Landasan Teori 1. Laporan Keuangan

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan Keuangan

2.1.1.1. Definisi dan Konsep

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga manajemen mendapatkan informasi yang bermanfaat Kartika, 2009 : 199. Sedangkan menurut Baridwan 2000 : 233, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, atau merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. IAI 2009 dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 Par 07 menyebutkan tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Di samping itu, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen stewardship atau pertanggungjawaban manajemen atas dasar sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Atas dasar tujuan tersebut, diharapkan bahwa para pemakai laporan 13 Universitas Sumatera Utara 14 keuangan dapat menilai informasi yang dihasilkan untuk dasar pengambilan keputusan ekonomi yang berkaitan dengan perusahaan tersebut. Komponen laporan keuangan yang lengkap menurut IAI 2009 dalam PSAK N0. 1 Par 08, terdiri dari komponen neraca, laporan labarugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap disajikan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi. Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan oleh manajemen kepada pihak luar perusahaan. Kualitas komunikasi yang dicapai akan tergantung dengan kualitas laporan keuangan. Untuk mendukung tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik, maka diperlukan adanya aturan regulasi yang dibuat oleh profesi dewan pembuat standar dan Pemerintah. Karakteristik kualitas laporan keuangan menurut IAI 2009 sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Par. 07E adalah: 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2. Relevan Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, dengan Universitas Sumatera Utara 15 membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan. 3. Keandalan Informasi juga harus andal reliable. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur faithful representation dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4. Dapat dibandingkan Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan trend posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa laporan keuangan yang berkualitas adalah laporan dengan kandungan informasi dapat dipahami, relevan, dapat diandalkan, dan mempunyai daya banding. Karakteristik relevan di sini berarti laporan tersebut mampu mendeskripsikan kondisi keuangan perusahaan secara tepat waktu. Suwarjono dalam Wirakusuma 2004 : 186 menyebutkan bahwa ketepatwaktuan informasi bermakna informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuan mempengaruhi keputusan maupun untuk membuat perbedaan dalam suatu keputusan. Termaktub pula dalam PSAK No. 1 Paragarph 43 IAI, 2009, bahwa penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan akan berakibat pada hilangnya relevansi laporan keuangan.

2.1.1.2. Penyampaian Laporan Keuangan

Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan Universitas Sumatera Utara 16 telah diaudit oleh akuntan publik. Tuntutan tersebut diatur dalam Pasal 69 ayat 1 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan selanjutnya diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-80PM1996, yang mewajibkan setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit oleh auditor independennya kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat 120 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan. Namun, sejak tanggal 30 September 2003, Bapepam memperketat peraturan dengan dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36PM2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Pada penjelasan UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal diatas diterangkan dengan jelas kewajiban untuk menyampaikan dan mengumumkan laporan yang berisi informasi berkala tentang kegiatan usaha dan keadaan keuangan perusahaan publik, dan diharapkan perusahaan menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bapepam. Pentingnya ketepatan waktu terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri, apabila terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Peran tersedianya informasi laporan keuangan yang tepat waktu akan digunakan oleh Universitas Sumatera Utara 17 investor pemodal sebagai keputusan investasi, dan digunakan masyarakat dalam hal ketersediaan informasi, serta untuk efektivitas pengawasan oleh Bapepam. Apabila perusahaan tidak menyampaikan laporan keuangannya secara tepat waktu maka akan dikenakan sanksi administratif. Sanksi administratif yang dikenakan pada perusahaan yaitu berupa denda, yang sesuai dengan ketentuan pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal yang menyatakan bahwa : “Emiten yang pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp 1.000.000 satu juta rupiah atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp 500.000.000 lima ratus juta rupiah.”

2.1.1.3. Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan kegiatan menganalisa laporan keuangan yang lahir dari suatu konsep dan sistem akuntansi keuangan. Kegiatan analisis laporan keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, lebih akurat, dan disajikan sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan. Harahap 2001 : 190 memberikan pengertian analisis laporan keuangan ”sebagai suatu kegiatan menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikasi atau yang mempunyai makna antara data kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”. Sedangkan menurut Universitas Sumatera Utara 18 Aliminsyah 2003 : 290, “Analisis laporan keuangan adalah pemeriksaan segala komposisi laporan keuangan yang berguna sebagai landasan yang membuat penafsiran dan kesimpulan”. Berdasarkan kedua definisi di atas jelas terlihat bahwa berbicara analisis laporan keuangan erat kaitannya dengan pemeriksaan atau auditing guna memahami secara lebih mendalam hubungan data yang disajikan di dalam laporan keuangan. Harahap 2001:197 menyebutkan beberapa tujuan yang hendak dicapai dari suatu kegiatan analisis laporan keuangan, antara lain : 1. Screening Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan. 2. Understanding Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya. 3. Forcasting Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. 4. Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan. 5. Evaluation Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Objek yang di analisis dari suatu kegiatan analisis laporan keuangan menurut Harahap 2001:198, meliputi : 1. Analisis Neraca Analisis Neraca merupakan refleksi hasil yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu dan modal yang digunakan untuk melaksanakan dan mencapainya. Dalam analisis neraca disorot mutu dan kecukupan aktiva, dan modal serta hubungan antara ketiganya, apakah ada yang dilebih-lebihkan antara satu dengan yang lain. Universitas Sumatera Utara 19 2. Analisis Laba Rugi Analisis Laba Rugi merupakan media untuk mengetahui keberhasilan operasional perusahaan, keadaan usaha, kemampuannya memperoleh laba efektifitas operasinya. Dalam analisis laba rugi disorot tern penjualan, harga pokok produksi, biaya overhead, marjin yang diperoleh marjin laba, mutu laba. Poin-poin ini dapat diperbandingkan dengan rata-rata prestasi perusahaan sejenis atau perusahaan tertentu yang dianggap sebagai saingan atau yang berprestasi baik. 3. Analisis Arus Kas Analisis Arus Kas dapat menunjukan pergerakan arus kas dari mana sumber kas diperoleh dan kemana dialirkan. Biasanya dalam laporan arus kas sumber dan penggunaan kas diperoleh dari tiga sumber : Operasional, Pembiayaan, dan Investasi. Dari struktur arus dana dapat dilihat kemampuan dana operasional yang dipakai dan disetor untuk modal kerja. Metode yang digunakan didalam menganalisa suatu laporan keuangan, secara umum menurut Prastowo dan Juliaty 2008: 132-133, meliputi : metode analisis horizontal dinamis dan metode analisis vertikal statis. Metode analisis horizontal dinamis adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun periode, sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Metode ini disebut metode analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda sedangkan disebut analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun periode. Teknik analisis yang temasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik perbandingan, analisis trend, analisis sumber dan penggunaan dana, dan analisis perubahan laba kotor. Metode analisis vertikal statis adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun periode tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos satu dengan pos lainnya pada laporan Universitas Sumatera Utara 20 keuangan yang sama untuk tahun periode yang sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama maka disebut metode vertikal. Sedangkan metode ini disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun periode yang sama. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain teknik analisis persentase perkomponen Common Size, analisis rasio, dan analisis impas. 2.1.2. Auditing Pengauditan 2.1.2.1. Pengertian Auditing Jusup 2001: 328 mengatakan auditing merupakan suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Mulyadi 2002 : 162, auditing adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mencari bukti-bukti dengan cara objektif yang berkaitan dengan pernyataan-peryataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian- kejadian ekonomi untuk menentukan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan. Asmara dalam Sejati 2007 : 87-88 mengatakan suatu laporan keuangan perlu diaudit dikarenakan : Universitas Sumatera Utara 21 1 Adanya perbedaan kepentingan antara pemakai laporan keuangan dengan manajemen sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap penyusunan laporan keuangan tersebut. 2 Laporan keuangan memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan keuangan 3 Kerumitan data 4 Keterbatasan akses pemakai laporan keuangan terhadap catatan-catatan akuntansi Audit atas laporan keuangan secara umum bertujuan untuk memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal material, sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Selanjutnya dalam audit juga biasanya dirumuskan tujuan khusus audit untuk setiap rekening yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Tujuan khusus ini berasal dari asersi-asersi yang dibuat manajemen dalam laporan keuangan Jusup, 2001 : 111. Berdasarkan sifat yang dianalisis, auditing mempunyai fungsi memecah- mecah atau menguraikan informasi yang ada dalam laporan keuangan untuk mencari bukti yang dapat mendukung pendapat auditor mengenai kewajaran penyajian informasi tersebut. Audit laporan keuangan yang dilaksanakan auditor merupakan fungsi untuk menentukan apakah laporan keuangan yang disusun manajemen telah memenuhi kriteria yang telah disepakati bersama atau telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam SAK di Indonesia.

2.1.2.2. Pengertian Auditor

Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau Universitas Sumatera Utara 22 organisasi disebut auditor. Menurut Jusup 2001 : 112-113, Auditor dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1 Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit harus diatas keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah. Di Indonesia audit dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak tunduk pada pemerintah sehingga dapat diharapkan dapat melakukan audit secara independen, namun demikian badan ini bukanlah badan yang berdiri diatas pemerintah. Hasil audit yang dilakukan BPK disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai alat kontrol atas pelaksanaan keuangan negara. 2 Auditor Intern Auditor intern adalah auditor yang bekerja didalam perusahaan perusahaan negara maupun perusahaan swasta yang tugas pokoknya adalah menentukan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen. Pada umumnya auditor intern wajib memberikan laporan secara langsung kepada pimpinan tertinggi perusahaan atau pejabat tinggi tertentu lainnya dalam perusahaan. Tanggungjawab auditor intern pada berbagai perusahaan sangat beranekaragam tergantung pada kebutuhan perusahaan yang bersangkutan. Sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan tugas rutin berupa audit kesesuaian. Agar dapat melakukan tugasnya secara efektif, auditor intern harus independen terhadap fungsi-fungsi lini dalam organisasi tempat ia bekerja, namun ia tidak dapat independen terhadap perusahaannya karena ia adalah pegawai dari perusahaan yang diauditnya. 3 Auditor Independen atau Akuntan Publik Auditor independen atau sering disebut sebagai akuntan publik adalah auditor yang mempunyai tanggung jawab melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan terbuka yaitu perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal, perusahaan-perusahaan besar, dan juga perusahaanperusahaan kecil, serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari laba. Praktik sebagai akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan Publik KAP yang telah mendapat izin dari Departemen Keuangan. Seseorang baru akan memperoleh ijin berpraktek sebagai akuntan publik apabila yang bersangkutan memenuhi beberapa syarat yang telah ditentukan. Universitas Sumatera Utara 23

2.1.2.3. Laporan Auditor Independen

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya Mulyadi, 2002 : 164. Jusup 2001 : 121 mengatakan laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Didalam menerbitkan suatu laporan audit, auditor harus mematuhi keempat standar pelaporan dalam standar auditing. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor biasanya disampaikan dalam bentuk tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf yaitu: paragraf pengantar introductory paragraph, paragraf lingkup scope paragraph, dan paragraf pendapat opinion paragraph. Menurut Mulyadi 2002 : 165, paragraf pengantar berisikan tiga fakta yang diungkapkan oleh auditor : 1 tipe jasa yang diberikan oleh auditor, 2 objek yang di audit, 3 pengungkapan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan tanggung jawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan keuangan berdasarkan hasil audit. Pada paragraf ini terdapat tiga kalimat, yaitu kalimat pertama menjelaskan laporan keuangan yang menjadi objek sasaran audit, kalimat kedua menjelaskan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan, dan kalimat ketiga menjelaskan tanggung jawab auditor atas pendapat yang dinyatakan pada laporan audit. Pada paragraf lingkup, auditor menyatakan bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia IAPI dan beberapa penjelasan tambahan. Selain itu paragraf Universitas Sumatera Utara 24 ini juga berisi pernyataan keyakinan bahwa audit yang dilaksanakan berdasarkan standar audit tersebut dapat memberikan dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Paragraf opini audit digunakan auditor untuk menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material berdasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan dengan prinsip akuntansi berterima umum. Opini audit harus didasarkan atas standar auditing dan temuan-temuannya IAPI, 2011 : SA Seksi 508, paragraf 03. Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit. Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan diberikan pada laporan keuangan auditee berdasarkan setiap keadaan yang dijelaskannya. Terdapat lima tipe pendapat audit IAPI, 2011 : SA Seksi 508 Paragraf 10 yaitu: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, jika memenuhi kondisi berikut ini : a. Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan. b. Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan. c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesaui dengan prinsip akuntansi berterima umum. Jika laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien dan tidak terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, auditor dapat menerbitkan laporan audit baku. Universitas Sumatera Utara 25 2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan unqualified opinion report with explanatory language Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit baku ditambah dengan bahasa penjelasan. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan tersebut misalnya : a. Lingkup audit dibatasi oleh klien. b. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi di luar kekuasaan klien maupun auditor. c. Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. d. Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. 4. Pendapat tidak wajar adverse opinion Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika auditor tersebut tidak dibatasi ruang lingkup auditnya, sehingga auditor tersebut dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan. 5. Pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer of opinion Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Keadaan yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah : a. Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b. Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat karena auditor tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien. Universitas Sumatera Utara 26 Berikut ini disajikan contoh laporan auditor independen dengan opini WTP berdasarkan SA700 pada Gambar 2.1. Universitas Sumatera Utara 27 Sumber : Laporan Keuangan Audited PT. Tirta Mahakam Resources, Tbk 2014, diaudit oleh Drs. Pieter Solang, Ak. CPA Gambar 2.1. Contoh Laporan Auditor Independen

2.1.3. Audit Delay

Menurut Dyer McHugh dalam Utami, 2006 : 47, “Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditor’s report”. Selanjutnya menurut Subekti dan Widiyanti 2004 : 121, audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit Universitas Sumatera Utara 28 yang dilakukan oleh auditor yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan. Dyer dan Mc Hugh dalam Hilmi dan Ali 2008 : 36 menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya: 1. Preliminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa; 2. Auditor’s report lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani; 3. Total lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa. Audit delay atau yang dikenal juga sebagai audit report lag inilah yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan informasi yang dipublikasikan Kartika, 2009 : 121. Semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin lama pula audit delay. Jika audit delay semakin lama, maka kemungkinan keterlambatan penyampaian laporan keuangan akan semakin besar. Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan yang telah diaudit merupakan hal yang penting terutama bagi perusahaan publik yang menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Keterlambatan pelaporan keuangan yang telah diaudit secara tidak langsung juga diartikan oleh investor sebagai sinyal buruk bagi perusahaan karena keterlambatan informasi yang diterima dapat menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Sementara di satu sisi, publik khususnya investor menuntut auditor untuk dapat menyelesaikan laporan audit secara tepat waktu. Pada sisi lain, proses audit merupakan aktivitas yang membutuhkan waktu dimana auditor harus memenuhi standar auditing Universitas Sumatera Utara 29 seperti standar umum ketiga yang menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan penuh kecermatan dan ketelitian, dan standar pekerjaan lapangan menyatakan bahwa audit harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan pengumpulan bukti audit yang memadai. Dengan adanya standar inilah yang memungkinkan auditor dapat menunda mempublikasikan laporan keuangan auditan, apabila dirasakan perlu memperpanjang waktu audit ketika menemukan berbagai peristiwa yang menimbulkan keraguan di dalam proses audit Panjaitan, 2010 : 168. Pada umumnya, audit delay menurut Carslaw dan Kaplan 1991, Countis 1976, Dyer dan Mc Hugh 1975, Halim 2000, Givoly 1982, Na’im 1999 dan Sulistyo 2010, dipengaruhi faktor ukuran perusahaan, opini audit, reputasi KAP, solvabilitas, profitabilitas, kompleksitas operasi perusahaan. 2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay

2.1.4.1. Ukuran Perusahaan

Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala yang mengklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan. Suwito dan Herawaty 2005: 138 membedakan ukuran perusahaan kedalam 3 tiga kategori, yaitu : “perusahaan besar large firm, perusahaan menengah medium-size dan perusahaan kecil small firm. Besar – kecilnya ukuran size perusahaan sebagaimana dikategorikan di atas, dapat diukur dengan menggunakan indikator : total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut Basuki, 2006 : 138. Selanjutnya, dalam penelitian ini, besar kecilnya ukuran perusahaan diproksi dengan menggunakan Basuki, 2006 : 138 : Universitas Sumatera Utara 30 Ln total aktiva. Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan, semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki system pengendalian internal perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan Ukuran Perusahaan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit. Febrianty 2011 : 317 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap Audit Delay yang berarti bahwa semakin besar Ukuran Perusahaan maka semakin pendek Audit Delay dan sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan makan semakin panjang Audit Delay. Hal ini disebabkan perusahaan besar biasanya memilki sistem pengendalian internal yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Kartika 2011 : 166 menemukan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap audit delay, dan penelitian Simbolon 2009 : 71; Widosari 2012 : 92 dan Prasongkoputra 2013 : 67 yang menemukan ukuran perusahaan tidak mempengaruhi audit delay. Boynton dan Kell dalam Utami 2006:5 yang berpendapat bahwa, ”Audit Delay akan semakin lama apabila Ukuran Perusahaan yang akan di audit semakin besar”. Ini berkaitan dengan semakin besar perusahaan maka semakin banyak jumlah sampel anak Universitas Sumatera Utara 31 perusahaan yang harus diambil maka semakin luas juga prosedur audit yang dilakukan.

2.1.4.2. Reputasi KAP

Perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa KAP. Dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Baik-baik buruknya reputasi suatu KAP bergantung pada ukuran besar – kecilnya KAP tersebut. Riyatno 2007: 151 menggunakan indikator ukuran KAP sebagai proksi kualitas dengan membedakan KAP menjadi KAP besar Big Four Accounting Firms dan KAP kecil Non Big Four Accounting Firms. Indikator ukuran KAP tersebut dilakukan berdasarkan jumlah klien yang dilayani oleh suatu KAP, jumlah rekananggota yang bergabung, serta total pendapatan yang diperoleh.” Sedangkan menurut Wibowo dkk. dalam penelitian Hamid 2013 menyebutkan terdapat ada empat indikator penentu ukuran KAP, yaitu: 1. Besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP, 2. Banyaknya ragam jasa yang ditawarkan, 3. Luasnya cakupan geografis, termasuk afiliasi internasional, dan 4. Banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP. Universitas Sumatera Utara 32 Dalam penelitian ini, reputasi KAP diproksi dengan menggunakan indikator kualitasreputasi : KAP besar Big Four Accounting Firms dan KAP kecil Non Big Four Accounting Firms . Riyatno, 2007: 151 KAP yang berafiliasi dengan The Big Four Worldwide Accounting Firm atau Big Four, di Indonesia Hilmi dan Ali, 2008 : 116 adalah : a. KAP Price Waterhouse Coopers, bekerja sama dengan KAP Tanudiredja, Wibisana Rekan. b. KAP KPMG Klynveld Peat Marwick Goerdeler, bekerja sama dengan KAP Siddharta dan Widjaja. c. KAP Ernst Young, bekerja sama dengan KAP Purwantono, Suherman dan Surja. d. KAP Deloitte Touche Tohmatsu, bekerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio. Menurut Rolinda 2007:114 Kantor Akuntan Publik internasional atau yang di kenal dengan the Big Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara efisien dan memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Kantor Akuntan Publik yang besar memperoleh insentif yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan Kantor Akuntan Publik lainnya. Waktu audit yang lebih cepat adalah cara bagi Kantor Akuntan Publik besar untuk mempertahankan reputasinya, karena jika tidak menyelesaikan audit dengan cepat maka untuk tahun yang akan datang mereka akan kehilangan kliennya. Universitas Sumatera Utara 33 Pemilihan kantor akuntan publik yang berkompeten kemungkinan dapat membantu waktu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu. Penyelesaian waktu audit secara tepat waktu kemungkinan dapat meningkatkan reputasi kantor akuntan publik dan menjaga kepercayaan klien untuk memakai jasanya kembali untuk waktu yang akan datang. Dengan demikian besar kecilnya Ukuran Kantor Akuntan Publik kemungkinan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit laporan keuangan. Lestari 2010 : 68; Yuliyanti 2011 : 83; Widosari 2012 : 92; Saputri 2012 : 68 dan Prasongkoputra 2013 : 67; membuktikan bahwa ukuran kantor akuntan publik berpengaruh terhadap Audit Delay. Sebagian besar perusahaan yang telah menggunakan jasa audit kantor akuntan publik yang bermitra dengan the big four dapat melakukan auditnya dengan cepat dan efisien. Selain itu, KAP the big four lebih banyak mengeluarkan pendapat going concern perusahaan dari pada KAP non the big four, sehingga banyak menarik klien. Berbeda dengan Simbolon 2009 : 71; Kartika 2011 : 166 dan Febrianty 2011 : 317 yang membuktikan bahwa ukuran KAP tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Audit Delay, karena baik KAP besar maupun KAP kecil memiliki standar audit yang sama yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik SPAP dalam melaksanakan audit LK. 2.1.4.3. Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang utang Universitas Sumatera Utara 34 totalnya lebih besar dibandingkan total asetnya, dan sebaliknya perusahaan yang solvabel adalah perusahaan yang utang totalnya lebih kecil dibandingkan total asetnya, yang Hanafi dan Halim, 1996: 203. Darsono, 2005: 54-55 menyebutkan terdapat 3 tiga indikator untuk menjelaskan solvabilitas perusahaan, yakni : debt to assets ratio DAR, debt to equity ratio DER dan Long term debt to equity ratio LTDER. Riyanto, 2001 : 123-124 menyebutkan 4 empat indikator untuk menjelaskan solvabilitas perusahaan, antara lain : total debt to assets ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio dan times interest earned. Dari indikator – indikator di atas, solvabilitas dalam penelitian ini diproksi dengan menggunakan debt to equity ratio , yang secara matematis diformulasikan sebagai berikut : 100 x Ekuitas Total Kewajiban Total as Solvabilit  Darsono 2005: 54. Lestari 2010 : 68; Kartika 2011 : 166 dan Febrianty 2011 : 317 menemukan pengaruh yang signifikan antara Solvabilitas terhadap Audit Delay. Proses pengauditan utang relatif membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pengauditan ekuitas, khususnya apabila jumlah debt holder-nya banyak. Berbeda dengan Simbolon 2009 : 71; Prasongkoputra 2013 : 67 dan Yuliyanti 2011 : 83 menemukan bahwa variabel Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perusahaan dengan utang yang besar ataupun perusahaan dengan utang kecil sama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap lamanya Audit Delay. Universitas Sumatera Utara 35

2.1.4.4. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas merupakan faktor yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan profitable. Tanpa adanya keuntungan profit, maka akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Dalam melakukan analisis perusahaan, di samping melihat laopran keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Horne, James and Wachowics 2005: 222, menjelaskan rasio profitabilitas adalah “rasio keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan investasi pada perusaahaan “. Rasio profitabilitas terbagi lagi menjadi dua jenis rasio, yaitu : a. rasio profitabilitas yang terkait dengan penjualan b. rasio yang berkaitan dengan investasi Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan operating asset. Brigham 2006:95 mengatakan terdapat indikator yang dapat digunakan untuk menjelaskan profitabilitas suatu perusahaan yaitu margin laba atas penjualan gross profit margin dan net profit margin, basic earning power BEP, return on asset ROA dan Return on Equity ROE. Selanjutnya, Universitas Sumatera Utara 36 profitabilitas dimaksud dalam penelitian ini diproksi dengan menggunakan ROA, yaitu ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia. Semakin tinggi tingkat pengembalian yang dihasilkan maka perusahaan akan semakin baik. Secara matematis, ROA dihitung dengan menggunakan formula : 100 Pr x Assets Total EAT ROA as ofitabilit  Brigham, 2006:95 Tingkat profitabilitas rendah ditengarai berpengaruh terhadap audit delay. Hal tersebut berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan. Penelitian Naim 2008 : 186 memperlihatkan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih rendah memacu kemunduran publikasi laporan keuangan. Demikian pula Carslaw dan Kaplan 2001 : 219 memaparkan perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang biasanya. Ditemukan oleh Owusu-Ansah 2000 : 138, perusahaan yang memiliki hasil gemilang good news akan melaporkan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian bad news. Ungkapan senada dikemukakan dalam penelitian Annisa 2004 : 88, perusahaan dengan hasil yang baik akan melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal operasi atau merugi. Simbolon 2009 : 71; Lestari 2010 : 68; Saputri 2012 : 68 dan Prasongkoputra 2013 : 68 dalam penelitiannya membuktikan bahwa Profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Audit Delay. Hal ini terjadi karena perusahaan yang mengumumkan Profitabilitas yang relatif rendah mengacu pada kemunduran Universitas Sumatera Utara 37 publikasi laporan keuangan yang telah diaudit. Berbeda dengan Kartika 2011 : 166 dan Yuliyanti 2011 : 83 yang dalam penelitiannya menemukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay. Respati 2004 : 209 menyebutkan penggunaan Return on Assets ROA sebagai indikator profitabilitas perusahaan berkaitan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

2.1.4.5. Kompleksitas Operasi Perusahaan

Kompleksitas operasi perusahaan merupakan salah satu karakteristik perusahaan yang dapat menambah suatu tantangan pada audit dan akuntansi Siuko, 2009 : 179. Lebih lanjut Siuko, 2009 : 180 mengatakan kompleksitas operasi perusahaan dapat dijelaskan dengan menggunakan 4 empat indikator, yaitu : jumlah anak cabang perusahaan, letak unit operasi anak cabang perusahaan, diversifikasi produk dan diversifikasi pasar. Dalam penelitian ini, kompleksitas operasi perusahaan diproksi dengan menggunakan : Ada atau tidaknya anak perusahaan Siuko, 2009 : 180 Dwyer dan Wilson dalam Siuko 2009 : 180, yang percaya bahwa kompleksitas operasi perusahaan yang lebih besar akan meningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk audit. Givolvy dan Palmon, dan Ansah dalam Siuko 2009 : 180, kompleksitas operasi perusahaan telah ditemukan dapat memperpanjang audit delay . Sulistyo 2010 : 89 dalam penelitiannya membuktikan bahwa Universitas Sumatera Utara 38 kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Ahmad dan Abidin 2008 : 37, antara kompleksitas perusahaan yang dilihat dari jumlah anak perusahaan klien berdampak pada ketepatan waktu pelaporan keuangan, hal tersebut dikarenakan auditor akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada perusahaan klien yang mengalami peningkatan kompleksitas perusahaan. Apabila perusahaan memiliki anak perusahaan, maka perusahaan akan mengkonsolidasikan laporan keuangannya. Selanjutnya auditor mengaudit laporan konsolidasi perusahaan tersebut. Hal ini akan membuat lingkup audit yang akan dilakukan oleh auditor semakin luas, sehingga berdampak pada waktu yang dibutuhkan oleh auditor dalam menyelesaikan tugas auditnya. Menurut hasil penelitian Aktas dan Kargin 2011 : 96, bahwa laporan konsolidasi perusahaan ditemukan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

2.2. Mapping Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014.

1 7 22

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2010.

0 5 16

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2008-2010.

0 7 19

SKRIPSI DEWI LESTARI

0 0 100

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 41

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 7

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 35