Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Dalam Pengambilan Keputusan Persediaan Pada Pt. Mutiara Mukti Farma Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PERSEDIAAN PADA PT. MUTIARA MUKTI FARMA MEDAN

Diajukan oleh:

Nama :Mega Permata Sari

NIM :060522033

Departemen :Akuntansi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan Persediaan Pada PT. Mutiara Mukti Farma Medan.

Adalah Benar hasil karya saya sendiri dan judul tersebut belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sunatera Utara.

Semua data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas, benar dan apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, Februari 2009

Yang Membuat Pernyataan

Mega Permata Sari


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunian-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan skripsi ini, serta salawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad SAW, Nabi junjungan ummat yang telah memberikan suri tauladan yang baik bagi manusia dan semoga kita mendapat syafaat nya di Yaumil Mashar, Amin.

Penulisan skripsi merupakan bentuk pertanggungjawaban bagi mahasiswa setelah melakukan perkuliahan. Skripsi ini berjudul “Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan Persediaan Pada PT. Mutiara Mukti Farma Medan”. Dengan keterbatasan yang ada penulis berusaha menyelesaikan skripsi ini, sehingga mungkin skripsi ini banyak kekurangannya baik dari segi isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan turut mendoakan dalam penyelesaian skripsi ini. Dengan rasa syukur kepada Allah SWT & terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Zulkarnain dan Ibunda Sumiaty tercinta, yang berkat hasil usaha dan jerih payah, dorongan serta do’a restunya, penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Selain itu pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada :


(4)

1. Bapak Drs Syahelmi, MSi, Ak, selaku pembimbing yang telah sabar membimbing penulis dan bersedia diganggu waktunya.

2. Bapak Drs. Syamsul Lubis, Ak , selaku dosen penguji I yang telah banyak memberi masukan dan kritikan terhadap penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak, selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak, sebagai ketua jurusan departemen Akuntansi.

5. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi 6. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomi.

7. Seluruh staf pegawai di Fakultas Ekonomi, yang telah banyak membantu penulis selama menjalani perkuliahan.

8. Seluruh keluarga besar Sukarni (Inyik) terimakasih atas semua yang telah diberikan kepada penulis.

9. Seluruh staf pegawai PT Mutiara Mukti Farma Medan yang telah bersedia memberikan data yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi ini.

10.Seluruh teman angkatan 2006 Departemen Akuntansi program Ekstensi, terima kasih atas semua yang telah diberikan kepada penulis.


(5)

Akhirnya dengan menyerahkan diri dan senantiasa memohon petunjuk kepada Allah SWT, semoga apa yang telah kita semua lakukan mendapat Rahmat dan Ridho dari Allah SWT, dan semoga Allah SWT membalas budi baik yang mereka berikan kepada penulis. Amin.

Wassalam,

Medan, Februari 2009


(6)

ABSTRAK

Sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem penghasil informasi yang berperan dalam pengambilan keputusan manajemen. Persediaan merupakan aktiva yang penting dan harus dikelola dengan baik. Untuk mengelola persediaan, manajemen harus mengambil keputusan tentang berapa jumlah pesanan, kapan pemesanan dilakukan, dan berapa persediaan harus disimpan dengan biaya pemeliharaan serta penyimpanan persediaan untuk setiap keputusan paling minimal. Penulis mengambil kasus peranan sistem informasi akuntansi manajemen dengan judul skripsi “Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan Persediaan pada PT. Mutiara Mukti Farma Medan”. Dalam skripsi ini penulis mencoba menilai apakah sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan telah mendukung pengambilan keputusan pengelolaan persediaan oleh manajemen perusahaan.

Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data baik primer maupun sekunder, kemudian disusun, diinterprestasikan, dan dianalisis untuk melihat peranan sistem informasi akuntansi manajemen dalam mendukung pengambilan keputusan persediaan.

Hasil penelitian menunjukan sistem informasi akuntansi manajemen yang diterapkan PT. Mutiara Mukti Farma Medan belum berperan mendukung pengambilan keputusan persediaan oleh manajemen perusahaan karena tidak mempertimbangkan biaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan dalam setiap keputusan yang diambil.


(7)

ABSTRACT

Management accounting information system is a system that provides information used in management decision making. Inventory is an important asset need to be managed well. To manage inventory, management should take decision about the amount of order, the time of order, how much inventory need to be kept with keeping cost and the inventory keeping for every least decision. The writer takes the case of the function of management accounting information system under the title of thesis “The Function of Management Accounting Information System in The Inventory of Decision Making in PT. Mutiara Mukti Farma Medan”. In this thesis, the writer tries to judge if the management accounting information system used support the decision making of inventory by company management.

The research method uses descriptive analyses by collecting primary and secondary datum, then arranged, interpreted, and analyzed to see the function of management accounting information system in supporting the decision making of inventory.

The result of this research proves that management accounting information system used in PT. Mutiara Mukti Farma Medan has not had any roles to support the decision making of inventory by company management because it does not regard keeping cost and the inventory keeping in every decision taken.


(8)

DAFTAR ISI

Hal

PERNYATAAN ………i

KATA PENGANTAR ………..ii

ABSTRAK ………v

ABSTRACT ………vi

DAFTAR ISI ………...vii

DAFTAR TABEL ………x

DAFTAR GAMBAR ……….xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………1

B. Perumusan Masalah ………..3

C. Batasan Masalah………3

D. Tujuan Penelitian ……….3

E. Manfaat Penelitian ………...4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Persediaan ……….5

1. Pengertian Persediaan ……….5

2. Jenis-Jenis Persediaan……….6

3. Biaya-Biaya Persediaan ………7


(9)

B. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen………13

1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Manajemen………13

2. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen…………16

3. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Persediaan….…...18

C. Pengambilan Keputusan Manajemen ……….19

1. Pengertian Keputusan ………...19

2. Jenis-Jenis Keputusan Manajemen ………..20

3. Prosedur Pengambilan Keputusan Manajemen ………22

D. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Pengambilan Keputusan Persediaan …..………...24

E. Kerangka Konseptual ……….37

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………..39

B. Jenis dan Sumber Data ………..39

C. Teknik Pengumpulan Data ………40

D. Metode Analisis Data ……….40

E. Responden ………40

F. Jadwal Penelitian ………...41

G. Lokasi Penelitian ………...41

BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ………..42

1. Gambaran Umum PT. Mutiara Mukti Farma Medan ………...……….42


(10)

a. Sejarah Singkat Perusahaan ……….42

b. Struktur Organisasi ………43

c. Kegiatan Usaha PT. Mutiara Mukti Farma Medan…….49 2. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

Persediaan Perusahaan ………50

3. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

dalam Pengambilan Keputusan Persediaan ………..52

B. Analisis Hasil Penelitian ………...53

1. Prosedur Pengambilan Keputusan Persediaan ………53 2. Peranan Sistem Informasi Akuntansi

dalam Pengambilan Keputusan Persediaan ………..55 a. Jumlah Pemesanan Ekonomis

(Economic Order Quantity/EOQ) ………56 b. Titik Pemesanan Kembali

(Reorder Point/ROP) ……….58 c. Persediaan Pengaman (Safety Stock) ……….64

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………65

B. Saran ……….66

DAFTAR PUSTAKA ……….68 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1. Tipe Informasi Akuntansi Manajemen ………16

Tabel 2.2. Tipe-Tipe Pembuatan Keputusan ……….22

Tabel 2.3. Frakuensi Lead Time dalam Pemesanan ……….32

Tabel 2.4. Total Biaya dalam Satu Periode ………35

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian dan Penulisan Skripsi ……….41

Tabel 4.1. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Pembantu ……….51

Tabel 4.2. Perbandingan Total Biaya Persediaan ………58

Tabel 4.3. Frekuensi Lead Time dalam Pemesanan ……….59


(12)

DAFTAR GAMBAR

Hal


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. Mutiara Mukti Farma Medan Lampiran 2 Daftar Persediaan Bahan Baku Utama


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini informasi merupakan hal yang paling diperhitungkan oleh semua pihak dalam rangka pengambilan keputusan karena kesalahan informasi maka akan menyebabkan kesalahan atas keputusan tersebut. Sistem penghasil informasi dinamakan sebagai sistem informasi. Pada sebuah organisasi atau perusahaan salah satu informasi yang paling penting adalah informasi akuntansi manajemen.

Sistem informasi akuntansi manajemen merupakan suatu sistem yang berperan dalam memberikan informasi untuk pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Hal ini sesuai dengan pernyataan O’Brien (2006:10) peranan dasar sistem Informasi dalam bisnis adalah (a) “mendukung proses dan operasi bisnis, (b) mendukung pengambilan keputusan para pegawai dan manajernya, (c) mendukung strategi untuk keunggulan kompetitif”. Untuk menghasilkan keputusan harus menggunakan informasi yang baik yaitu dapat dimengerti, relevan, terandalkan, dan tepat waktu.

Persediaan adalah bagian yang sangat penting dalam suatu bisnis. Alasannya adalah persediaan mempunyai fungsi penting dalam suatu perusahaan karena erat hubungannya dengan produksi dan penjualan. Persediaan harus dikelola dengan baik kerena kelebihan persediaan akan melambungkan biaya pemeliharaan maupun biaya penyimpanan. Namun, kekurangan persediaan akan


(15)

berpengaruh kepada proses produksi yang secara langsung akan berpengaruh pula kepada penjualan.

Keputusan pihak manajemen dalam pengelolaan persediaan dapat ditunjang oleh sistem informasi akuntansi manajemen. Sistem ini akan membantu manajemen dalam menentukan keputusan yang akan diambil dan berkaitan dengan keadaan persediaan yang dimiliki perusahaan.

PT. Mutiara Mukti Farma Medan adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri obat-obatan. Perusahaan ini memiliki persediaan bahan baku berupa bahan kimia yang memiliki masa kadaluarsa yang telah ditentukan. Bahan kimia tersebut antara lain Paracetamol Powder yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat paracetamol, Ampicilline Tricompacted yang merupakan bahan campuran untuk memproduksi obat antibiotik, dan Atropine

Sulfate yang merupakan bahan campuran dari obat diare. Bahan baku yang

digunakan berasal dari luar negeri maupun dalam negeri. Penyimpanan bahan baku juga sangat diperhatikan oleh perusahaan ini karena bahan kimia mudah terkontaminasi maupun terbakar.

Kelebihan persediaan bahan baku berupa bahan kimia di PT. Mutiara Mukti Farma Medan akan mengakibatkan tingginya biaya penyimpanan serta dapat menurunkan kualitas dari bahan kimia tersebut. Namun, kekurangan persediaan juga akan mengganggu proses produksi karena harus menunggu datangnya persediaan bahan baku yang dipesan dari luar provinsi misalnya Tanggerang, Surabaya, dan luar negeri misalnya German.


(16)

Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai sistem informasi akuntansi manajemen persediaan pada PT. Mutiara Mukti Farma Medan dengan mengambil judul “Peranan Sistem Informasi Akuntansi

Manajemen dalam Pengambilan Keputusan Persediaan Pada PT. Mutiara Mukti Farma Medan”.

B. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan uraian mengenai latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mencoba merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: “apakah sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan oleh PT. Mutiara Mukti Farma Medan telah mendukung pengambilan keputusan persediaan?”

C. Batasan Masalah

Guna menghindari kesalahpahaman pada penelitian, maka dalam penelitian ini sistem informasi akuntansi manajemen yang diteliti adalah sistem penghasil informasi persediaan, persediaan dalam penelitian adalah persediaan bahan baku, dan keputusan manajemen yaitu keputusan pengelolaan persediaan.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah:


(17)

1. Untuk melihat sistem informasi akuntansi manajemen yang diterapkan oleh PT. Mutiara Mukti Farma Medan.

2. Untuk melihat lebih rinci peranan sistem informasi akuntansi manajemen dalam mendukung pengambilan keputusan persediaan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik mengenai sistem informasi akuntansi manajemen dan manfaatnya dalam pengambilan keputusan persediaan.

2. Bagi perusahaan, sebagai sumbangan pemikiran tentang sistem informasi akuntansi manajemen yang telah diterapkan oleh perusahaan.

3. Bagi civitas akademik, sebagai bahan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya yang berhubungan dengan sistem informasi akuntansi manajemen.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persediaan

1. Pengertian Persediaan

Istilah persediaan sangat berkaitan dengan perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang penting dalam perusahaan dan merupakan salah satu modal kerja. Untuk lebih memahami mengenai persediaan, berikut ini akan dijelaskan beberapa pengertian mengenai persediaan menurut para ahli.

Menurut Stice, dkk (2004:653) “istilah persediaan ditujukan pada barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka istilah ini ditujukan pada barang dalam proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”. Persediaan merupakan bagian yang paling aktif dalam operasi perusahaan, dimana secara terus-menerus dibeli atau diproduksi dan dijual.

Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2002:14.1) persediaan adalah aktiva :

a. “Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau

c. Dalam bentuk bahan baku/perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi/pemberian jasa”.


(19)

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan merupakan barang-barang yang tersedia untuk dijual atau yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi suatu perusahaan.

2. Jenis-Jenis Persediaan

Kata persediaan atau persediaan barang dagang secara umum ditujukan untuk barang-barang yang dimiliki perusahaan dagang dimana dibeli dalam kondisi yang siap untuk dijual kembali. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur atau industri, persediaan dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis.

Syahyunan (2004:70) membagi persediaan pada perusahaan industri (manufaktur) kedalam tiga jenis persediaan yaitu:

a. Persediaan bahan baku, yaitu barang yang dibeli oleh perusahaan untuk digunakan dalam pembuatan barang jadi.

b. Persediaan barang dalam proses, yaitu semua barang yang ada dalam proses produksi.

c. Persediaan barang jadi, yaitu semua barang yang telah selesai diproduksi tetapi belum terjual.

Setiap perusahaan memiliki persediaan untuk mempunyai tujuan-tujuan yang berbeda. Beberapa fungsi persediaan pada perusahaan dapat dibagi menjadi: a. Batch stock / Lot size inventory

Batch stock / Lot size inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita

membeli atau membuat barang/bahan dalam jumlah yang lebih besar dari pada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian dilakukan untuk jumlah besar, sedangkan penggunaan dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan barang dilakukan lebih banyak daripada kebutuhan.


(20)

Keuntungan diperoleh dari potongan harga pembelian, dan adanya penghematan di dalam biaya angkutan.

b. Fluctuation stock

Fluctuation stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi

permintaan konsumen yang tidak diramalkan. Perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Jadi, apabila terdapat fluktuasi permintaan sangat besar, maka persediaan ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.

c. Anticipation inventory

Anticipation inventory yaitu persediaan diadakan untuk menghadapi fluktuasi

permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan pada peningkatan permintaan.

3. Biaya-Biaya Persediaan

Biaya dapat didefinisikan sebagai nilai tukar, prasyarat, atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Sedangkan beban (expense) adalah arus keluar barang yang akan dibebankan atau ditandingkaan dengan pendapatan untuk menentukan besarnya laba.

Keberadaan persediaan pada diperusahaan akan menyebabkan timbulnya biaya-biaya. Biaya tersebut terdiri dari semua pengeluaran, baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan perolehan persediaan hingga sampai ke gudang. Biaya-biaya tersebut antara lain terdiri dari:


(21)

a. Biaya pemesanan (ordering cost).

Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pemesanan dan pengadaan persediaan. Biaya pemesanan dapat berupa biaya tetap dimana merupakan biaya yang tidak terpengaruh terhadap frekuensi pemesanan, misalnya gaji bagian pemesanan. Biaya ini juga dapat berupa biaya variable yang terpengaruh oleh frekuensi pemesanan namun berkurang apabila jumlah pesanan semakin besar, antara lain terdiri dari:

1) Biaya yang dikeluarkan untuk mengumpulkan informasi dalam

hubungannya untuk mengadakan pemesanan persediaan. 2) Biaya penerimaan bahan baku.

b. Biaya penyimpanan (Carrying cost).

Biaya ini timbul karena perusahaan memiliki persediaan. Biaya penyimpanan juga dapat berupa biaya tetap yang tidak terpengaruh dari jumlah persediaan, misalnya biaya penyusutan gudang. Biaya ini juga dapat berupa biaya variable yang terpengaruh dari kuantitas persediaan dimana semakin banyak atau semakin besarnya jumlah dan nilai persediaan maka biaya penyimpanan juga semakin besar, antara lain terdiri dari:

1) Biaya fasilitas penyimpanan, termasuk penerangan, pemanas, ataupun pendingin ruang penyimpanan

2) Biaya modal, yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan

3) Biaya keusangan


(22)

5) Biaya asuransi persediaan 6) Biaya pencurian dan kerusakan 7) Biaya pengamanan persediaan 8) Biaya transportasi.

c. Biaya kekurangan persediaan (stock out cost).

Biaya ini muncul diakibatkan oleh perusahaan kehabisan persediaan, dimana perusahaan harus memperoleh bahan baku pengganti ataupun perusahaan harus mengalami gangguan terhadap proses produksinya.

4. Perencanaan dan Anggaran Persediaan a. Perencanaan persediaan

Perencanaan merupakan suatu cara bertindak yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Dimana merupakan proses berfikir ke depan untuk mengambil suatu keputusan tentang cara bertindak setelah mempertimbangkan banyak kemungkinan alternatif.

Defenisi perencanaan (planning) menurut Wilson dan Cambell (1996:6) adalah “perencanaan merupakan suatu proses yang kontinu untuk menetapkan kejadian dan kekuatan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan”.

Dari defenisi diatas ada beberapa hal penting dalam suatu perencanaan yaitu:

1) Melibatkan masa yang akan datang.


(23)

3) Harus ada penelitian terhadap struktur organisasi dan tanggung jawab, wewenang dan keadaan yang dapat diminta pertanggungjawaban atas terjadinya tindakan dalam suatu perusahaan tertentu.

Perencanaan persediaan bahan baku disusun agar tingkat persediaan bahan baku cukup dan perusahaan tidak mengalami kerugian akibat kekurangan atau kelebihan persediaan. Adapun manfaat perencanaan persediaan adalah:

1) Menekan investasi modal dalam persediaan pada tingkat yang minimum

2) Mengeliminasi atau mengurangi pemborosan dan biaya yang timbul akibat penyelenggaraan persediaan yang berlebihan, kerusakan, penyimpanan, kekunoan, jarak, serta asuransi persediaan

3) Mengurangi resiko kecurangan dan kecurian persediaan

4) Menghindari resiko penundaan produksi dengan cara selalu menyediakan bahan baku yang diperlukan

5) Dapat mengurangi investasi dalam fasilitas dan peralatan pergudangan 6) Menghindari atau mengurangi kerugian yang timbul karena perubahan harga.

b. Anggaran Persediaan

Teknik perencanaan yang umumnya digunakan adalah melalui anggaran. Anggaran menurut Rudianto (2006:110) “adalah rencana kerja organisasi dimasa mendatang yang diwujudkan dalam bentuk kuantitatif, formal, dan sistematis”. Dengan kata lain anggaran adalah kegiatan yang dinyatakan dalam nilai kuantitatif yang mencakup rencana pengeluaran-pengeluaran dan pendapatan serta rencana tertentu, biasanya pertahun.


(24)

Anggaran untuk tahun yang akan datang harus selesai disusun beberapa bulan sebelum tahun tersebut dimulai. Anggaran persediaan dalam suatu perusahaan merupakan rencana kuantitatif tentang jumlah persediaan yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Saputro (2003:214) mengemukakan tujuan dari suatu anggaran bahan baku adalah:

1) Memperkirakan jumlah bahan baku

2) Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan 3) Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang

diperlukan untuk membeli bahan baku

4) Sebagai dasar penyusunan product costing yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi

5) Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.

Anggaran persediaan berisi perkiraan-perkiraan tingkat persediaan yang akan diperlukan oleh perusahaan untuk melakukan proses produksi. Untuk menentukan kebijaksanaan tingkat persediaan yang optimal perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut menurut Syahyunan (2004:71) adalah:

1) Lead Time atau lamanya masa tunggu bahan baku yang dipesan

datang.

2) Frekuensi penggunaan bahan baku selama satu periode. Frekuensi pembelian yang tinggi, menyebabkan jumlah persediaan menjadi lebih kecil untuk satu periode pembelian.

3) Jumlah dana yang tersedia. Dana kadang-kadang menjadi kendala yang serius, jika kebutuhan bahan baku meningkat. Jumlah persediaan tidak bisa dipenuhi sesuai dengan standar yang ideal jika dana yang tersedia terbatas.

4) Daya tahan bahan baku. Daya tahan bahan baku atau barang jadi yang rendah jika tidak diimbangi dengan teknologi penyimpanan yang tepat, akan menimbulkan kerusakan kualitas bahan baku atau barang jadi yang disimpan sehingga perusahaan tidak berani menyimpan dalam jumlah besar.


(25)

Pada dasarnya persediaan berguna untuk mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan. Pemesanan persediaan yang dilakukan perusahaan memberikan beberapa manfaat. Manfaat tersebut antara lain adalah:

1) Untuk memperoleh kuantiti diskon.

Jika perusahaan ingin mempunyai jumlah persediaan yang besar untuk suatu produk tertentu, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk membeli produk dalam jumlah besar sehingga perusahaan memperoleh kuantiti diskon. Dengan memanfaatkan kuantiti diskon, perusahaan dapat meningkatkan laba sepanjang biaya untuk pengadaan persediaan lebih kecil dari diskon yang diperoleh.

2) Untuk mengurangi biaya pemesanan.

Setiap perusahaan menempatkan pesanan maka akan terjadi sejumlah biaya. Biaya variable yang berkaitan dengan pesanan dapat dikurangi jika frekuensi pesanan yang dilakukan perusahaan dikurangi daripada seringkali memesan dalam jumlah kecil.

3) Untuk mencapai biaya produksi yang efisien.

Persediaan yang cukup dapat mengurangi kemungkinan kekurangan barang yang dapat mengganggu kegiatan proses produksi sehingga dalam jangka panjang perusahaan dapat mencapai produk yang efisien.


(26)

B. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

Sebelum mengetahui pengertian dari sistem informasi akuntansi manajemen terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dari sistem, informasi, akuntansi, dan manajemen.

Menurut Simamora (I) (2000:176) “sistem (system) adalah seperangkat peraturan dan prosedur yang dirancang untuk memastikan bahwa tugas tertentu dilaksanakan dalam suatu cara yang sudah ditetapkan sebelumnya”. Sedangkan menurut Widjajanto (2001:2) “sistem adalah sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan melalui tiga tahapan yaitu input, proses, dan output”.

Hall (2001:5) juga hampir sama dalam mendefinisikan pengertian sistem dimana “sebuah sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose).”

Sebuah sistem dibangun untuk membantu perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Salah satu fungsi yang diharapkan dari sebuah sistem adalah adanya suatu informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Dimana informasi tersebut digunakan oleh pihak manajemen dalam pengambilan keputusan.

Romney dan Steinbart (2004:11) juga mendefinisikan informasi yang hampir sama yaitu “informasi adalah data yang telah diatur dan diproses untuk memberikan arti”.


(27)

Pengertian akuntansi menurut Niswonger, dkk (1999:6) “adalah sistem informasi yang memberikan laporan kepada pihak-pihak berkepentingan mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan”.

Akuntansi manajemen memiliki pengertian yang menurut Samryn (2001:1) “merupakan bidang akuntansi yang berfokus pada penyediaan, termasuk

pengembangan dan penafsiran informasi bagi para manajer untuk digunakan sebagai bahan perencanaan, pengendalian operasi dan dalam pengambilan keputusan”.

Dari pengertian yang telah dikemukakan sebelumnya dapat diambil

kesimpulan sistem informasi akuntansi manajemen adalah sistem yang mengolah data akuntansi dari suatu organisasi untuk menghasilkan informasi yang

digunakan pihak manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan. Halim dan Supomo (2001:5) menjelaskan tiga jenis informasi akuntansi manajemen, yaitu:

Akuntansi penuh (full accounting) yang menghasilkan informasi akuntansi penuh, akuntansi diferensial (differential accounting) yang menghasilkan informasi akuntansi diferensial, akuntansi

pertanggungjawaban (responbility accounting) yang menghasilkan informasi akuntansi pertanggungjawaban.

Ketiga jenis informasi akuntansi manajemen dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Informasi Akuntansi Penuh (Full Accounting Informastion)

Informasi akuntansi penuh menyajikan informasi mengenai pendapatan total, biaya total, dan atau aktiva total, baik pada masa lalu maupun pada masa yang akan datang. Informasi mengenai biaya penuh masa lalu digunakan untuk


(28)

penyusunan laporan keuangan, umumnya berupa neraca dan laporan laba rugi. Informasi biaya penuh masa lalu juga bermanfaat untuk menganalisis masing-masing manajer dalam perusahaan, juga untuk menentukan harga jual produk atau penyerahan jasa yang disepakati bersama dalam suatu kontrak jual beli.

Informasi biaya penuh masa yang akan datang digunakan untuk menyusun perencanaan, khususnya untuk perencanaan jangka panjang, yang sering juga disebut penyusunan program, dan juga akan digunakan untuk penetapan harga jual dalam kondisi yang normal.

b. Informasi Akuntansi Diferensial (Differential Accounting Information) Akuntansi diferensial menyajikan informasi mengenai taksiran pendapatan, biaya, dan atau aktiva yang berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih,

dibandingkan dengan alternatif tindakan yang lain. Dengan demikian tipe informasi ini sangat diperlukan dalam pemilihan alternatif.

c. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban (Responsbility Accounting

Information)

Informasi akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai pendapatan, biaya, aktiva yang dikaitkan dengan suatu bagian atau unit di dalam perusahaan. Masing-masing bagian unit dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap bagian yang bersangkutan. Bagian-bagian tersebut disebut sebagai pusat-pusat pertanggungjawaban.

Informasi akuntansi pertanggungjawaban masa lalu bermanfaat untuk menganalisis prestasi dari masing-masing manajer pusat pertanggungjawaban, disamping itu informasi akuntansi pertanggungjawaban masa lalu dapat


(29)

membantu membangkitkan motivasi para manajer pusat pertanggungjawaban, disamping itu informasi akuntansi pertanggungjawaban masa lalu dapat membantu membangkitkan motivasi para manajer pusat pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang menyangkut masa yang akan datang digunakan untuk kegiatan perencanaan, khususnya perencanaan tahunan yang dikenal dengan nama anggaran.

Jenis informasi akuntansi manajemen dan penggunaanya dapat diringkas sebagai berikut:

Tabel 2.1

Tipe Informasi Akuntansi Manajemen Manfaat Tipe Informasi Akuntansi

Manajemen Informasi masa lau Informasi yang akan datang

Informasi akuntansi penuh (full accounting information)

Pelaporan informasi keuangan

Analisis kemampuan laba Jawaban atas pertanyaan: “berapa biaya yang

dikeluarkan untuk sesuatu?” Penentuan harga jual dalam

cost type contract

Penyusunan program

Penentuan harga jual normal Penentuan harga jual dalam perusahaan yang diatur dengan peraturan pemerintah

Informasi akuntansi diferensial (differential

accounting information)

Tidak ada Pengambilan keputusan pemilihan alternatif, baik jangka pendek maupun jangka panjang

Informasi akuntansi pertanggungjawaban (responbility accounting

information)

Penilaian kinerja manajer Pemotivasi manajer

Penyusunan anggaran

Sumber : Samryn, Akuntansi Manajerial : Suatu Pengantar (2002)

2. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

Sistem informasi berperan dalam membantu perusahaan untuk beroperasi secara lebih cepat dan mudah, karena dengan sistem informasi dapat memasok


(30)

banyak informasi yang bermanfaat bagi manajemen. Bahkan di dalam perusahaan kecil sekalipun, banyak informasi yang harus diproses melalui sistem informasi.

Menurut Widjajanto (2001:14) pemakai informasi akuntansi dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu:

a. Kelompok internal meliputi para manajer yang terdapat di dalam perusahaan itu sendiri yang kebutuhannya sangat tergantung pada jenjang organisasi atau pada fungsi tertentu yang dilaksanakannya b. Kelompok eksternal pada umumnya memerlukan informasi yang

bersifat umum dalam bentuk laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan rugi-laba, laporan arus kas, disertai dengan berbagai penjelasannya.

Berdasarkan dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pihak manajemen yang merupakan kelompok internal perusahaan membutuhkan informasi akuntansi manajemen yang digunakan untuk pengambilan keputusan berdasarkan tingkat maupun fungsinya. Manajemen suatu perusahaan dapat dibagi kedalam tiga tingkatan. Tingkatan tersebut terdiri dari:

a. Manejer puncak (Top manager)

Manajer puncak adalah eksekutif yang bertanggungjawab terhadap segenap pengerahan organisasi. Untuk itu para manajer puncak memerlukan informasi pendukung keputusan yang berdampak jangka panjang terhadap organisasi perusahaan.

b. Manajer menengah (Middle manager)

Manajer menengah adalah manajer yang bertanggungjawab untuk

menetapkan tujuan sejalan dengan sasaran dan rencana dari manajemen puncak serta menerapkan strategi sub-unit untuk mencapai sasaran tersebut.


(31)

c. Manajer lini pertama (Lower manager)

Manajer lini pertama adalah manajer yang melatih dan mengawasi kinerja dari karyawan non manajerial serta yang bertanggungjawab langsung atas produksi barang dan jasa perusahaan.

Di dalam akuntansi manajemen terdapat dua komponen yang digunakan pihak manajemen sebagai informasi untuk pengambilan keputusan, komponen tersebut yaitu:

a. Sistem akuntansi biaya, yaitu digunakan untuk membantu manajemen dalam perencanaan dan pengawasan dari aktivitas pengadaan, proses distribusi dan penjualan.

b. Sistem budgeting, yaitu proyeksi keuangan perusahaan untuk masa depan yang bermanfaat untuk menolong manajer dalam perencanaan dan pengawasan..

3. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Persediaan

Persediaan memiliki karakteristik dalam perlakuannya. Sistem persediaan merupakan sistem pengelolaan terhadap persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Anoraga (2000:205) mendefinisikan sistem persediaan yaitu:

Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat

persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan beberapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumber-sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat. Atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara optimal.


(32)

Ada dua sistem yang biasa digunakan perusahaan dalam mencatat persediaan yaitu:

a. Sistem persediaan periodik (Periodic inventory System)

Pada sistem persediaan periodik kuantitas persediaan ditentukan dengan cara menghitung jumlah fisik persediaan barang yang ada di gudang perusahaan secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun pembelian.

b. Sistem persediaan perpetual (Perpetual inventory system)

Pada sistem persediaan perpetual kuantitas persediaan dihitung setiap saat terjadinya transaksi yang menyangkut penambahan atau pengurangan

persediaan. Dalam sistem ini, perusahaan mengadakan catatan persediaan pada rekening persediaan dan kartu-kartu persediaan sebagai buku pembantu.

B. Pengambilan Keputusan Manajemen 1. Pengertian Pengambilan Keputusan

Untuk mengetahui pengertian dari pengambilan keputusan, maka sebaiknya kita mengetahui pengertian dari keputusan. Ada beberapa pengertian keputusan menurut beberapa ahli. Diantaranya menurut Davis dalam buku Hasan (2002:9) “keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan”.

Sedangkan menurut menurut Stoner dalam buku Hasan (2000:9) “keputusan adalah pemilihan diantara alternative-alternatif”. Definisi lain menyebutkan bahwa keputusan adalah suatu pengakhiran dari proses pemikiran tentang suatu


(33)

masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.

Dari pengertian keputusan tersebut dapat disimpulkan bahwa Keputusan adalah pemilihan alternatif-alternatif yang ada untuk menjawab suatu pertanyaan maupun suatu keadaan guna mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.dimana mengandung tiga hal penting, yaitu:

a. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan.

b. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik.

c. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang ada secara sistematis untuk digunakan sebagai suatu cara pemecahan masalah.

2. Jenis-Jenis Keputusan

Berdasarkan Program atau strukturnya, pengambilan keputusan dapat dibedakan kedalam beberapa jenis. Ada tiga program atau struktur keputusan menurut Romney dan Steinbart (2004:12) yaitu:

a. Keputusan terstruktur bersifat berulang-ulang, rutin, dan dipahami dengan baik hingga dapat didelegasikan kepada pegawai di tingkat yang lebih rendah.

b. Keputusan semi terstruktur ditandai dengan peraturan-peraturan yang tidak lengkap untuk mengambil keputusan dan adanya kebutuhan untuk membuat penilaian serta pertimbangan subjektif sebagai pelengkap analisis data yang formal.


(34)

c. Keputusan tidak terstruktur bukan merupakan keputusan yang berulang dan rutin.

Contoh dari keputusan terstruktur adalah keputusan untuk memesan barang persediaan (reorder point), kuantitas persediaan ekonomis (economic order

quantity) ataupun titik impas (breakeven point), sedangkan keputusan tidak

terstruktur ataupun semi terstruktur contohnya adalah pengambilan keputusan untuk merger, akuisisi, perluasan pabrik, peluncuran produk baru, pengelolaan portofolio investasi, dan lain sebagainya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan terstruktur adalah:

a. Prosedur, yaitu serangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang harus diikuti oleh pengambil keputusan.

b. Aturan, yaitu ketentuan yang mengatur apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh pengambil keputusan.

c. Kebijakan, yaitu pedoman yang menentukan parameter untuk membuat keputusan.

Teknik pembuatan keputusan juga terbagi kedalam teknik tradisional dan teknik modern yang disesuaikan dengan program atau struktur keputusannya. Hal ini di jelaskan pada tebel dibawah ini:


(35)

Tabel 2.2

Tipe-Tipe Pembuatan Keputusan

Teknik Pembuatan Keputusan Tipe-Tipe Keputusan

Tradisional Modern a. Terprogram:

Keputusan rutin dan berulang-ulang. Organisasi mengembangkan proses khusus bagi penanganannya.

1) Kebiasaan 2) Kegiatan rutin:

Prosedur-prosedur pengoperasian komputer 3) Sistem organisasi

pengharapan umum sistem tujuan saluran-saluran informasi yang disusun dengan baik

1) Teknik-teknik riset operasi:

Analisis matematik, model simulasi komputer 2) Pengolahan data

elektronik

b. Tidak terprogram Keputusan-keputusan sekali pakai, kebijaksanaan, ditangani dengan proses pemecahan masalah umum

1) Kebijakan intuisi, dan kreatifitas

2) Coba-coba

3) Seleksi dan latihan para pelaksana

Teknik pemecahan masalah yang diterapkan:

1) Latihan membuat keputusan

2) Penyusunan program-program komputer

“heuristic”

Sumber : Siagian, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan (1992)

3. Prosedur Pengambilan Keputusan Manajemen

Dalam pengambilan keputusan terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh oleh para manajer. Langkah-langkah tersebut menurut Williams (2001:193) adalah:

a. Mendefinisikan masalah b. Mengidentifikasi masalah c. Menimbang kriteria

d. Membuat alternatif tindakan e. Mengevaluasi setiap alternatif

f. Memperkirakan keputusan yang paling optimal

Ad. a. Mendefinisikan Masalah

Langkah pertama dalam pengambilan keputusan adalah mengenali dan menentukan masalah. Masalah adalah terdapatnya perbedaan antara keinginan yang ditetapkan dengan keadaan yang dihadapi.


(36)

Ad. b. Mengidentifikasi Masalah

Kriteria keputusan adalah ukuran dasar yang digunakan untuk menuntun pertimbangan dan keputusan. Biasanya semakin banyak ditemukan kriteria yang memungkinkan untuk memecahkan masalah, maka akan semakin baik pemecahan masalahnya.

Ad. c. Menimbang Kriteria

Setelah mengenali criteria keputusan, langkah berikutnya adalah menentukan kriteria mana yang lebih penting atau kurang penting. Banyak model matematika untuk menimbang kriteria keputusan.

Ad. d. Membuat Alternatif Tindakan

Setelah mengenali dan menimbang kriteria keputusan yang akan menuntun proses pengambilan keputusan langkah berikutnya adalah mengenali pilihan tindakan yang mungkin dapat memecahkan masalah. Secara umum, pada langkah ini, pemikirannya adalah untuk menyusun sebanyak mungkin alternative.

Ad. e. Mengevaluasi setiap alternatif

Langkah berikutnya adalah secara sistematis mengevaluasi tiap-tiap alternatif terhadap masing-masing patikan. Karena sejumlah informasi harus dikumpulkan, langkah ini memakan waktu jauh lebih lama dan lebih mahal dari langkah-langkah lain dalam proses pengambilan keputusan.

Ad. f. Memperkirakan keputusan yang paling optimal

Langkah terakhir dalam pengambilan keputusan adalah memperkirakan keputusan yang paling optimal dengan menentukan nilai optimal setiap alternatif. Kemudian hasil keputusan dievaluasi pengimplementasiannya dan harus


(37)

dimonitor terus menerus. Manajer harus mengevaluasi apakah implementasi dilakukan dengan lancar dan keputusan memberikan hasil-hasil yang diinginkan. Hal ini dilakukan karena pembuatan keputusan adalah suatu proses yang bersifat kontinyu bagi manajer dan merupakan tantangan yang harus selalu dihadapi.

Pengambilan keputusan yang menggunakan informasi merupakan suatu hal yang sangat penting pada saat ini. Karena sudah tidak mungkin lagi seorang manajer terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang efektif tanpa pengetahuan yang memadai tentang pemanfaatan informatika dalam pelaksanaan tugas-tugas eksekutifnya.

D. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Dalam Pengambilan Keputusan Persediaan

Telah diketahui bahwa sistem informasi akuntansi manajemen berperan dalam pengambilan keputusan bagi pihak manajemen. Dalam penelitian ini keputusan yang dimaksud adalah keputusan pengelolaan persediaan.

Dalam pengelolaan persediaan terdapat beberapa hal penting yang harus diketahui oleh manajemen. Hal-hal penting tersebut dapat disimpulkan kedalam tiga hal pokok yang berfungsi membantu manajemen dalam pengelolaan persediaan. Tiga hal pokok tersebut yaitu:

1. Menentukan berapa jumlah persediaan yang harus dipesan

2. Menentukan berapa jumlah persediaan yang harus disimpan pada saat pemesanan


(38)

Tiga hal pokok tersebut harus didukung oleh sistem informasi akuntansi manejemen yang berupa sistem akuntansi biaya, anggaran biaya dan anggaran produksi. Apabila tiga hal pokok tersebut tidak dapat diketahui manajemen, maka dapat menyebabkan kesalahan dalam pengelolaan persediaan. Salah satu contoh dari kesalahan dalam pengelolaan persediaan akan menyebabkan sesuatu yang fatal seperti pernyataan Weston (1999:500) bahwa “jumlah persediaan yang terlalu kecil akan menyebabkan hilangnya kesempatan untuk menjual dan memperoleh laba, sedangkan persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya yang sangat tinggi sehingga memperkecil laba atau memperbesar kerugian”. Sistem informasi akuntansi manajemen memiliki sistem pengelolaan persediaan yang dapat juga dikatakan dengan sistem manajemen persediaan. Sistem tersebut dapat menjadi solusi bagi pihak manajemen dalam pengelolaan persediaan, karena sistem ini memberikan informasi tentang berapa jumlah persediaan yang harus disimpan, berapa jumlah persediaan yang harus dipesan dan kapan persediaan harus dipesan. Sistem pengelolaan persediaan terdiri dari: 1. Economic order quantity (EOQ)

2. Reorder point (ROP)

3. Safety stock (SS)

Ad. 1. Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah sistem pengelolaan persediaan

yang membantu manajemen untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang dapat meminimumkan biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost).


(39)

Namun kegiatan normal EOQ memiliki beberapa karakteristik antara lain: a. Jumlah persediaan yang dipesan pada setiap pemesanan selalu konstan b. Biaya pemesanan per order adalah tetap

c. Harga perunit barang adalah konstan dan tidak dipengaruhi jumlah barang yang dipesan nantinya

d. Pada saat pemesanan barang, tidak terjadi kehabisan barang yang menyebabkan perhitungan menjadi tidak tepat, oleh karena itu manajemen harus menjaga agar persediaan tidak habis di gudang

e. Pada saat penentuan jumlah pemesanan barang tidak memperhitungkan biaya kualitas

f. Biaya penyimpanan perunit adalah tetap. Rumus untuk menghitung EOQ adalah:

EOQ =

C PR 2

P = Biaya pemesanan setiap kali pesan (procurement cost)

R = Jumlah bahan baku yang dibutuhkan dalam suatu periode (annual

requirement)

C = Biaya penyimpanan persediaan per unit (carrying cost)

Dengan diketahui EOQ maka dapat diketahui frekuensi pembelian persediaan dengan rumus:

F =

EOQ R


(40)

Untuk membuktikan apakah penggunaan EOQ bertujuan meminimumkan biaya pemesanan dan penyimpanan, maka dapat dibuktikan dengan rumus:

TIC = ⎟

⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ 2 Q C + Q PR

TIC = Total biaya persediaan

Q = Kuantitas bahan baku dalam setiap pembelian

Contoh Kasus:

PT. ABC Farma menggunakan alkohol 96% sebanyak 2400 liter/periode untuk memproduksi obat. Harga alkohol 96% per liternya Rp 6000,-. Perusahaan ini memperkirakan biaya penyimpanan 25% dari nilai persediaan per unit. Dan biaya pemesanan Rp 50.000,-. Dari data tersebut manajemen ingin melakukan pemesanan yang ekonomis.

P = 50.000/pesan R = 2400 liter

C = 1500/unit (25% x 6000)

EOQ = 1500 2400 000 . 50

2x x

EOQ = 1500 000 . 000 . 240

EOQ = 160000 EOQ = 400

EOQ = 400 liter (kuantitas pesanan dengan biaya ekonomis untuk sekali pemesanan)


(41)

F =

EOQ R

F = 400 2400

F = 6 kali pemesanan

6 90 hari

= 15 hari

Jadi pemesanan dilakukan setiap 15 hari sekali.

Untuk melihat biaya yang dikeluarkan dalam pemesanan dan penyimpanan persediaan pesanan dapat digunakan rumus total biaya persediaan:

TIC = ⎟

⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ 2 Q C + Q PR

Biaya persediaan untuk pemesanan 400 liter (kuantitas pesanan dengan biaya ekonomis untuk sekali pemesanan)

TIC = ⎟

⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ 2 400 1500 + 400 2400 000 . 50 x

TIC = 300.000 + 300.000 TIC = Rp 600.000

Sedangkan biaya persediaan untuk pemesanan 300 liter dengan frekuensi pemesanan sebanyak 8 (delapan) kali

TIC = ⎟

⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ 2 300 1500 + 300 2400 000 . 50 x

TIC = 225.000 + 400.000 TIC = Rp 625.000


(42)

Dari perhitungan jumlah pemesanan barang diatas dengan EOQ terlihat bahwa, biaya persediaan telah diminimalkan dengan pemesanan 400 liter dengan total biaya Rp 600.000. Sementara bila dilakukan pemesanan sebanyak 300 liter akan mengakibatkan total biaya persediaan sebesar Rp 625.000 dimana jumlahnya lebih besar Rp 25.000 dari pemesanan sebesar 400 liter.

Ad. 2. Reorder point (ROP)

Reorder point (ROP) adalah titik pemesanan kembali dimana perusahaan harus menentukan pada saat berapa nilai persediaan yang tersisa digudang, kebijakan pemesanan persediaan dilakukan. Sehingga datangnya pesanan tersebut tepat dengan habisnya bahan dasar yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ. a. ROP berdasarkan lead time tetap (konstan)

Waktu tunggu (lead time) adalah salah satu yang sangat menetukan dari penentuan ROP. Dengan diketahui waktu tunggu yang pasti oleh perusahaan, maka akan mempermudah perusahaan untuk menetapkan ROP. Untuk mengetahui ROP dengan waktu tunggu tetap dapat ditetapkan melalui:

Reorder Point = r L

r = Jumlah persediaan yang dibutuhkan per hari L = Waktu tunggu (lead time)

Dimana,

r =

Periode R


(43)

Dari contoh sebelumnya PT. ABC Farma menggunakan alkohol 96% sebanyak 2400 liter/periode (satu periode = 90 hari) untuk memproduksi obat. Waktu tunggu pemesanan selalu sama selama 5 hari.

r = R/Periode = 2400/90 = 2,6 Liter Reorder point = 2,6 x 5

= 13 Liter

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa perusahaan harus melakukan pemesanan pada saat persediaan yang tersisa sebanyak 13 liter.

b. ROP berdasarkan lead time tidak tetap (berubah-ubah)

Namun sering terjadi waktu sampainya barang yang telah dipesan datang tidak tepat waktu. Dengan tidak diketahuinya waktu tunggu yang pasti oleh perusahaan, maka akan mempengaruhi penentuan dari ROP. Untuk mengetahui ROP yang tepat haruslah perusahaan melakukan penetapan lead time berdasarkan kejadian yang telah dialami perusahaan selama periode sebelumnya, dimana lead

time yang dipilih harus dengan biaya persediaan yang minimum (biaya

kekurangan persediaan dan kelebihan persediaan).

Penetapan lead time tersebut harus diperhitungkan dengan cermat sebab apabila pemesanan kembali agak mundur dari waktu tersebut akan menambah pembelian bahan dasar atau disebut stock out cost (SOC), dan apabila terlalu awal diperlukan biaya penyimpanan persediaan yang lebih yang disebut extra carrying


(44)

Untuk mengetahui berapa biaya yang dikeluarkan untuk membeli persediaan yang diakibatkan belum datangnya pesanan dapat dihitung menggunakan rumus:

Perhitungan biaya kekurangan persediaan per hari: SOC = r x perbedaan harga persediaan

Dimana,

r = kebutuhan persediaan perhari

Biaya penyimpanan per hari setiap pemesanan

ECC =

Periode C x EOQ

Dimana,

C = Biaya Penyimpanan persediaan perunit

Untuk lebih memahami hal ini lebih jelas dapat dilihat dari contoh berikut. Dari contoh soal sebelumnya diketahui:

EOQ = 400 unit

C = 1500 per unit per periode P = Rp 50.000 per pesan R = 2400 per periode F = 6 kali

Periode = 90 hari

Harga beli (leveransir) = Rp 6000 per liter Harga beli eceran (mendadak) = Rp 7000 per liter


(45)

Dari data historis tentang lead time menunjukan:

Tabel 2.3

Frekuensi Lead Time dalam Pemesanan

Lead Time Frekuensi Probabilitas 4 hari 2 kali 30 % 5 hari 3 kali 50 % 6 hari 1 kali 20 % Jumlah 6 kali 100 %

Berdasarkan data historis perusahaan, maka pihak manajemen ingin mengetahui lead time terbaik dalam pemesanan persediaan mereka.

1) Perhitungan ECC

Perhitungan ECC dilakukan karena datangnya persediaan terlalu cepat dari yang diperkirakan sehingga dibutuhkan biaya penyimpanan ekstra.

Biaya penyimpanan per hari setiap pemesanan:

ECC =

Periode C x EOQ

ECC =

hari Rp x liter

90

1500 400

= Rp 6666,6 per hari

a) Bila lead time 4 hari

ECC yang dikeluarkan untuk lead time selama 4 hari adalah Rp 0, karena

lead time 4 hari adalah yang paling cepat dari data historis yang ada. Sehingga tidak mungkin ada lagi pesanan datang yang lebih awal. Jadi tidak dibutuhkan ECC.

b) Bila lead time 5 hari

Maka ada kemungkinan probabilitas 30% akan datang dalam lead time 4 hari jadi akan lebih cepat 1 hari dan memerlukan biaya ECC


(46)

ECC = 1 (0.3) x Rp 6666,6 = Rp 1999,98 (Rp 2000) c) Bila lead time 6 hari

Maka ada dua kemungkinan:

(1) Kemungkinan dengan probabilitas 50% akan datang 5 hari sehingga 1 hari lebih cepat.

ECC = 1 (0,5) x Rp 6666,6 = Rp 3333,3 (Rp 3400)

(2) Kemungkinan dengan probabilitas 30% akan datang dalam 4 hari sehingga 2 hari lebih cepat.

ECC = 2 (0,3) x Rp 6666,6 = Rp 3999,96 (Rp 4000) Jadi total ECC = Rp 3400 + Rp 4000 = Rp 7400

2) Perhitungan SOC

Perhitungan SOC dilakukan karena datangnya persediaan terlalu lama dari yang diperkirakan mengakibatkan dibutuhkannya biaya untuk pembelian persediaan pengganti.

Kebutuhan bahan per hari:

r =

Periode R

r =

hari liter

90 2400

= 26,6 liter

Perhitungan biaya kekurangan persediaan per hari: SOC = r x perbedaan harga persediaan


(47)

a) Bila lead time 6 hari

SOC yang dikeluarkan untuk lead time selama 6 hari adalah Rp 0, karena

lead time 6 hari adalah yang paling panjang dari data historis yang ada. Sehingga tidak mungkin ada lagi pesanan datang yang lebih lama lagi. Sehingga tidak mengeluarkan untuk pembelian persediaan pengganti. b) Bila lead time 5 hari

Maka akan ada kemungkinan dengan probabilitas 20% akan datang 6 hari sehingga terlambat 1 hari dan harus membeli persediaan pengganti

SOC = 1 (0,2) x Rp 26.600 = Rp 5320 c) Bila lead time 4 hari

Maka ada 2 kemungkinan:

(1) Kemungkinan dengan probabilitas 20% akan datang dalam 6 hari sehingga akan lebih lambat 2 hari.

SOC = 2 (0,2) x Rp 26.600 = Rp 10.640

(2) Kemungkinan dengan probabilitas 50% akan datang dalam 5 hari sehingga akan lebih lambat 1 hari

SOC = 1 (0,5) x Rp 26.600 = Rp 13.300

Jadi total SOC = Rp 10.640 + Rp 13.300 = Rp 23.940

Dari dua perhitungan antara ECC dan SOC maka dapat dibuat sebuah tabel agar mempermudah manajemen dalam memilih lead time yang biaya persediaannya paling minimum.


(48)

Tabel 2.4

Total Biaya dalam Satu Periode

ECC SCC Lead Time Setiap Pesanan Rp Selama Satu Periode (6 x pesanan) Setiap Pesanan Rp Selama Satu Periode (6 x pesan)

Rp

Total Biaya dalam Satu Periode

4 hari 0 - 23.940 143.640 143.640

5 hari 2.000 12.000 5.320 31.920 43.920

6 hari 7.400 44.400 0 - 44.000

Dari tabel di atas jelas terlihat bahwa waktu tunggu yang paling optimal adalah 5 hari, dimana resiko perusahaan pada waktu tunggu 5 hari tersebut adalah paling kecil. Dengan demikian apabila persediaan perusahaan tinggal 5 hari produksi, maka diadakan pemesanan kembali persediaan tersebut.

Ad. 3. Safety Stock (SS)

Safety stock atau persediaan pengaman adalah sistem pengelolaan

persediaan yang menjamin ketersediaan persediaan untuk menunjang proses produksi selama masa tunggu bahan baku yang dipesan datang. Persediaan pengaman merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out). Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman yaitu:

a) Penggunaan bahan baku rata-rata b) Faktor waktu (lead time)


(49)

Dengan ditentukannya EOQ sebenarnya masih ada kemungkinan adanya kekurangan bahan (stock out). Penyebab kekurangan bahan tersebut dapat ditimbulkan oleh beberapa hal:

a) Penggunaan persediaan lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Hal ini mengakibatkan persediaan akan habis sebelum pembelian/pemesanan yang berikutnya datang.

b) Pesanan/pembelian bahan dasar itu tidak dapat datang tepat waktu.

Besarnya safety stock dapat ditentukan dengan oleh beberapa hal. Beberapa hal tersebut antara lain:

a) Jumlah persediaan yang dibeli setiap kali memesan persediaan

Apabila jumlah yang dipesan setiap kali memesan persediaan dalam jumlah relatif besar dan frekuensi pemesanan tinggi, maka safety stock yang ditetapkan juga dalam jumlah relatif besar dan sebaliknya.

b) Ketetapan perkiraan standar penggunaan persediaan terhadap produk

Apabila dalam penetapan standar penggunaan persediaan (standard usage

rate) adalah tepat untuk selama periode maka safety stock relatif kecil dan

sebaliknya.

c) Perbandingan SOC dan ECC

Apabila SOC > ECC maka safety stock relatif besar. Dan bila SOC < ECC maka safety stock relatif kecil

Dari sistem informasi akuntansi manajemen pengelolaan persediaan yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat digunakan oleh pihak manajemen dalam mengambil keputusan atas pengelolaan persediaan, dimana dengan menggunakan


(50)

sistem informasi akuntansi manajemen dapat diketahui biaya-biaya yang dikeluarkan untuk setiap keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen.

E. Kerangka Konseptual

Dari tinjauan pustaka yang telah ada, maka dapat dibuat kerangka konseptual dari penelitian sebagai berikut:

Persediaan Bahan Baku

SS ROP EOQ

Informasi Persediaan

Sistem Informasi Akuntansi Manajemen

PT. Mutiara Mukti Farma Medan (PT. MUTIFA)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Keputusan Pengelolaan Persediaan

Manajemen

Dari kerangka konseptual diatas PT. Mutiara Mukti Farma Medan menggunakan sistem informasi akuntansi manajemen untuk mengolah data persediaan bahan baku yang berfungsi memberikan informasi persediaan yang dimiliki yang digunakan pihak manajemen dalam pengambilan keputusan


(51)

pengelolaan persediaan. Sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan untuk mengolah data persediaan adalah EOQ, ROP, dan SS agar memberikan informasi dalam pengambilan keputusan persediaan.


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan studi deskriptif. Dalam jenis penelitian ini data yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian berasal dari buku-buku, modul perusahaan serta sumber lainnya yang mendukung penulisan skripsi ini. Dalam penelitian terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, dan menginterprestasikan kondisi sekarang kemudian melakukan evaluasi.

B. Jenis Dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer berupa data yang diperoleh penulis secara langsung menyangkut objek penelitian dari pihak perusahaan yang berupa data umum yang akan diolah sendiri oleh penulis. Misalnya adalah data anggaran persediaan, data pemakaian persediaan, prosedur pengambilan keputusan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan skripsi.

2. Data Sekunder.

Data sekunder berupa data yang diperoleh dari pihak perusahaan dalam bentuk data baku yang tidak diolah. Misalnya sejarah singkat perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan.


(53)

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak perusahaan yang berkepentingan untuk memberikan keterangan yang berkaitan dengan penelitian. Misalnya manajer produksi, dan manajer pembelian.

2. Teknik dokumentasi, yaitu melakukan penelitian terhadap dokumen-dokumen dan laporan-laporan perusahaan yang berkaitan dengan penelitian. Misalnya laporan anggaran produksi dan laporan pemakaian persediaan bahan baku dan penolong dalam memproduksi obat.

3. Teknik studi pustaka, yaitu mengumpulkan dan mempelajari teori-teori yang bersumber dari literatur yang berhubungan dengan penelitian yang berasal dari buku-buku, dan tulisan ilmiah. Misalnya teori pengelolaan persediaan yaitu EOQ, ROP, SS.

D. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif dengan mengumpulkan data, disusun, diinterprestasikan dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi. Analisis ini digunakan untuk melihat lebih lanjut peran sistem informasi akuntansi manajemen dalam pengambilan keputusan persediaan.

E. Responden

Yang menjadi responden dalam penulisan skripsi ini adalah orang-orang yang terkait atau mempunyai hubungan dengan apa yang diteliti oleh penulis.


(54)

Dalam hal ini yang menjadi responden adalah Manajer Produksi, Manajer Keuangan, dan Kepala Unit Gudang Bahan Baku.

F. Jadwal Penelitian

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian dan Penulisan Skripsi Bulan

Jadwal Kegiatan

6/08 7/08 8/08 9/08 10/08 11/08 12/08 1/09 2/09

Pengajuan Proposal Penyerahan

proposal kepada dosen pembimbing Bimbingan dan perbaikan proposal

Seminar proposal

Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisis data

Bimbingan skripsi

Penyelesaian skripsi

G. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Mutiara Mukti Farma Medan yang beralamat Jl. Besar Namurambe No. 68 Km 8,5 Kec. Deli Tua Medan.


(55)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum PT. Mutiara Mukti Farma Medan a. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Mutiara Mukti Farma didirikan dilahan seluas ± 3.983 m2 di Jl. Brigjen Katamso No. 200 Medan pada tahun 1980 dengan izin dari Menteri Kesehatan No. 0098/A/SK/PAB/I/81 yang isinya memutuskan memberikan izin untuk mendirikan pabrik farmasi dengan nama “MUTIARA INDUSTRI FARMASI” serta surat izin produksi dari Departemen RI c/q Direktorat Jenderal Pengawasan obat dan Makanan No. 213/AA/III/81, maka PT Mutiara Mukti Farma dapat memproduksi obat-obatan hingga sekarang ini.

Untuk memperkuat kedudukannya PT. Mutiara Mukti Farma maka perusahaan ini didaftarkan pada Pengadilan Negeri Medan dengan No. 85/PT/1980 tertanggal 18 Juni 1980 dan atas keputusan menteri kehakiman RI No. Y.A/289/1980 tanggal 3 Juni 1980 dan dicantumkan pada Tambahan Berita Negara RI No. 24 tanggal 24 Maret 1981, dengan merk: PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) Industri Farmasi.

Pada tahun 1991 dibeli sebidang tanah seluas 8.600 m2 di Namurambe Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang. Pada tahun 1992 dibangun pabrik baru sebagai pemindahan lokasi pabrik lama sesuai dengan keputusan pemerintah daerah bahwa pabrik farmasi tidak dibenarkan beroperasi di dalam kota.


(56)

Maka pada tanggal 24 Juli 1994 lokasi industri PT. Mutiara Mukti Farma pindah ke alamat Jl. Raya Namurambe No. 68 KM 8,5. Kemudian diadakan perubahan izin Farmasi yang menggunakan CPOB (cara produksi obat yang baik) dengan No. POM.01.01.2.01796 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI tanggal 22 Juli 1994.

PT. Mutiara Mukti Farma memproduksi 75 jenis obat baik dalam bentuk tablet, kapsul, sirup, injeksi, powder, dan salap. Persediaan bahan baku berasal dari German, China, Jepang, Malaysia, dan Surabaya.

b. Stuktur Organisasi

Pihak-pihak yang mengelola perusahaan diatur sedemikian rupa dalam suatu struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan hasil dari proses pengorganisasian. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka dasar tertentu yang menunjukan hubungan satuan-satuan organisasi dan individu-individu yang berada di dalam suatu organisasi. Melalui struktur organisasi maka tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap pejabat dapat diketahui dengan jelas dan tegas. Sehingga diharapkan setiap satuan-satuan organisasi dapat bekerja bersama-sama secara harmonis.

Struktur organisasi yang digunakan PT. Mutiara Mukti Farma adalah struktur organisasi garis dan staff dimana wewenang dari puncak pimpinan dilimpahkan kepada satuan-satuan di bawahnya dalam bidang kerja tertentu.

Berikut ini uraian tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian pada PT. Mutiara Mukti Farma Medan adalah sebagai barikut :


(57)

1) Dewan Komisaris

Adapun fungsi Dewan Komisaris adalah sebagai berikut:

a) Mengadakan rapat Dewan Komisaris dan Pemegang Saham untuk mengangkat dan memberhentikan Direktur Utama.

b) Mengadakan Evaluasi terhadap tugas, tanggung jawab dan wewenang Direktur Utama

c) Mengadakan Rapat Pemegang Saham untuk mengevaluasi neraca, rugi laba, dan laporan keuangan setiap tahun.

2) Direktur Utama

Adapun tugas dan fungsi Direktur Utama adalah sebagai berikut:

a) Sebagai pelaksana harian dan pelaksana garis manajemen perusahaan b) Menentukan manajemen perusahaan yang akan dilakukan perusahaan c) Memberikan perintah kepada Direktur dan bawahannya

d) Mengadakan pembahasan perubahan struktur organisasi perusahaan e) Mengadakan kontrak-kontrak dengan pihak lain

f) Mengadakan persetujuan ataupun penolakan terhadap kebijakan bawahan. g) Mengevaluasi jalannya perusahaan dan lintas keuangan.

3) Direktur

Adapun tugas dan fungsi Direktur adalah sebagai berikut:

a) Sebagai pelaksana garis yang ditentukan Direktur Utama dan menyampaikan kepada bawahannya.

b) Melaksanakan garis-garis atau manajemen sepanjang wewenang c) Bertanggung jawab kepada Direktur Utama.


(58)

4) Manajer Umum

a) Mengadakan ketentuan-ketentuan atau penggarisan tentang pelaksanaan atau garis akuntansi secara menyeluruh.

b) Melaksanakan garis-garis yang ditentukan untuk bagian pegawai, mencakup penerimaan, penetapan pegawai, mutasi, pendidikan, dan pemberhentian pegawai.

c) Melaksanakan segala kegiatan yang berhubungan dengan instansi pemerintahan atau badan-badan yang bersangkutan dengan Akuntansi dan Personalia Umum.

d) Membuat laporan neraca, rugi laba, dan laporan keuangan minimal sekali setahun yang akan disampaikan kepada Dewan Direksi dan Dewan Komisaris pada rapat tahunan.

e) Membuat laporan kegiatan atau akivitas perusahaan minimal sekali setahun kepada Direktur Utama.

f) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan

Manajer umum membawahi tiga bagian yaitu personalia, akuntansi, pengawasan yang bertugas membantu tugas dari manajer umum. 5) Manajer Quality Control (pengawasan Mutu)

a) Membawahi laboratorium untuk menentukan kadar dari suatu bahan dan kualitasnya.

b) Menentukan kualitas dari suatu jenis obat dan mengadakan pengujian di laboratorium dan penentuan administrasinya.


(59)

c) Memeriksa hasil jadi obat dan kemanapun obat setelah beberapa bulan kemudian.

d) Bertanggung jawab kepada Direktur.

Manajer quality control membawahi supervisor yang bertugas membantu fungsi dari manajer quality control.

6) Manajer Research and Development

a) Meneliti jenis bahan baku dan formula yang diproduksi

b) Meneliti apakah obat yang diproduksi sesuai dengan rencana produksi c) Meneliti dan mengembangkan jenis obat baru yang akan diproduksi d) Bertanggung jawab kepada direktur..

Manajer research and development dibantu oleh staf research and

development untuk menjalankan tugasnya.

7) Manajer Produksi

a) Membuat perencanaan produksi, jumlah produksi, masa produksi, kapasitas terpakai suatu mesin dan kapasitas terpakai tenaga kerja.

b) Melaksanakan pengawasan persediaan bahan baku, pengemasan dan pengawasan terhadap hasil produksi.

c) Bertanggung jawab kepada direktur.

Manajer produksi dibantu oleh wakil manajer produksi dalam menjalankan tugasnya.

8) Manajer Keuangan

a) Menyusun laporan keuangan setiap akhir bulan b) Bertanggung jawab atas perencanaan biaya produksi


(60)

c) Melaksanakan administrasi keuangan dan mengontrol tagihan dan pembayaran utang perusahaan

d) Membuat catatan mengenai kas dan bank

e) Melaksanakan pembayaran kewajiban rutin perusahaan atas persetujuan direksi

f) Bertanggung jawab terhadap direktur.

Manajer keuangan dibantu oleh kasir untuk melaksanakan tugasnya. 9) Manajer Penjualan

a) Menerima pesanan dari langganan-langganan dan konsumen b) Menentukan perluasan pasar

c) Menjual barang yang diproduksi sesuai garis-garis yang telah ditentukan d) Mengadakan komunikasi langsung dengan bagian produksi,misalnya

membuat pembukuan tentang penjualan

e) Mengadakan komunikasi langsung dengan bagian produksi, misalnya membuat pembukuan tentang penjualan.

f) Melakukan promosi dan memasarkan obat-obatan keluaran PT. Mutiara Mukti Farma

g) Melakukan analisa pasar dan mengatur saluran distribusi barang jadi h) Bertanggung jawab terhadap direktur.

Manajer penjualan dibantu oleh staf penjualan dalam melaksanakan kegiatannya.

10)Manajer Pembelian


(61)

b) Mengatur jadwal pengadaan persediaan sesuai dengan program produksi dan jumlah stok bahan yang sudah ada

c) Mencari informasi harga-harga persediaan yang akan dibeli d) Bertanggung jawab terhadap direktur.

11)Kepala Unit Teknisi

a) Menentukan jadwal perawatan mesin dan peralatan produksi sehingga setiap mesin akan digunakan selalu siap sedia

b) Melakukan perbaikan atas kerusakan mesin dan perbaikan bangunan pabrik

c) Menyusun daftar kebutuhan bahan dan peralatan produksi bagi setiap penggantian yang diperlukan

d) Bertanggung jawab terhadap manajer produksi. 12)Kepala Unit Perencanaan Produksi

a) Bertugas melakukan perencanaan segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan dibagian produksi.

b) Bertanggung jawab kepada manajer produksi.

Dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh unit-unit produksi, misalnya unit powder, sirup, kapsul, tablet, injeksi, dan salep.

13)Kepala Gudang Barang Jadi

a) Bertugas menerima, menyimpan dan menyalurkan obat-obatan yang ada digudang


(62)

14)Kepala Gudang Kemasan

a) Bertugas menyalurkan kemasan kepada bagian produksi b) Bertanggung jawab terhadap manajer produksi.

15)Kepala Gudang Persediaan Bahan Baku dan Penolong

a) Menyalurkan barang-barang yang ada digudang pada bagian-bagian yang memerlukan

b) Melaksanakan segala urusan yang berkaitan dengan bahan baku yang diterima dan dikeluarkan dari gudang persediaan bahan baku dan bahan penolong

c) Bertanggung jawab terhadap manajer produksi.

c. Kegiatan Usaha PT. Mutiara Mukti Farma Medan

PT. Mutiara Mukti Farma Medan adalah perusahaan yang memproduksi 75 jenis obat-obatan. Secara garis besar obat-obatan yang diproduksi dibagi enam kelas yaitu obat sirup, obat tablet, obat kapsul, obat powder, obat injeksi, dan obat salep. Berikut beberapa jenis obat yang diproduksi oleh PT Mutiara Mukti Farma Medan.

1) Flu Anak Mas 60 ml sirup 2) Paracetamol 500 mg tablet 3) Ampicillin 250/500 mg kapsul 4) Salicyl Bedak 50 gr powder

5) Aquabidest Sterill 20,300,500 ml injeksi 6) White Field 30 gr salep


(63)

Dalam penelitian ini memusatkan perhatian bahan baku Paracetamol 500 mg tablet yaitu paracetamol powder yang dipesan dari Surabaya, karena pemakaiannya yang ralatif stabil. Hal ini dapat dilihat pada daftar pemakaian persediaan bahan baku utama yang tertera pada lampiran. Serta diikuti dengan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang konstan karena memiliki supplier yang tetap.

2. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen PT. Mutiara Mukti Farma Medan

PT. Mutiara Mukti Farma Medan menggunakan sistem perpertual dalam mencatat persediannya. Dimana tugas ini dilakukan oleh bagian gudang persediaan bahan baku dan bahan pembantu.

Teknik perencanaan persediaan yang digunakan adalah anggaran produksi dan anggaran keuangan. Pembuatannya berdasarkan pengalaman dari waktu-waktu lalu. Anggaran produksi obat paracetamol tablet 500 mg adalah 200.000 tablet per bulan dimana produksi dilakukan satu kali dalam sebulan yaitu hari Selasa pertama setiap bulan, dengan kata lain dalam satu tahun dilakukan 12 kali produksi. Berikut daftar biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pengadaan paracetamol powder:

a. Harga paracetamol powder Rp 40.150,- per kg b. Biaya pemesanan persediaan adalah sebagai berikut:

1) Biaya materai Rp 6000,-


(64)

3) Biaya transfer uang ke pemasok Rp 15.000,- 4) Biaya fax Rp 8000,-

Total biaya pemesanan Rp 54.000

c. Biaya penyimpanan untuk setiap unit persediaan adalah 25% dari harga persediaan per unit yaitu 25% x Rp 40.150 = Rp 10.037,5 (Rp 10.000)

Untuk memproduksi obat paracetamol 500 mg dibutuhkan komposisi penggunaan bahan baku dan bahan penolong. Berikut komposisi yang digunakan untuk memproduksi obat paracetamol 500 mg:

Nama obat : Paracetamol 500 mg Kalkulasi : 200.000 tablet

Kemasan : dalam botol plastik / 1000 tablet

Tabel 4.1

Penggunaan bahan baku dan bahan pembantu

Nama Bahan Jumlah Bahan Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga Paracetamol powder 100 kg 40.150 401.500 Lactose 16 kg 13.250 212.000 Coen Starch 12 kg 5.650 67.800 Kollidon 2,8 kg 165.000 462.000 Magn Stearcate 0,8 kg 22.000 17.600 Talcum 3,2 kg 11.300 36.160 Mipasol 0,2 kg 320.000 64.000 Eurocert Blue 0,022 kg 320.000 7.040 Alkohol 96% 2 Liter 6.000 12.000 Vanilin 0,12 kg 215.000 25.800 Nipagin 0,04 kg 79.750 3.190 Sillicagel 200 bks 50 10.000

Persediaan bahan baku yang digunakan adalah paracatamol powder dan menggunakan beberapa bahan penolong terdiri dari:

a. Lactose, coen strach, dan kollidon digunakan sebagai pengisi b. Magn stearcate dan talcum digunakan sebagai pelicin


(65)

c. Mipasol digunakan sebagai pengawet d. Eurocert blue digunakan sebagai pewarna e. Alkohol 96% digunakan sebagai pencampur f. Vanilin digunakan sebagai pewangi

g. Nipagin digunakan sebagai pengawet internal h. Sillicagel digunakan sebagai pengawet eksternal

3. Peranan Sistem Informasi Akuntansi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan Persediaan

Pengambilan keputusan atas pengelolaan persediaan dilakukan oleh manajemen PT. Mutiara Mukti Farma Medan dengan cara melakukan koordinasi antara Manajer Produksi, Manajer Keuangan, Manajer Pembelian, Kepala Unit Bahan Baku, dalam menggunakan anggaran produksi, anggaran keuangan, catatan persediaan dari bagian gudang bahan baku, dan informasi mengenai harga persediaan yang akan dipesan yang menjadi sebuah sistem guna menghasilkan informasi tentang kebutuhan persediaan, jumlah dana yang tersedia dan ketersediaan persediaan yang ada di gudang yang digunakan oleh manajer pembelian dalam melakukan pemesanan dan pengaturan jadwal persediaan. PT. Mutiara Mukti Farma Medan melakukan pembelian persediaan berdasarkan kebutuhan namun tidak pernah memperhitungkan sistem pemesanan ekonomis dengan sistem persediaan pengaman. Apabila kas yang tersedia mencukupi, perusahaan akan melakukan pemesanan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan selama beberapa bulan guna menjaga ketersediaan persediaan karena waktu tiba


(66)

pesanan sering berubah-ubah tanpa memperkirakan biaya penyimpanan, biaya keusangan persediaan, serta besarnya kas yang diinvestasikan untuk persediaan. Apabila kas tidak mencukupi untuk pembelian persediaan secara sekaligus maka pemesanan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan produksi. Pemesanan persediaan dilakukan oleh manajer pada saat persediaan yang ada digudang telah menipis.

B. Analisis Hasil Penelitian

Sistem informasi akuntansi manajemen merupakan suatu sistem yang menghasilkan informasi bagi pihak manajemen yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini keputusan yang diteliti adalah keputusan atas pengelolaan persediaan perusahaan berupa keputusan berapa jumlah pesanan, kapan pemesanan dilakukan, dan berapa jumlah persediaan harus disimpan ketika pemesanan akan dilakukan.

1. Prosedur Pengambilan Keputusan Persediaan

PT. Mutiara Mukti Farma Medan dalam pengambilan keputusan pengelolaan persediaan memperhatikan beberapa hal yaitu:

a. Dalam menentukan kuantitas pemesanan persediaan berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan persediaan yang ada di gudang

b. Bila keuangan memadai maka pemesanan dapat dilakukan sekaligus untuk memenuhi persediaan beberapa bulan


(67)

c. Bila keuangan tidak mencukupi untuk dilakukan pemesanan, maka jumlah persediaan yang dipesan hanya untuk memenuhi kebutuhan persediaan satu bulan saja.

Adapun proses dalam pengambilan keputusan pengelolaan persediaan PT Mutiara Mukti Farma Medan adalah sebagai berikut:

a. Bagian unit perencanaan produksi mengajukan permohonan pengadaan persediaan sesuai anggaran produksi kepada manajer produksi

b. Manajer produksi melakukan persetujuan terhadap permohonan pengadaan persediaan dan kemudian memberikannya kepada manajer pembelian

c. Manajer pembelian selaku pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan persediaan meminta kartu stock gudang dari unit gudang bahan baku

d. Setelah mengetahui ketersediaan bahan baku yang ada digudang maka manajer pembelian menugaskan staff pembelian untuk mencari tahu harga persediaan yang akan dipesan

e. Setelah mengetahui harga dan kuantitas persediaan yang akan dipesan maka manajer pembelian mengajukan permohonan pengadaan persediaan kepada pihak keuangan

f. Manajer keuangan mempertimbangkan dana yang tersedia untuk pemesanan persediaan

g. Setelah keputusan dana yang tersedia dikeluarkan oleh manajer keuangan, manajer pembelian menugaskan staff pembelian untuk melakukan pemesanan melalui telepon kepada pihak supplier.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis penelitian pada PT Mutiara Mukti Farma Medan, penulis dapat menarik kesimpulan:

1. Sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan dalam pengambilan keputusan manajemen PT Mutiara Mukti Farma Medan dalam pengelolaan persediaan adalah sistem pencatatan persediaan perpetual, sistem anggaran (budgeting) yang berupa anggaran produksi dan biaya, tanpa menggunakan sistem akuntansi biaya.

2. Peranan sistem informasi akuntansi manajemen yang digunakan perusahaan belum mendukung pengambilan keputusan pengelolaan persediaan karena hanya untuk menghasilkan informasi berupa jumlah persediaan yang ada digudang, jumlah penggunaan persediaan untuk memenuhi anggaran produksi, serta besarnya kas yang tersedia untuk melakukan pemesanan.

3. Dinyatakan belum mendukung pengambilan keputusan karena sistem tidak menghasilkan informasi mengenai jumlah pemesanan ekonomis, jumlah persediaan harus disimpan bila terjadi keterlambatan pengiriman pesanan dan kapan sebaiknya pesanan dilakukan agar tidak terjadi penumpukan persediaan di gudang. Hal ini terlihat dari keputusan manajemen perusahaan mengenai kapan pemesanan dilakukan yang hanya menggunakan informasi persediaan yang menunjukan telah menipisnya persediaan digudang dan informasi


(2)

ketersediaan kas tanpa memperhitungkan biaya pemeliharaan ataupun biaya kekurangan persediaan.

4. Struktur organisasi yang ada pada PT Mutiara Mukti Farma Medan menurut penulis dapat dikatakan telah memenuhi syarat untuk sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam produksi obat-obatan karena pembagian tugas dan wewenang didasarkan pada tingkatan atau jenjang yang telah ditetapkan antara pimpinan dan bawahannya.

B. Saran

Setelah menguraikan beberapa kesimpulan dari penelitian terhadap PT Mutiara Mukti Farma Medan, penulis akan mencoba memberikan sedikit saran sesuai dengan kemampuan penulis:

1. Dalam melakukan pengambilan keputusan pengelolaan persediaan pihak manajemen perusahaan sebaiknya juga menggunakan sistem akuntansi biaya yang berperan memberi informasi tentang biaya yang dikeluarkan untuk segala keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen, dimana informasi tersebut berupa informasi biaya pemesanan dan pemeliharaan persediaan yang akan terjadi berdasarkan kuantitas pemesanan persediaan yang dilakukan. 2. Perusahaan sebaiknya menggunakan sistem pemesanan ekonomis (EOQ), titik

pemesanan kembali (ROP),dan sistem persediaan pengaman (safety stock) untuk meminimalkan biaya persediaan dan menjamin ketersediaan persediaan digudang dimana persediaan tidak akan mengalami keusangan yang akan


(3)

berdampak pada menurunnya kualitas persediaan bahan baku berupa bahan kimia yang mudah terkontaminasi.

3. Manajemen perusahaan sebaiknya tidak menggunakan kas yang ada di perusahaan sebagai penentu jumlah pesanan, karena bila kas dalam jumlah besar digunakan untuk melakukan pemesanan maka akan terjadi penumpukan dana pada satu pos yaitu persediaan saja, yang seharusnya dapat dipergunakan untuk keperluan lain.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan, dan Marwan Asri, 2003. Anggaran Perusahaan, Buku I, Edisi 2003/2004, BPFE, Yogyakarta.

Ahyari, Agus, 1999. Efisiensi Persediaan Bahan, Edisi Kedua, BPFE UGM, Yogyakarta.

, 2002. Anggaran Perusahaan Pendekatan Kuantitatif Buku 1, Cetakan Keempat, BPFE, Yogyakarta.

Andi, 2003. Panduan Sistem Akuntansi Online Berbasis Komputer, Wahana Komputer, Semarang.

Anoraga, Panji, 2000. Manajemen Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta.

Bodnar, George H., dan William S. Hopwood, 2000. Sistem Informasi Akuntansi, Terjemahan Amir Abadi Jusuf dan Rudi M. Tambunan,

Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Gitosudarmo, Indriyo., dan Basri, 2002. Manajemen Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Pertama, 2002.

Halim, Abdul, Bambang Supomo, 2001. Akuntansi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Hall, James A., 2001. Sistem Informasi Akuntansi, Terjemahan tim Penerjemah Salemba Empat, Edisi Ketiga Cetakan Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

Hansen dan Mowen, 1999. Akuntansi Manajemen. Terjemahan Ancella A. Hermawan dan Tulus Sihombing, Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Hasan, M. Iqbal, 2002. Pokok-Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Hutagaol, Srianjuma, 2008. Perencanaan dan Pengawasan Persediaan Obat dengan Metode Economic Quantity (EOQ) Pada Rumah Sakit Umum Siti Hajar Medan, Medan.

Indrajit, Richardus Eko, 2000. Pengantar Konsep Dasar Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi, Elex Media Komputindo, Jakarta. Mulyadi, 2002. Auditing, Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta.


(5)

,2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

Niswonger, C. Rollin, dkk, 2000. Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi Kesembilanbelas, Penerjemah Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, Erlangga, Jakarta.

O’ Brien, James A., 2006. Pengantar Sistem Informasi, Terjemahan Dewi Fitriasari, dan Deni Aros Kewary, Edisi Keduabelas, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Partomuan, Johannes, 2008. Analisis penerapan informasi akuntansi manajemen dalam proses pengambilan keputusan pada PDAM Tirtanadi Medan, Medan.

Siagian, S.P, 1992. Teori dan PraktekPengambilan Keputusan, Cetakan Kedua, Mas Agung, Jakarta.

Rangkuti, Freddy, 2004. Manajemen Persediaan Aplikasi Di Bidang Bisnis, Edisi Kedua, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Render, Barry, dan Jay Heizer, 2001. Prinsip – Prinsip Manajemen Operasi Reviewer Kresnohadi Ariyoto, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta. Romney, Marshall B., dan Paul John Steinbart, 2004. Sistem Informasi Akuntansi, Terjemahan Dewi Fitriasari, dan Deny Aros

Kewary, Edisi Sembilan, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.

Rudianto, 2006. Akuntansi Manajemen, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Samryn, L. M, 2002. Akuntansi Manajerial, EdisiPertama, Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Saputro, Gunawan Adi, dkk, 2003. Anggaran Perusahaan, Buku Satu, Edisi 2003/2004, BPFE, Yogyakarta.

Simamora, Henry, 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid , Salemba Empat, Jakarta.

, 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid II, Salemba Empat, Jakarta.

Skousen, K. Fred,dan James D. Stice, 2004. Akuntansi Intermediate, Terjemahan Tim Penerjemah Salemba Empat, Edisi Kelima Belas, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta.


(6)

Supriyono, R. A, 2001. Akuntansi Manajemen 2 Struktur pengendalian Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Syahyunan, 2004. Manajemen Keuangan I ( Perencanaan, Analisis dan Pengendalian Keuangan), USU Press, Medan.

Turban, Efraim, dkk, 2006. Pengantar Teknologi Informasi, Terjemahan Deny Aros Kwary, dan Dewi Fitria Sari, Edisi Tiga, Salemba Empat, Jakarta. Umar, Husein, 2003. Riset Akuntansi, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Weston, J. Fred, dan Eugene F. Brigham, 1999. Dasar - dasar Manajemen

Keuangan, Terjemahan Alfonsus, Edisi Kesembilan, Jilid Satu, Erlangga, Jakarta.

Widjajanto, Nugroho, 2001. Sistem Informasi Akuntansi, Erlangga, Jakarta.

Williams, Chuck, 2001. Manajemen, Edisi Pertama, Buku I, Salemba Empat, Jakarta.

Wilson, James D., dan John B Campbell, 2001. Controllership Tugas Akuntan Manajemen, Terjemahan Tjintjin Fenix Tjendera, Erlangga, Jakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Pnulisan Proposal Penelitian dan Pnulisan Skripsi, Medan.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

www.ti.itb.ac.id http://digilib.usu.ac.id