BAB IV KEWENANGAN PENGADILAN NIAGA DALAM SENGKETA
KEPAILITAN
A. Sejarah Keberadaan Pengadilan Niaga.
Pengadilan Niaga berasal dari dua kata yaitu: Pengadilan, dan Niaga. Pengadilan menurut WJS Poerwodarminto dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia berarti dewan yang mengadili perkara. Karena itu perlu dibedakan dengan Peradilan yang berarti segala sesuatu mengenai perkara Pengadilan.
Pengadilan adalah institusi yang bertugas untuk menerima, memeriksa, dan mengadili perkara di Pengadilan. Sedangkan Peradilan adalah sifat dan kegiatan
yang harus dilaksanakan oleh Pengadilan. Niaga menurut WJS Poerwodarminto diartikan sebagai dagang. Dengan kata lain Pengadilan Niaga dapat diartikan
dengan Pengadilan Dagang. Hal ini sesuai dengan terjemahan Wetboek Van Koophandel oleh Prof. R. Soebekti SH sebagai Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang.
63
Menurut Pasal 1 Angka 7 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, “pengadilan adalah
pengadilan niaga di dalam lingkungan peradilan umum”.
64
Pembentukan Pengadilan Niaga merupakan langkah diferensiasi atas Peradilan Umum yang dimungkinkan pembentukannya berdasarkan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman.
63
Parwoto Wignjosumarto, op.cit., hlm. 209.
64
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Pasal 1, Angka 7.
Universitas Sumatera Utara
Dalam ketentuan yang dituangkan di dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 dikatakan bahwa peradilan khusus yang
disebut Pengadilan Niaga tersebut akan khusus bertugas menangani permintaan pernyataan kepailitan.
Ketentuan mengenai pengadilan niaga merupakan suatu ketentuan yang benar-benar merupakan ketentuan baru yang ditambahkan ke dalam Undang-
Undang Kepailitan. Di dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Kepailitan khususnya dalam bagian uraian mengenai pokok-pokok penyempurnaan Undang-
Undang Kepailitan pada sub Ketujuh disebutkan “Penegasan dan pembentukan peradilan khusus yang akan menyelesaikan masalah secara umum.” Lembaga ini
berupa Pengadilan Niaga dengan hakim-hakim yang demikian juga akan bertugas secara khusus.
Keberadaan lembaga ini akan diwujudkan secara bertahap. Begitu pula dengan lingkup tugas dan kewenangannya di luar masalah kepailitan, akan
ditambahkan atau diperluas dari waktu ke waktu. Semuanya akan dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kebutuhan, dan yang penting lagi tingkat
kemampuan serta ketersediaan sumber daya yang akan mendukungnya. Untuk pertama kali, Pengadilan Niaga dibentuk pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat. Pembentukan Pengadilan Niaga selanjutnya akan dilakukan secara bertahap dengan Keputusan Presiden, dengan memperhatikan kebutuhan dan
kesiapan sumber daya yang diperlukan. Oleh karena itu sampai dengan
terbentuknya Pengadilan Niaga selanjutnya, maka semua perkara yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
lingkup kewenangan Pengadilan Niaga diperiksa dan diputuskan oleh Pengadilan
Niaga yang ada di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah dibentuk pada 22 April 1998 bertepatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
tentang Kepailitan yang diundangkan. Dan pada 20 Agustus 1998 saat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang berlaku secara efektif, Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat yang sesuai dengan Ayat 3 Pasal 281 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Kepailitan yang wilayah hukumnya sementara belum
ada atau belum dibentuk Pengadilan Niaga lainnya yang meliputi seluruh wilayah Negara Republik Indonesia sudah siap beroperasi.
65
Dengan dibentuknya lima Pengadilan Niaga, pembagian wilayah yurisdiksi relatif bagi perkara yang diajukan kepada Pengadilan Niaga menjadi
sebagai berikut:
66
1. Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
meliputi wilayah provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Lampung, dan Kalimantan Barat.
2. Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Ujung Pandang
meliputi wilayah provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, dan Irian Jaya.
3. Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan meliputi
wilayah provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, dan Daerah Istimewa Aceh.
65
Bernard Nainggolan, op.cit., hlm. 79.
66
Ibid., hlm. 80-81.
Universitas Sumatera Utara
4. Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya
meliputi wilayah provinsi Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur. 5.
Daerah hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Semarang meliputi wilayah provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pengadilan Niaga adalah pengadilan dalam lingkungan badan Peradilan Umum. Jadi bukanlah lingkungan badan peradilan yang berdiri sendiri.
Pengadilan Niaga memeriksa dan memutus permohonan kepailitan dan penundaan pembayaran. Di masa depan Pengadilan Niaga juga akan diberi wewenang
memeriksa dan memutus perkara-perkara perniagaan lain yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Penetapan Pengadilan Niaga sebagai yang berwenang memeriksa dan memutus permohonan atau perkara kepailitan semata-mata untuk mengefisienkan
proses pemeriksaan permohonan kepailitan dan penundaan pembayaran serta perkara perniagaan tertentu lainnya. Sedangkan mengenai pengorganisasian
sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku bagi peradilan umum. Peradilan Umum mempunyai hukum acara perdata berupa HIR atau Rbg.
Hukum acara perdata itu juga berlaku dan diterapkan pada Pengadilan Niaga, kecuali ditentukan lain dengan Undang-Undang Kepailitan. Tata cara pemeriksaan
perkara perdata umum gugatan pada Peradilan Umum berbeda dengan tata cara pemeriksaan perkara niaga pada Pengadilan Niaga. Perbedaan yang utama adalah
upaya pembuktian pada Pengadilan Niaga adalah upaya pembuktian pada
Universitas Sumatera Utara
Pengadilan Niaga adalah secara sederhana dan perkara harus sudah diputus paling lambat dalam waktu 30 tiga puluh hari sejak tanggal pendaftaran perkara.
HIR dan Rbg yang berlaku sebagai hukum formil pada Peradilan Umum tetap berlaku pada Pengadilan Niaga, kecuali yang diatur dan ditentukan lain
dalam Undang-Undang Kepailitan ini. Karena itu Hakim Niaga menggunakan asas hukum: Lex Specialis Derogat Lex Generalis, yaitu Undang-Undang yang
khusus mengesampingkan Undang-Undang yang berlaku umum. Pada Peradilan Umum dikenal upaya hukum banding atas putusan
Pengadilan Negeri sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947. Pengadilan Niaga tidak mengenal upaya hukum banding, upaya hukum
yang dapat dilakukan terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit adalah kasasi ke Mahkamah Agung. Tata cara pengajuan permohonan kasasi terhadap
putusan Pengadilan Niaga juga berbeda dengan perkara perdata umum. Terhadap putusan Pengadilan Niaga di tingkat pertama yang menyangkut
permohonan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang, hanya dapat diajukan kasasi kepada Mahkamah Agung. Untuk mengajukan
permohonan banding terhadap putusan Pengadilan Niaga ke Pengadilan Tinggi tidak berlaku pada Pengadilan Niaga. Tidak seperti halnya dalam perkara perdata
umum, dimana pihak berperkara dapat memajukan upaya hukum banding terhadap putusan Pengadilan Negeri kepada Pengadilan Tinggi sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947. Disamping itu tata cara dan juga tenggang waktu pengiriman berkas
perkara permohonan kasasi kepada Mahkamah Agung pun terdapat perbedaan
Universitas Sumatera Utara
yaitu selambat-lambatnya 30 hari untuk perkara perdata umum, sedang untuk perkara permohonan pernyataan pailit paling lambat 14 hari sejak tanggal
permohonan kasasi didaftarkan. Selain itu permohonan peninjauan kembali putusan perkara yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap pada Mahkamah Agung hanya dapat diajukan berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
67
1. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat atau
pada bukti-bukti yang dinyatakan palsu. 2.
Apabila ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan. 3.
Apabila telah dikabulkan sesuatu hal yang tidak dituntut. 4.
Apabila sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus. 5.
Apabila antara pihak-pihak, suatu soal dan atas dasar yang sama diputuskan bertentangan.
6. Apabila terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.
Permohonan peninjauan kembali hanya dapat dilakukan apabila:
68
1. Terdapat bukti tertulis baru yang penting, yang apabila diketahui pada
tahap persidangan sebelumnya akan menghasilkan putusan yang berbeda. 2.
Pengadilan Niaga yang bersangkutan telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum.
Disamping itu terdapat perbedaan mengenai tenggang waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali yaitu untuk Peradilan Umum adalah 180 hari
untuk keenam alasannya, sedang untuk Pengadilan Niaga adalah 180 hari untuk
67
Parwoto Wignjosumarto, op.cit., hlm. 215.
68
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
alasan terdapatnya bukti tertulis baru dan 30 hari untuk alasan melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum.
Perbedaan antara Pengadilan Niaga dan Pengadilan Negeri lainnya adalah alasan dan tata cara pemeriksaan terhadap upaya hukum peninjauan kembali.
Pengadilan Niaga dibentuk atas dasar ketentuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.1 Tahun 1998 yang telah disahkan menjadi Undang-Undang
berdasarkan Undang-Undang No.4 Tahun 1998 yang kemudian mengalami perubahan menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 yang dikenal dengan
Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Tidak seperti halnya pada Pengadilan Negeri yang mempunyai kedudukan
di Kotamadya atau di Ibukota Kabupaten dan daerah hukumnya meliputi wilayah Kotamadya atau Kabupaten, maka kedudukan dari Pengadilan Niaga adalah di
Ibukota Negara Republik Indonesia ataupun di Ibukota Provinsi Negara Republik Indonesia.
Pembentukan Pengadilan Niaga diluar Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dilakukan secara bertahap dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Salah satu
yang mungkin dipertimbangkan sebagai dasar perluasan Pengadilan Niaga adalah pada tempat kedudukan Balai Harta Peninggalan. Selain di Jakarta, Balai Harta
Peninggalan ini berkedudukan di Medan, Semarang, Surabaya, dan Ujung Pandang.
69
Sebagaimana yang dikatakan oleh Bagir Manan bahwa pembentukan Pengadilan Niaga diluar Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, salah satu hal yang
69
Bernard Nainggolan, op.cit., hlm. 74.
Universitas Sumatera Utara
mungkin dipertimbangkan sebagai dasar perluasan Pengadilan Niaga adalah pada tempat kedudukan Balai Harta Peninggalan. Dan melalui Keputusan Presiden
Nomor 97 Tahun 1999, pemerintah membentuk Pengadilan Niaga pada empat Pengadilan Negeri lainnya yaitu pada Pengadilan Negeri Ujung Pandang,
Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan Negeri Surabaya dan Pengadilan Negeri Semarang.
70
Pengadilan Niaga tersebut bukanlah merupakan pengadilan baru sebagai tambahan pengadilan yang telah ada seperti yang dimaksud dalam Pasal 10
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehakiman sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
1999 dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 yang meliputi Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan PTUN.
Pembentukan Pengadilan Niaga ini menunjukkan bahwa perkembangan sejarah peradilan di Indonesia telah mengalami peningkatan yang cukup berarti.
Dari segi struktur organisasi, kedudukan Pengadilan Niaga merupakan bahagian khusus di dalam lingkungan Peradilan Umum.
71
Tujuan utama dibentuknya Pengadilan Niaga ini adalah agar dapat menjadi sarana hukum bagi penyelesaian utang-piutang di antara para pihak yaitu debitor
dan kreditor secara cepat, adil, terbuka dan efektif, sehingga dengan demikian dapat meningkatkan penyelenggaraan kegiatan usaha dan kehidupan
perekonomian pada umumnya. Selain itu sebagai upaya untuk mengembalikan kepercayaan kreditor asing dalam proses utang-piutang swasta.
70
Ibid., hlm. 80.
71
Sunarmi, op.cit., hlm. 227-228.
Universitas Sumatera Utara
C. Tugas Dan Wewenang Pengadilan Niaga.