kepailitan. Oleh karena itu, perlu dibenahi dan disempurnakan baik dari segi aspek formal maupun materiilnya. Maka pada tanggal 18 November 2004 disahkan dan diundangkanlah Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Dikatakan bahwa dalam peraturan perundangan yang lama yakni dalam Faillisement Verordening, kemudian di dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 maupun Undang-Undang Kepailitan 44 Ibid., hlm. 73. Universitas Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 1998 tidak diatur secara eksplisit atau khusus tentang asas-asas yang berlaku dalam kepailitan. Namun pada Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 di dalam penjelasannya disebutkan bahwa keberadaan undang-undang ini mendasarkan pada sejumlah asas-asas dalam kepailitan yakni: asas keseimbangan, asas kelangsungan usaha, asas keadilan, dan asas integrasi. 45

B. Pihak-Pihak Yang Terlibat Di Dalam Penyelesaian Sengketa Kepailitan