2.2.8 Pengetahuan Petani
Pengetahuan merupakan suatu tahapan pada saat seseorang atau sejumlah orang mengetahui adanya teknologi dan memperoleh pemahaman tentang cara
berfungsinya. Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Menurut Taher 2000 pengetahuan
berasal dari kata “tahu” yang diartikan sebagai pemahaman seseorang tentang sesuatu yang nilainya lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya. Pengertian tahu
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi setiap ragam stimulus yang berbeda. Memahami beragam konsep, pemikiran, bahkan pemecahan
terhadap masalah tertentu, sehingga pengertian tahu tidak hanya sekedar mengemukakan atau mengucapkan apa yang diketahui,tetapi sebaliknya dapat
menggunakan dalam praktek dan tindakannya.
2.2.9 Hubungan Pengetahuan Petani Dengan Adopsi Inovasi
Ilmu pengetahuan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan manusia untuk mengusahakan pengetahuan secara ilmiah, rasional, obyektif dan universal,
sehingga kecenderungan yang ada, setiap orang tidak puas hanya sekedar memiliki pengetahuan yang ada dalam benak pikirannya, tetapi juga berusaha
menerapkan ilmu pengetahuan tersebut kedalam realitas kehidupan, maka nampaklah arti praktis ilmu pengetahuan. Intervensi yang dilakukan dalam kaitan
dengan pembangunan sosial, antara lain merupakan intervensi yang diarahkan pada munculnya perubahan pada aspek pengetahuan, keyakinan, sikap, dan niat
individu.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pawit 2009 bahwa melalui pemahaman teori, seseorang bisa mengetahuai akan hal-hal yang dapat mempengaruhi, memperlancar, atau
menghambat komunikasi dan informasi suatu peristiwa. Dengan teori kita bisa berargumentasi lebih jauh mengenai suatu objek, gagasan atau ide, bahkan apa
saja yang mungkin bisa kita jelaskan secara ilmiah. Terdapat juga dalam beberapa penelitian yang menunjukkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi
inovasi yang dipengaruhi oleh: a tidak bertentangan dengan pola kebudayaan yang telah ada, b struktursosial masyarakat dan pranata sosial, c persepsi
masyarakat terhadap inovasi.
2.2.10 Peneliti Terdahulu
Dwi Arianda 2010 dalam penelitiannya yang berjudul Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Budidaya Padi Sistem Legowo di Kabupaten Tanggerang Studi
Kasus: BPP Cisauk Kecamatan Cisauk menyimpulkan bahwa mayoritas pengetahuan petani berada pada kriteria yang cukup dalam memahami sistem
legowo. Terdapat beberapa kendala petani dalam megadopsi sistem legowo, diantaranya: memakan biaya awal yang relatif lebih mahal dibadingkan dengan
sisitem budidaya yang telah diterapkan selama ini, meluangkan waktu yang banyak dalam pengawasan pengaturan jarak tanam dan pemindahan bibit padi ke
lahan, serta memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak. Malfrianti Romauli 2013 dalam penelitiannya yang berjudul Tingkat Adopsi
Petani Terhadap Teknologi Pertanian Terpadu Usahatani Padi Organik Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai
menyimpulkan bahwa tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu
Universitas Sumatera Utara
usahatani padi organik di daerah penelitian tinggi dengan jumlah persentase 70. Ada hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap
teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik, tetapi tidak terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani yang lain yaitu umur, tingkat
pendidikan, luas lahan serta total pendapatan keluarga dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik.
2.2.11 Kerangka Pemikiran