Pengambilan Keputusan 1. TINJAUAN PUSTAKA

36 e. Imbal balik keuangan financial payoff untuk organisasi, baik melalui pengurangan biaya atau peningkatan sales dan profit. Kelima ukuran tersebut dipertimbangkan menjadi limited value walaupun telah diambil keputusan untuk mengembangkan sistem tertentu. Manfaat dari sistem informasi tidak seluruhnya dapat dikuantitatifkan.Juga, manfaat yang tampak nyata tidak dapat secara mudah ditunjukkan dalarn aplikasi-aplikasi sistem pendukung pengambilan keputusan.Meskipun metodologi biayamanfaat secara luas telah dipakai, pengalaman menunjukkan bahwa estimasi-estimasi realistik selalu saja sulit diformulasikan.Peneliti dalam bidang Sistem Informasi Manajemen lebih menyukai untuk mengkonkritkan pengukuran kesuksesan pada aspek manusia dan organisasi, seperti kualitas informasi, sistem kualitas, dan dampak sistem pada kinerja organisasiHusein, 2002:318. 6. Pengambilan Keputusan 6.1. Hakikat Pengambilan Keputusan Kehidupan sehari-hari seorang eksekutif, manajer, kepala, ketua, direktur, rector, bupati, gubernur, menteri, presiden, atau pejabat apa pun, sesungguhnya adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan keputusan. Sebagian besar dari waktunya harus dicurahkan pada penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.Tidak menjadi soal apakah keputusan itu benar atau mengandung kelemahan. Oleh sebab itu banyak manajer yang berpendapat bahwa lebih baik membuat enam kesalahan dari sepuluh keputusan yang ia buat daripada sama Universitas Sumatera Utara 37 sekali tidak membuat keputusan. Bagi manajer tersebut yang penting timbul rasa kepuasan karena dapat mengambil keputusan hari itu Salusu, 2006:44. Ilustrasi itu menggambarkan bahwa pengambilan keputusan adalah aspek paling penting dari kegiatan manajemen.Oleh Salusu 2006:45 menjelaskan pengambilan keputusan merupakan kegiatan sentral dari manajemen Perrone, 1968, merupakan kunci kepemimpinan Gore, 1959, atau inti kepemimpinan Siagian, 1988. Bahkan Higgins 1979 melanjutkan bahwa pengambilan keputusan adalah kegiatan yang paling penting dari semua kegiatan karena di dalamnya manajer terlibat, dan malahan kata Hoy dan Miskel 1978, itu merupakan pertanggungjawaban utama dari semua administrator melalui suatu proses tempat keputusan-keputusan dibuat dan dilaksanakan. Simon dalam Salusu 2006: 46 pun mengingatkan betapa besar peranan pengambilan keputusan dalam tubuh organisasi mana pun. Dikatakannya; Kewajiban memutuskan menyusupi keseluruhan organisasi administratif sama jauhnya seperti yang dilakukan oleh kewajiban bertindak - sesungguhnyalah, kewajiban memutuskan itu terikat secara integral dengan kewajiban bertindak. Suatu teori umum mengenai administrasi harus mencakup prinsip-prinsip organisasi yang akan menjamin diambilnya keputusan yang benar, seperti halnya ia harus mencakup prinsip-prinsip yang akan menjamin dilakukannya tindakan yang efektif. Sehingga dalam pengambilan keputusan, dibutuhkan kemahiran menyeleksi dan menentukan keputusan yang paling tepat dari sekian banyak Universitas Sumatera Utara 38 alternatif.Sebab merupakan tugas yang cukup berat, karena dibebani tanggung jawab etis, untuk memutuskan suatu ketentuan ditengah peristiwa-peristiwa yang majemukbervariasi, tidak pasti, belum dikenal, dan sering muncul dengan tiba- tiba Kartono, 2002:88.

6.2. Pengertian Pengambilan Keputusan

Sebelum memahami pengertian pengambilan keputusan, di sini juga sekilas menjelaskan apa itu keputusan. Pada umumnya kata keputusan decision berarti pilihan choice, yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Namun, ia hampir tidak merupakan pilihan antara yang benar dan salah, tetapi yang justru sering terjadi ialah pilihan antara yang “hampir benar” dan yang “mungkin salah” Drucker dalam Salusu, 2006. Oleh Kenzie melihat bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah tingkat perorangan atau pada tingkat kolektif. Sedangkan Grew dan Wilson 1985 lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan adalah keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Ia dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktivitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana Salusu, 2006: 51. Sementara pengambilan keputusan menurut Salusu 2006:47 adalah proses memilih suatu alternative bagaimana cara bertindak dengan metode efisien sesuai dengan situasi. Proses itu untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil keputusan memerlukan Universitas Sumatera Utara 39 satu seri tindakan, membutuhkan beberapa langkah.Dapat saja langkah-langkah itu terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berpikir sistematis. Dalam dunia manajemen atau dalam kehidupan organisasi, baik swasta maupun pemerintah, proses seri tindakan itu lebih banyak tampak dalam berbagai diskusi. Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan adalah “sekali kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat Brinckloe dalam Salusu, 2006: 48.Dan sekali keputusan dibuat sesuatu mulai terjadi. Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan. Jadi, aturan ini menegaskan bahwa harus ada tindakan yang dibuat kalau sudah tiba saatnya dan tindakan itu tidak dapat ditunda. Sekali keputusan dibuat, harus diberlakukan dan kalau tidak, sebenarnya ia bukan keputusan, tetapi lebih tepat dikatakan suatu hasrat, niat yang baik Drucker dalam Salusu, 2006:48. Sehubungan dengan itu, oleh Salusu 2006 juga menjelaskan bahwa pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian, yaitu 1 penetapan tujuan yang merupakan terjemahan dari cita-cita, aspirasi, dan 2 pencapaian tujuan melalui implementasinya. Ringkasnya, keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Universitas Sumatera Utara 40

6.3. Jenis Keputusan

Masih tentang keputusan, oleh Sutherland 1977 memberikan klasifikasi keputusan ke dalam empat jenis, yang pertama adalah tujuan, cita-cita yang dibuat penanggung jawab tertinggi dalam organisasi yang kompleks, yang berhubungan dengan apa yang sebenarnya diinginkan. Kedua, keputusan stratejik yang mempersoalkan apa yang dapat dibuat untuk mencapai tujuan. Ketiga, keputusan taktis, yang mengarah pada bagaimana melaksanakan keputusan stratejik, dan lebih pendek jangka waktunya. Sesungguhnya jangka waktunya pendek, ia mempunyai implikasi jangka panjang yaitu apabila terlangkahi atau dilupakan, dapat mengakibatkan kerugian bagi organisasi Steiss, 1985. Keempat, keputusan operasional Salusu, 2006:59. Secara singkat oleh Salusu 2006: 59-60 menjelaskan bahwa pada dasarnya ada dua jenis keputusan yaitu, pertama, keputusan terprogram, dibuat sebagai respon terhadap masalah-masalah organisasi yang repetitive atau yang sudah baku. Banyak masalah dalam organisasi yang terjadi berulang-ulang, yang sudah biasa, tempat para manajer bias membuat criteria penampilan, informasi yang jelas, serta alternative keputusan yang lebih baik. Keputusan jenis ini lebih sering disebut sebagai keputusan rutin.Cakupannya meliputi keputusan operasional dan keputusan taktis. Kedua, keputusan tak terprogram, dibuat sebagai respons terhadap masalah-masalah unik, yang jarang dijumpai, dan yang tidak dapat didefenisikan Universitas Sumatera Utara 41 secara tepat, keputusan ini biasanya dikenal dengan nama keputusan stratejik.Dan cakupannya meliputi keputusan stratejik.

6.4. Kategori Keputusan

Ditinjau dari sudut perolehan informasi dan cara proses informasi, keputusan dapat pula dibagi dalam empat kategori Nutt dalam Salusu, 2006: 61. a. Keputusan Representasi Suatu keputusan dapat disebut keputusan representasi apabila pengambil keputusan menghadapi informasi yang cukup banyak, dan mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasikan informasi tersebut. Dengan begitu, akan lebih mudah dibuatkan model sehingga model itu mewakili informasi yang tersedia. b. Keputusan Empiris Suatu keputusan yang miskin informasi tetapi memiliki cara yang jelas untuk memproses informasi pada saat informasi itu diperoleh, disebut keputusan empiris. Pada keputusan ini terdapat ambiguitas serta konflik yang potensial mengenai informasi mana yang harus dicari dan bagimana menduga serta memprakirakan peristiwa-peristiwa yang tidak pasti.Tugas utama dari pengambil keputusan di sini ialah mencari informasi lagi. c. Keputusan Informasi Suatu situasi yang kaya informasi, tetapi diliputi kontroversi tentang bagaimana memproses informasi itu, akan menghasilkan apa yang disebut keputusan informasi. Konflik muncul ketika lahir perbedaan tentang informasi mana yang akan diproses dan yang akan digunakan untuk membuat prediksi- Universitas Sumatera Utara 42 prediksi. Integrasi pemikiran di antara para pengambilan keputusan terutama cara menangani informasi, diperlukan untuk meluruskan jalan kepada pembuatan keputusan yang baik. d. Keputusan Eksplorasi Istilah ini muncul karena situasi itu miskin dengan informasi dan tidak ada kata sepakat tentang cara yang hendak dianut untuk memulai mencari informasi. Ambiguitas muncul terutama tentang dari mana usaha pembuatan keputusan hendak dimulai dan ada perasaan khawatir akan terjadi konflik karena tidak tersedia cara untuk mengantisipasi sasaran-sasaran potensial. Dalam hal ini harus ada eksplorasi yang dilakukan untuk menemukan informasi yang tepat.

6.5. Teknik Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan dengan pengumpulan fakta. Berbagai teknik dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu masalah, tetapi dapat juga dengan menggantungkan diri pada para ahli atau konsultan. Teknik pengambilan keputusan yang diperkenalkan di dalam berbagai literature cukup bervariasi tetapi pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu teknik tradisional dan teknik modern Grew dalam Salusu, 2006: 63. Universitas Sumatera Utara 43 a. Keputusan terprogram: Tradisional: 1. Kebiasaan; 2. Pekerjaan rutin sehari-hari; prosedur operasional yang baku 3. Struktur organisasi;ada harapan bersama; ada saluran yang terumusdengan jelas Modern: 1. Riset operasional, analisis matematik; model-model; simulasi computer 2. Proses data elektronik b. Keputusan tidak terprogram Tradisional 1. Heuristic, yaitu mendorong untuk mencari dan menemukan sendiri intuisu dan kreativitas 2. Rule of thumbs, yaitu suatu proses praktis yang tidak menjamin penyelesaian optimal 3. Dengan seleksi dan latihan bagi para eksekutif Modern; 1. Menyelenggarakan pelatihan bagi para pengambil keputusan 2. Dengan menciptakan program-program computer. Universitas Sumatera Utara 44

6.6. Model – Model Pengambilan Keputusan

Oleh Hasan 2004, model ialah percontoan yang mengandung unsur yang bersifat penyederhanaan untuk dapat ditiru jika perlu. Model merupakan alat penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau sistem yang kompleks. Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan tanpa menghilangkan hal –hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan itu sendiri merupakan proses berurutan yang memerlukan penggunaan model secara tepat dan benar. Pengambilan keputusan berusaha menggeser keputusan yang semula tanpa perhiungan menjadi keputusan yang penuh perhitungan. Klasifikasi model dapat dilakukan berdasarkan: purpose tujuannya, field of application bidang penerapannya, level tingkatannya,time character ciri waktunya, form bentuknya, analytic development pengembangan analitik, complexity kompleksitas, formalization formalisasi Quede dalam Hasan 2004 membedakan model ke dalam dua tipe, yaitu: 1. Model Kuantitatif. Model ini merupakan serangkaian asumsi yang tepat, yang dinyatakan dalam serangkaian hubungan matematis yang pasti. 2. Model kualitatif. Model kualitatif didasarkan atas asumsi – asumsi yang ketepatannya agak kurang jika dibandingka dengan model kuantitatif dan ciri – cirinya digambarkan melalui kombinasi dari deduksi – deduksi Universitas Sumatera Utara 45 asumsi – asumsi tersebut, dengan pertimbangan yang lebih bersifat subjektif mengenai proses atau masalah yang pemecahannya dibuatkan model.

6.7. Proses Pengambilan Keputusan

Suatu teori umum mengenai administrasi harus mencakup prinsip-prinsip organisasi yang akan menjamin diambilnya keputusan yang benar, seperti halnya ia harus mencakup prinsip-prinsip yang akan menjamin dilakukannya tindakan yang efektif. Simon Effendy, 1989:161 mengemukakan sebuah model mengenai proses pengambilan keputusan, yang terdiri dari: a. Intelegensi; menyelidiki lingkungan bagi kondisi dalam mengambil keputusan. Data mentah diperoleh, diproses, diperiksa untuk petunjuk yang dapat mengidentifikasikan masalah. b. Rancangan; menemukan, mengembangkan, dan menganalisa kegiatan- kegiatan yang mungkin dilakukan. Ini mencakup proses memahami masalah, membangkitkan cara pemecahan, dan menguji pemecahan untuk mengetahui mungkin tidaknya dilaksanakan. c. Pilihan; memilih suatu cara kegiatan khusus dari cara-cara yang telah diperoleh. Suatu pilihan diambil dan dilaksanakan. Simon Davis, 2002:126 menambahkan bahwa proses keputusan dapat dianggap sebagai sebuah arus dari penyelidikan sampai perencanaan dan kemudian pada pemilihan. Tetapi pada setiap tahap hasilnya mungkin dikembalikan ke tahap sebelumnya untuk dimulai lagi. Jadi tahapan tersebut Universitas Sumatera Utara 46 merupakan unsur-unsur sebuah proses bersinambung. Sebagai contoh, pilihan mungkin menolak semua alternatif dan kembali ke tahap perancangan untuk menerbitkan pemecahan tambahan. Adapun beberapa elemen dalam proses pembuatan keputusan menurut Husein 2002:214: a. Intelligence: mencari kondisi lingkungan yang menimbulkan adanya kebutuhan untuk membuat suatu keputusan, dan pengumpulan data yang relevan. b. Desain: mengembangkan dan menemukan solusi atau tindakan alternatif, serta kelayakan solusitindakan. c. Pilihan: pemilihan alternatif yang terbaik terhadap masalah yang ada. d. Persuasi: mempengaruhi orang lain yang terlibat dalam implementasi keputusan sehingga mereka menerima dan mengikuti solusi yang telah dipilih. e. Implementasi: pembuatan dan pengelolaan solusi yang baru sehingga dilakukan tepat waktu dan efisien. f. Follow-up: memonitor solusi untuk menjamin bahwa keputusan tersebut dapat bekerja seperti yang diharapkan dan memodifikasi atau memperbaiki solusi.

6.8. Sistem Pendukung Keputusan

Hal ini merupakan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang interaktif, membantu pengambilan keputusan dengan menggunakan analisis data – data dan Universitas Sumatera Utara 47 model – model, guna memecahkan permasalahan yang semi terstruktur maupun masalah yang tak terstruktur. Keen dan Scott Morton mendefenisikan sistem pendukung keputusan SPK menggabungkan sumber – sumber kecerdasan individual dengan kemampuan komputer untuk memperbaiki kualitas keputusan. Sistem pendukung keputusa merupakan sistem pendukung berbasis komputer untuk manajemen pengambil keputusan yang menangani masalah – masalah semi terstruktur Herlambang dan Tanuwijaya, 2005:84. Pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa sistem pendukung keputusan bukan merupakan alat pengambil keputusan melainkan merupakan sistem yang membantu pengambilan keputusan dengan mengungkapkan informasi dari data yang telah diolah secara relevan dan diperlukan untuk membuat keputusan tentang suatu masalah dengan lebih cepat dan lebih akurat, sehingga sistem ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan pengambilan keputusan dan proses pembuatan keputusan. SPK terdiri dari kombinasi dari relational database, knowledge base, dan multidimensional database. Ketiga jenis database ini saling berkolaborasi untuk menghasilkan sebuah keputusan yang digunakan oleh para manajer. Namun, aplikasi sistem penunjang keputusan banyak diaplikasikan pada tingkatan manajer menengah saja.

7. Peranan SIM Dalam Pengambilan Keputusan