Ciherang
Ciherang merupakan merupakan salah satu varietas unggul yang juga dibudidayakan oleh petani menggunakan sistem jajar legowo di desa Balai Kasih.
Karakter khusus dari varietas ini yaitu bulirnya yang berbentuk panjang. Untuk aroma, ciherang tidak memiliki aroma wangi seperti cintanur.
Dalam budidayanya, ciherang dikenal oleh petani karena mempunyai daya tahan yang baik dibandingkan dengan varietas lainnya.
5.2 Tahapan budidaya padi sawah yang diterapkan oleh petani di Desa Balai
Pada dasarnya petani dalam menerapkan sistem jajar legowo ini tidak ada bedanya dengan sistem sebelumnya, mulai dari pembibitan hingga panen sepernuhnya
sama, penggunan jenis bibit, pupuk, maupun pestisida tidak ada perbedaan, hanya saja sistem tanam yang berbeda, jika sistem tanam sebelumnya tidak dibuat
barisan-barisan tanaman, maka dalam sistem tanam jajar legowo dibuat barisan. Adapun tahapan dalam bududaya jajar legowo dapat dilihat sebagai berikut:
Pembibitan
Petani biasanya melakukan pembibitan di lahan sawah langsung dengan alasan bibit padi yang akan dipindahkan ke lahan nantinya mudah beradaptasi dengan
kondisi sawah. Petani biasanya membuat bedengan di sawah agar pada saat benih padi ditabur, benih dapat dengan mudah tumbuh dan tidak tenggelam ke dalam
lumpur.
Universitas Sumatera Utara
Pengolahan Tanah dan Persisapan Lahan
Dalam kegiatan taninya, petani mengolah tanah dengan dibajak menggunakan handtraktor atau sering disebut petani dengan “jetorjonder”. Mereka beralasan
selain cepat dan hemat waktu, penggunaan traktor lebih praktis dibandingkan dengan membajak menggunakan hewan ternak atau dicangkul secara manual.
Petani memperbaiki pematang benteng sawah yang rusak agar pengairan yang dilakukan akan optimal dan pupuk tidak hanyut saat dilakukan pemupukan.
Penanaman
Setelah bibit berusia 18-21 hari, petani mulai menanam dan memindahkan bibit padi dari persemaian ke sawah. Sebelum penanaman, petani biasanya
menyemprot sawah dengan pestisidajenis molusida untuk membasmi keong mas yang gemar memakan bibit padi atau anakan padi yang masih muda. Pada waktu
penanaman, kondisi lahan tidak perlu berair, hanya becek-becek saja dengan alasan agar bibit cepat tumbuh dan beradaptasi ke lahan sawah. Setiap lubang,
petani hanya menanam 2 atau 3 batang bibit. Petani mengatakan, dengan menggunakan sistem legowo maka akan menghasilkan perakaran yang banyak,
hingga 25-30 batang padi per rumpun.
Pengaturan Air
Biasanya petani melakukan pengairan seperlunya dan sesuai dengan keadaan sawah, jika hujan jarang turun, maka pengairan akan lebih sering dilakukan oleh
petani.
Pemupukan
Universitas Sumatera Utara
Pemupukan biasanya dilakukan oleh petani pada saat tanaman berusia 7 hingga 10 hari. Petani mengatakan pada usia tersebut, padi membutuhkan banyak unsur hara
karena berada pada usia pertumbuhan. Pemupukan selanjutnya dilakukan oleh petani pada saat padi berumur 40 hingga 45 hari, dan pemupukan berikutnya
dilakukan petani apabila dirasa masih perlu dilakukan pemupukan, hal ini biasa diamati petani dari warna daun padi yang berwarna hijau pucat yang
mengindikasikan bahwa tanaman padi tersebut kekurangan unsur hara. Selain itu dilihat juga dari pertumbuhan tanaman padi tersebut.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan petani untuk mengendalikan gulma atau rumput liar yang mengganggu tanaman padi. Biasa petani melakukannya dengan mencabut secara
manual atau dalam bahasa Jawa di Balai Kasih dikenal dengan kata “matun”, dan dalam bahasa karo dengan istilah “ngeroro”.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pola sistem pertanian di Desa Balai Kasih dalam satu tahun terdapat 3 kali musim tanam, yaitu palawija-padi-padi. Petani mengatakan mengapa mereka tidak
menanam padi sepanjang tahun karena bertujuan untuk memutus siklus hidup dan perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman padi. Hal ini dirasa petani cukup
membantu menguragi serangan hama maupun penyakit tanaman padi setelah mereka menanam palawija. Apabila mereka menanam padi sepanjang tahun, maka
pada musim tanam yang ke-3, tanaman padi akan rusak, hasil panen yang diperoleh tidak memuaskan dan biaya untuk produksi meningkat. Dalam
budidaya, biasa petani mengendalikan hama dan penyakit menggunakan pestisida
Universitas Sumatera Utara
berbahan kimia. Petani mengatakan, beda serangan hama maupun penyakit maka beda jenis pestisida yang digunakan dan cara penanganannya. Petani
menggunakan insektisida untuk membasami wereng, ulat dan serangga lainnya, fungisida untuk membasmi jamur dan cendawan, molusida untuk membasmi
keong mas dan bekicot, rodentisida untuk membasmi tikusdan hewan pengerat jenis lain. Dalam setiap musim tanam padi, biasanya petani rutin melakukan yang
namanya “jaga burung” hal ini dikarenakan datangnya kawanan jenis burung yang biasa petani sebut dengan “burung emprit” untuk memakan bulir padi yang mulai
berisi dan menguning. Kegiatan jaga burung ini dilakukan petani pagi dan sore hari hingga padi yang mereka tanam panen. Petani mengaku jika padi mereka
tidak dijaga, maka hasil panen yang mereka dapat akan turun, oleh sebab itu setiap petani yang menanam padi sawah menjaga sawah mereka hingga panen dari
serangan burung emprit.
Panen
Biasanya petani memanen padi mereka saat bijibulir padi sudah menguning dan malainya sekitar 95. Jika panen dilakukan terlalu cepat, maka akan banyak bulir
padi yang hampa kosong atau biasa disebut petani dengan istilah “gabuk”, tetapi apabila panen dilakukan terlambat, maka akan banyak bulir padi yang rontok. Jadi
pada intinya petani mengatakan panen dilakukan pada tepat waktu. Dalam kegiatan panen, biasanya petani mengupahkan lahan mereka kepada buruh panen
dengan upah kepada buruh tersebut sebesar 18 hingga 20 dari hasil panen. Apabila petani yang lahannya tidak begitu luas, mereka memanen padi mereka
sendiri bersama dengan keluarga. Ada juga petani yang memanen padi mereka secara gotong-royong dan saling bergantian antara petani satu dengan yang lainya.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Tingkat Pengetahuan Petani Terhadap Teknologi Jajar Legowo