13 .
Wa `iżja„alnāl baita maṡābatan linnāsi wa `amnan wa `attakhiżū min maqāmi `ibrahīma muṣallān, wa „ahidnā `ilā `ibrahīma wa `ismā„īla `an ṭahhirā baitiya
li ṭṭā`ifīna wal „ākifīna wa ar-rukka„i as-sujūdi. “Dan ingatlah, ketika Kami
menjadikan rumah itu Baitullah tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. dan telah
Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-
orang yang thawaf, yang itikaf, yang ruku dan yang sujud”. Qs. 2:125
Ayat Alquran di atas dilihat dari segi maknanya, kata
ص ة
ṣalātun
dengan bentuk ً ص
mu ṣallān bermakna gramatikal tempat salat. Makna „tempat
salat‟ adalah makna yang dihasilkan akibat proses afiksasi yang terdapat pada kata
ً ص
mu ṣallān tersebut, yaitu penambahan prefiks
- mim sebagai salah satu penanda dari isim makan.
2.3.2.2 Makna Gramatikal Reduplikasi
Reduplikasi juga merupakan satu proses gramatikal dalam pembentukan kata. Secara umum makna gramatikalnya adalah menyatakan „pluralis‟ atau
„intensitas‟. Umpamanya kata rumah direduplikasikan menjadi rumah-rumah bermakna gramatikal „banyak rumah‟, dan kata besar direduplikasikan menjadi
besar-besar memiliki makna gramatikal „banyak yang besar‟. Sedangkan kata
memukul yang direduplikasikan menjadi memukul-mukul memberi makna gramatikal „berkali-kali memukul‟. Chaer, 2003:280
Namun, makna gramatikal reduplikasi ini tampaknya tidak bisa ditafsirkan pada tingkat morfologi saja, melainkan baru bisa ditafsirkan pada tingkatan
gramatikal yang lebih tinggi yaitu pada tingkatan sintaksis. Contoh :
Universitas Sumatera Utara
14 1.
Bukalah pintu itu lebar-lebar 2.
Daunnya sudah lebar-lebar, tetapi belum dipetik. 3.
Kumpulkan kertas yang lebar-lebar itu disini.
Kata lebar- lebar pada kalimat 1 bermakna „selebar mungkin‟, pada kalimat 2
bermakna „banyak yang lebar‟ dan pada kalimat 3 bermakna „hanya yang lebar saja‟. Sejauh ini penulis tidak menemukan kata
ة ص ṣalātun dalam Alquran yang
mengalami proses gramatikal reduplikasi.
2.3.2.3 Makna Gramatikal Komposisi
Butir leksikal dalam setiap leksikal, termasuk bahasa Indonesia, adalah terbatas, padahal konsep-konsep yang berkembang dalam kehidupan manusia
selalu bertambah. Oleh karena itu, selain dengan proses afiksasi dan proses reduplikasi, banyak juga digunakan proses komposisi untuk menampung konsep-
konsep yang baru muncul itu atau yang belum ada kosa katanya. Umpamanya, dulu kata kereta digunakan untuk menampung konsep „kendaraan beroda yang
ditarik oleh kuda‟. Kemudian dengan hadirnya kereta yang berjalan di atas rel dan
ditarik oleh lokomotif bertenaga uap, muncullah gabungan kata kereta api atau kereta rel; dan yang ditarik oleh kuda disebut kereta kuda. Lalu, dengan hadirnya
tenaga listrik yang digunakan untuk menjalankan kereta muncullah kata kereta listrik. Chaer, 2003:282
Dalam perkembangan selanjutnya dikenal pula pola komposisi kata seperti kereta penumpang, kereta barang, kereta bisnis, kereta eksekutif dan sebagainya,
dengan makna gramatikal ‟kereta untuk mengangkut penumpang‟,‟ kereta untuk mengangku
t barang‟, „kereta untuk kelas bisnis‟, dan „kereta untuk penumpang eksekutif‟
Penutur asli suatu bahasa tidak perlu secara khusus mempelajari dulu fitur semantik kosa kata yang ada di dalam bahasanya untuk dapat membuat
Universitas Sumatera Utara
15 gabungan kata, sebab fitur-fitur semantik itu sudah turut ternuranikan sewaktu dia
dalam proses pemerolehan bahasanya.
Contoh yang penulis temukan diantaranya:
Yā `ayyuha al-lażīna `āmanū liyasta`żinukumu al-lażīna malakat `aimānukum wa al-
lażīna lam yablugū al-ḥuluma minkum ṡalāṡa marrātin, min qabli ṣalāti al-fajri wa
ḥīna taḍaʻū ṡiyābakum mina aẓ-ẓahīrati wa min baʻdi ṣalāti al-ʻisyā`i, ṡalāṡa ʻaurātin lakum, laisa ʻalaikum wa lā ʻalaihim junāḥun baʻdahunna, ṭawwāfūna
ʻalaikum baʻḍukum ʻalā baʻḍin, każalika yubayyinu allahu lakumu al-`ayāti, wa allahu ʻalīmun ḥakīmun. “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-
budak lelaki dan wanita yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali dalam satu hari Yaitu:
sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian luarmu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya. Itulah tiga aurat bagi kamu. tidak
ada dosa atasmu dan tidak pula atas mereka selain dari tiga waktu itu. mereka melayani kamu, sebahagian kamu ada keperluan kepada sebahagian yang lain.
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
” Qs. 24:58
Pada ayat Alquran di atas terdapat 2 dua kata
ة ص ṣalātun yang mengalami proses gramatikal, yaitu gramatikal komposisi pada
رجفلا ةولص ṣalāti al- fajri dan
ءاشعلا ةولص ṣalāti al-`isyā‟ Proses gramatikal di sini adalah penggabungan dua kata yaitu kata
ةولص ṣalāti dengan kata
رجفلا al-fajri, sehingga رجفلا ةولص ṣalāti al- fajri
Universitas Sumatera Utara
16 bermakna
gramatikal „sembahyang subuh sembahyang yang dilakukan di waktu subuh‟ serta penggabungan dua kata yaitu kata ةولص ṣalāti dengan kata ءاشعلا
al- `isyā‟, sehingga
ءاشعلا ةولص ṣalāti al-`isyā‟ bermakna gramatikal „sembahyang yang dilakukan di waktu isya`‟. رجفلا ةولص ṣalāti al- fajri dan ةولص
ءاشعلا ṣalāti al-`isyā‟ dalam bahasa Arab dikenal dengan iḍafah, yaitu ةولص
ṣalāti sebagai muḍaf, sedangkan رجفلا dan ءاشعلا adalah muḍafun ilaih.
2.3.2.4 Kasus Kepolisemian