13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan Keuangan
2.1.1.1. Definisi dan Konsep
Laporan  keuangan  merupakan  bagian  dari  proses  pelaporan  keuangan. Pelaporan
keuangan merupakan
salah satu
sumber informasi
yang mengkomunikasikan  keadaan  keuangan  dari  hasil  operasi  perusahaan  dalam
periode  tertentu  kepada  pihak-pihak  yang  berkepentingan  sehingga  manajemen mendapatkan  informasi  yang  bermanfaat  Kartika,  2009  :  199.  Sedangkan
menurut  Baridwan  2000  :  233,  laporan  keuangan  merupakan  ringkasan  dari suatu  proses  pencatatan,  atau  merupakan  suatu  ringkasan  dari  transaksi-transaksi
keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. IAI 2009 dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1
Par  07  menyebutkan  tujuan  laporan  keuangan  adalah  untuk  menyediakan informasi  yang  menyangkut  posisi  keuangan,  kinerja,  serta  perubahan  posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan  keputusan  ekonomi.  Di  samping  itu,  laporan  keuangan  juga
menunjukkan  apa  yang  telah  dilakukan  manajemen  stewardship  atau pertanggungjawaban  manajemen  atas  dasar  sumber  daya  yang  dipercayakan
kepadanya.  Atas  dasar  tujuan  tersebut,  diharapkan  bahwa  para  pemakai  laporan
13
Universitas Sumatera Utara
14
keuangan  dapat  menilai  informasi  yang  dihasilkan  untuk  dasar  pengambilan keputusan ekonomi yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.
Komponen  laporan  keuangan  yang  lengkap  menurut  IAI  2009  dalam PSAK  N0.  1  Par    08,  terdiri  dari  komponen  neraca,  laporan  labarugi,  laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan  harus  menyajikan  secara  wajar  posisi  keuangan,  kinerja  keuangan,
perubahan  ekuitas,  dan  arus  kas  perusahaan  dengan  menerapkan  PSAK  secara benar  disertai  pengungkapan  yang  diharuskan  PSAK  dalam  catatan  atas  laporan
keuangan.  Informasi  lain  tetap  disajikan  untuk  menghasilkan  penyajian  yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi.
Laporan  keuangan  merupakan  media  komunikasi  yang  digunakan  oleh manajemen kepada pihak luar perusahaan. Kualitas komunikasi yang dicapai akan
tergantung  dengan  kualitas  laporan  keuangan.  Untuk  mendukung  tercapainya kualitas  laporan  keuangan  yang  baik,  maka  diperlukan  adanya  aturan  regulasi
yang dibuat oleh profesi dewan pembuat standar dan Pemerintah. Karakteristik kualitas laporan keuangan  menurut  IAI  2009 sebagaimana
yang  dinyatakan  dalam  Pernyataan  Standar  Akuntansi  Keuangan  No.  1  Par.  07E adalah:
1.  Dapat dipahami Kualitas  penting  informasi  dalam  laporan  keuangan  adalah
kemudahannya  untuk  dapat  dipahami  oleh  pengguna.  Untuk  maksud ini,  pengguna  diasumsikan  memiliki  pengetahuan  yang  memadai
tentang  aktivitas  ekonomi  dan  bisnis,  akuntansi,  serta  kemauan  untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2.  Relevan Informasi  harus  relevan  untuk  memenuhi  kebutuhan  pengguna  dalam
proses  pengambilan  keputusan.  Informasi  memiliki  kualitas  relevan apabila  dapat  mempengaruhi  keputusan  ekonomi  pengguna,  dengan
Universitas Sumatera Utara
15
membantu  mengevaluasi  peristiwa  masa  lalu,  masa  kini  dan  masa depan.
3.  Keandalan Informasi  juga  harus  andal  reliable.  Informasi  memiliki  kualitas
andal  jika  bebas  dari  pengertian  yang  menyesatkan,  kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang
tulus atau jujur faithful representation dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4.  Dapat dibandingkan Pengguna  harus  dapat  memperbandingkan  laporan  keuangan
perusahaan  antar  periode  untuk  mengidentifikasikan  kecenderungan trend  posisi  dan  kinerja  keuangan.  Pengguna  juga  harus  dapat
memperbandingkan  laporan  keuangan  antar  perusahaan  untuk mengevaluasi  posisi  keuangan,  kinerja,  serta  perubahan  posisi
keuangan secara relatif.
Berdasarkan  uraian  di  atas,  disimpulkan  bahwa  laporan  keuangan  yang
berkualitas adalah laporan dengan kandungan informasi dapat dipahami, relevan, dapat  diandalkan,  dan  mempunyai  daya  banding.  Karakteristik  relevan  di  sini
berarti  laporan  tersebut  mampu  mendeskripsikan  kondisi  keuangan  perusahaan secara tepat waktu.
Suwarjono  dalam  Wirakusuma  2004  :  186  menyebutkan  bahwa ketepatwaktuan  informasi  bermakna  informasi  tersedia  sebelum  kehilangan
kemampuan mempengaruhi  keputusan maupun untuk  membuat  perbedaan dalam suatu  keputusan.  Termaktub  pula  dalam  PSAK  No.  1  Paragarph  43  IAI,  2009,
bahwa  penundaan  yang  tidak  semestinya  dalam  pelaporan  keuangan  akan berakibat pada hilangnya relevansi laporan keuangan.
2.1.1.2. Penyampaian Laporan Keuangan
Setiap  perusahaan  yang  go  public  diwajibkan  untuk  menyampaikan laporan  keuangan  yang  disusun  sesuai  dengan  standar  akuntansi  keuangan  dan
Universitas Sumatera Utara
16
telah diaudit oleh akuntan publik. Tuntutan tersebut diatur dalam Pasal 69 ayat 1 UU  No.  8  Tahun    1995  tentang  Pasar  Modal,  dan  selanjutnya  diatur  dalam
Keputusan  Ketua  Bapepam  Nomor:  KEP-80PM1996,  yang  mewajibkan  setiap emiten  dan  perusahaan  publik  untuk  menyampaikan  laporan  keuangan  tahunan
perusahaan  yang  telah  diaudit  oleh  auditor  independennya  kepada  Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat 120 hari setelah tanggal laporan
keuangan  tahunan  perusahaan.  Namun,  sejak  tanggal  30  September  2003, Bapepam  memperketat  peraturan  dengan  dikeluarkannya  Peraturan  Bapepam
Nomor  X.K.2,  Lampiran  Keputusan  Ketua  Bapepam  Nomor:  KEP-36PM2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan Bapepam
Nomor  X.K.2  ini  menyatakan  bahwa  laporan  keuangan  tahunan  harus  disertai dengan  laporan  akuntan  dengan  pendapat  lazim  dan  disampaikan  kepada
Bapepam  selambat-lambatnya  pada  akhir  bulan  ketiga  90  hari  setelah  tanggal laporan keuangan tahunan.
Pada  penjelasan  UU  No.8  Tahun  1995  tentang  Pasar  Modal  diatas diterangkan  dengan  jelas  kewajiban  untuk  menyampaikan  dan  mengumumkan
laporan  yang  berisi  informasi  berkala  tentang  kegiatan  usaha  dan  keadaan keuangan  perusahaan  publik,  dan  diharapkan  perusahaan  menyampaikan  laporan
keuangannya tepat waktu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bapepam. Pentingnya  ketepatan  waktu  terkait  dengan  manfaat  dari  laporan  keuangan  itu
sendiri,  apabila  terdapat  penundaan  yang  tidak  semestinya  dalam  pelaporan keuangan,  maka  informasi  yang  dihasilkan  akan  kehilangan  relevansinya.  Peran
tersedianya  informasi  laporan  keuangan  yang  tepat  waktu  akan  digunakan  oleh
Universitas Sumatera Utara
17
investor pemodal sebagai keputusan investasi, dan digunakan masyarakat dalam hal ketersediaan informasi, serta untuk efektivitas pengawasan oleh Bapepam.
Apabila  perusahaan  tidak  menyampaikan  laporan  keuangannya  secara tepat waktu maka akan dikenakan sanksi administratif. Sanksi administratif yang
dikenakan  pada  perusahaan  yaitu  berupa  denda,  yang  sesuai  dengan  ketentuan pasal  63  huruf  e  Peraturan  Pemerintah  Nomor  45  Tahun  1995  tentang
penyelenggaraan  Kegiatan  di  Bidang  Pasar  Modal  yang  menyatakan  bahwa  : “Emiten yang pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi
denda Rp 1.000.000 satu juta rupiah atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan  dengan  ketentuan  jumlah  keseluruhan  denda  paling  banyak  Rp
500.000.000 lima ratus juta rupiah.”
2.1.1.3. Analisis Laporan Keuangan
Analisis  laporan  keuangan  merupakan  kegiatan  menganalisa  laporan keuangan  yang lahir dari suatu konsep dan sistem akuntansi keuangan.  Kegiatan
analisis  laporan  keuangan  merupakan  salah  satu  media  untuk  mendapatkan informasi  yang  lebih  banyak,  lebih  akurat,  dan  disajikan  sebagai  bahan  dalam
proses  pengambilan  keputusan.  Harahap  2001  :  190  memberikan  pengertian analisis laporan keuangan ”sebagai suatu kegiatan menguraikan pos-pos laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat  signifikasi  atau  yang  mempunyai  makna  antara  data  kuantitatif  dengan
tujuan  untuk  mengetahui  kondisi  keuangan  lebih  dalam  yang  sangat  penting dalam  proses  menghasilkan  keputusan  yang  tepat”.  Sedangkan  menurut
Universitas Sumatera Utara
18
Aliminsyah 2003 : 290, “Analisis laporan keuangan adalah pemeriksaan segala komposisi  laporan  keuangan  yang  berguna  sebagai  landasan  yang  membuat
penafsiran dan kesimpulan”. Berdasarkan  kedua  definisi  di  atas  jelas  terlihat  bahwa  berbicara  analisis
laporan  keuangan  erat  kaitannya  dengan  pemeriksaan  atau  auditing    guna memahami secara lebih mendalam hubungan data yang disajikan di dalam laporan
keuangan. Harahap  2001:197  menyebutkan  beberapa  tujuan  yang  hendak  dicapai
dari suatu kegiatan analisis laporan keuangan, antara lain : 1.  Screening
Analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan.
2.  Understanding Memahami perusahaan, kondisi keuangan, dan hasil usahanya.
3.  Forcasting Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di
masa yang akan datang. 4.  Diagnosis
Analisis dimaksudkan
untuk melihat
kemungkinan adanya
masalah-masalah  yang  terjadi  baik  dalam  manajemen,  operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.
5.  Evaluation Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen dalam mengelola
perusahaan. Objek  yang  di  analisis  dari  suatu  kegiatan  analisis  laporan  keuangan
menurut Harahap 2001:198, meliputi : 1.  Analisis Neraca
Analisis  Neraca  merupakan  refleksi  hasil  yang  diperoleh  perusahaan selama  periode  tertentu  dan  modal  yang  digunakan  untuk
melaksanakan  dan  mencapainya.  Dalam  analisis  neraca  disorot  mutu dan  kecukupan  aktiva,  dan  modal  serta  hubungan  antara  ketiganya,
apakah ada yang dilebih-lebihkan antara satu dengan yang lain.
Universitas Sumatera Utara
19
2.  Analisis Laba Rugi Analisis  Laba  Rugi  merupakan  media  untuk  mengetahui  keberhasilan
operasional  perusahaan,  keadaan  usaha,  kemampuannya  memperoleh laba  efektifitas  operasinya.  Dalam  analisis  laba  rugi  disorot  tern
penjualan,  harga  pokok  produksi,  biaya  overhead,  marjin  yang diperoleh
marjin laba,
mutu laba.
Poin-poin ini
dapat diperbandingkan  dengan  rata-rata  prestasi  perusahaan  sejenis  atau
perusahaan  tertentu  yang  dianggap  sebagai  saingan  atau  yang berprestasi baik.
3.  Analisis Arus Kas Analisis  Arus  Kas  dapat  menunjukan  pergerakan  arus  kas  dari  mana
sumber  kas  diperoleh  dan  kemana  dialirkan.  Biasanya  dalam  laporan arus  kas  sumber  dan  penggunaan  kas  diperoleh  dari  tiga  sumber  :
Operasional, Pembiayaan, dan Investasi. Dari struktur arus dana dapat dilihat  kemampuan  dana  operasional  yang  dipakai  dan  disetor  untuk
modal kerja.
Metode  yang  digunakan  didalam  menganalisa  suatu  laporan  keuangan, secara  umum  menurut  Prastowo  dan  Juliaty  2008:  132-133,  meliputi  :  metode
analisis horizontal dinamis dan metode analisis vertikal statis. Metode  analisis  horizontal  dinamis  adalah  metode  analisis  yang
dilakukan  dengan  cara  membandingkan  laporan  keuangan  untuk  beberapa  tahun periode,  sehingga  dapat  diketahui  perkembangan  dan  kecenderungannya.
Metode ini disebut metode analisis horizontal karena analisis ini membandingkan pos  yang  sama  untuk  periode  yang  berbeda  sedangkan  disebut  analisis  dinamis
karena  metode  ini  bergerak  dari  tahun  ke  tahun  periode.  Teknik  analisis  yang temasuk  pada  klasifikasi  metode  ini  antara  lain  teknik  perbandingan,  analisis
trend, analisis sumber dan penggunaan dana, dan analisis perubahan laba kotor. Metode  analisis  vertikal  statis  adalah  metode  analisis  yang  dilakukan
dengan  cara  menganalisis  laporan  keuangan  pada  tahun  periode  tertentu,  yaitu dengan  membandingkan  antara  pos  satu  dengan  pos  lainnya  pada  laporan
Universitas Sumatera Utara
20
keuangan  yang  sama  untuk  tahun  periode  yang  sama.  Oleh  karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya pada laporan keuangan
yang  sama  maka  disebut  metode  vertikal.  Sedangkan  metode  ini  disebut  metode statis  karena  metode  ini  hanya  membandingkan  pos-pos  laporan  keuangan  pada
tahun periode yang sama. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini  antara  lain  teknik  analisis  persentase  perkomponen  Common  Size,  analisis
rasio, dan analisis impas.
2.1.2. Auditing Pengauditan 2.1.2.1. Pengertian Auditing
Jusup 2001: 328 mengatakan auditing merupakan suatu proses sistematis untuk  mendapatkan  dan  mengevaluasi  bukti  yang  berhubungan  dengan  asersi
tentang  tindakan-tindakan  dan  kejadian  ekonomi  secara  objektif  untuk menentukan  tingkat  kesesuaian  antara  asersi  tersebut  dengan  kriteria  yang  telah
ditetapkan  dan  mengkomunikasikan  hasilnya  kepada  pihak-pihak  yang berkepentingan.  Menurut  Mulyadi  2002  :  162,  auditing  adalah  suatu  proses
sistematis untuk mendapatkan dan mencari bukti-bukti dengan cara objektif yang berkaitan  dengan  pernyataan-peryataan  tentang  tindakan-tindakan  dan  kejadian-
kejadian  ekonomi  untuk  menentukan  kesesuaian  antara  pernyataan  tersebut dengan  kriteria  yang  telah  ditetapkan  dan  menyampaikan  hasilnya  kepada  pihak
yang berkepentingan. Asmara dalam  Sejati 2007 : 87-88 mengatakan suatu laporan keuangan
perlu diaudit dikarenakan :
Universitas Sumatera Utara
21
1  Adanya  perbedaan  kepentingan  antara  pemakai  laporan  keuangan dengan  manajemen  sebagai  pihak  yang  bertanggungjawab  terhadap
penyusunan laporan keuangan tersebut. 2  Laporan  keuangan  memegang  peranan  penting  dalam  proses
pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan keuangan 3  Kerumitan data
4  Keterbatasan akses pemakai laporan keuangan terhadap catatan-catatan akuntansi
Audit  atas  laporan  keuangan  secara  umum  bertujuan  untuk  memberikan
suatu  pernyataan  pendapat  mengenai  apakah  laporan  keuangan  klien  telah disajikan secara wajar, dalam segala hal material, sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum. Selanjutnya dalam audit juga biasanya dirumuskan tujuan khusus audit  untuk  setiap  rekening  yang  dilaporkan  dalam  laporan  keuangan.  Tujuan
khusus  ini  berasal  dari  asersi-asersi  yang  dibuat  manajemen  dalam  laporan keuangan Jusup, 2001 : 111.
Berdasarkan  sifat  yang  dianalisis,  auditing  mempunyai  fungsi  memecah- mecah  atau  menguraikan  informasi  yang  ada  dalam  laporan  keuangan  untuk
mencari  bukti  yang  dapat  mendukung  pendapat  auditor  mengenai  kewajaran penyajian  informasi  tersebut.  Audit  laporan  keuangan  yang  dilaksanakan  auditor
merupakan  fungsi  untuk  menentukan  apakah  laporan  keuangan  yang  disusun manajemen  telah  memenuhi  kriteria  yang  telah  disepakati  bersama  atau  telah
memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam SAK di Indonesia.
2.1.2.2. Pengertian Auditor
Auditor    adalah  seseorang  yang  memiliki  kualifikasi  tertentu  dalam melakukan  audit  atas  laporan  keuangan  dan  kegiatan  suatu  perusahaan  atau
Universitas Sumatera Utara
22
organisasi  disebut  auditor.  Menurut  Jusup  2001  :  112-113,  Auditor  dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1  Auditor Pemerintah Auditor  pemerintah  adalah  auditor  yang  bertugas  melakukan  audit
harus  diatas  keuangan  negara  pada  instansi-instansi  pemerintah.  Di Indonesia audit dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK.
Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak tunduk pada pemerintah  sehingga  dapat  diharapkan  dapat  melakukan  audit  secara
independen,  namun  demikian  badan  ini  bukanlah  badan  yang  berdiri diatas  pemerintah.  Hasil  audit  yang  dilakukan  BPK  disampaikan
kepada  Dewan  Perwakilan  Rakyat  sebagai  alat  kontrol  atas pelaksanaan keuangan negara.
2  Auditor Intern Auditor  intern  adalah  auditor  yang  bekerja  didalam  perusahaan
perusahaan negara maupun perusahaan swasta  yang tugas pokoknya adalah menentukan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh
manajemen. Pada umumnya auditor intern  wajib  memberikan laporan secara  langsung  kepada  pimpinan  tertinggi  perusahaan  atau  pejabat
tinggi tertentu lainnya dalam perusahaan. Tanggungjawab  auditor  intern  pada  berbagai  perusahaan  sangat
beranekaragam  tergantung  pada  kebutuhan  perusahaan
yang bersangkutan.  Sebagian  besar  waktunya  digunakan  untuk  melakukan
tugas  rutin  berupa  audit  kesesuaian.  Agar  dapat  melakukan  tugasnya secara  efektif,  auditor  intern  harus  independen  terhadap  fungsi-fungsi
lini  dalam  organisasi  tempat  ia  bekerja,  namun  ia  tidak  dapat independen  terhadap  perusahaannya  karena  ia  adalah  pegawai  dari
perusahaan yang diauditnya.
3  Auditor Independen atau Akuntan Publik Auditor independen atau sering disebut sebagai akuntan publik adalah
auditor  yang  mempunyai  tanggung  jawab  melakukan  fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan.
Pengauditan  ini  dilakukan  pada  perusahaan-perusahaan  terbuka  yaitu perusahaan  yang  menjual  sahamnya  kepada  masyarakat  melalui  pasar
modal,  perusahaan-perusahaan  besar,  dan  juga  perusahaanperusahaan kecil,  serta  organisasi-organisasi  yang  tidak  bertujuan  mencari  laba.
Praktik  sebagai  akuntan  publik  harus  dilakukan  melalui  suatu  Kantor Akuntan  Publik  KAP  yang  telah  mendapat  izin  dari  Departemen
Keuangan.  Seseorang  baru  akan  memperoleh  ijin  berpraktek  sebagai akuntan  publik  apabila  yang  bersangkutan  memenuhi  beberapa  syarat
yang telah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
23
2.1.2.3. Laporan Auditor Independen
Laporan  audit  merupakan  media  yang  dipakai  oleh  auditor  dalam berkomunikasi  dengan  masyarakat  lingkungannya  Mulyadi,  2002  :  164.  Jusup
2001 : 121 mengatakan laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam  mengkomunikasikan  kesimpulan  tentang  laporan  keuangan  yang  diaudit
kepada  pihak-pihak  yang  berkepentingan.  Didalam  menerbitkan  suatu  laporan audit, auditor harus mematuhi keempat standar pelaporan dalam standar auditing.
Dalam  laporan  tersebut  auditor  menyatakan  pendapatnya  mengenai kewajaran  laporan  keuangan  auditan.  Pendapat  auditor  biasanya  disampaikan
dalam  bentuk  tertulis  yang  umumnya  berupa  laporan  audit  baku.  Laporan  audit baku terdiri dari tiga paragraf yaitu: paragraf pengantar introductory paragraph,
paragraf lingkup scope paragraph, dan paragraf pendapat opinion paragraph. Menurut  Mulyadi  2002  :  165,  paragraf  pengantar  berisikan  tiga  fakta
yang  diungkapkan  oleh  auditor  :  1  tipe  jasa  yang  diberikan  oleh  auditor,  2 objek  yang  di  audit,  3  pengungkapan  tanggung  jawab  manajemen  atas  laporan
keuangan dan tanggung  jawab auditor  atas pendapat  yang diberikan atas laporan keuangan  berdasarkan  hasil  audit.  Pada  paragraf  ini  terdapat  tiga  kalimat,  yaitu
kalimat pertama menjelaskan laporan keuangan yang menjadi objek sasaran audit, kalimat  kedua  menjelaskan  tanggung  jawab  manajemen  atas  laporan  keuangan,
dan  kalimat  ketiga  menjelaskan  tanggung  jawab  auditor  atas  pendapat  yang dinyatakan pada laporan audit. Pada paragraf lingkup, auditor menyatakan bahwa
audit dilaksanakan berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik    Indonesia  IAPI  dan  beberapa  penjelasan  tambahan.  Selain  itu  paragraf
Universitas Sumatera Utara
24
ini juga berisi pernyataan keyakinan bahwa audit yang dilaksanakan berdasarkan standar audit tersebut dapat memberikan dasar  yang memadai bagi  auditor untuk
memberikan  pendapat  atas  laporan  keuangan  auditan.  Paragraf  opini  audit digunakan  auditor  untuk  menyatakan  pendapat  mengenai  laporan  keuangan
auditan. Pendapat auditor tersebut mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam  semua  hal  yang  material  berdasarkan  atas  kesesuaian  penyusunan  laporan
keuangan dengan prinsip akuntansi berterima umum. Opini audit harus didasarkan atas standar auditing dan temuan-temuannya
IAPI,  2011  :  SA  Seksi  508,  paragraf  03.  Opini  audit  diberikan  oleh  auditor melalui  beberapa  tahap  audit.  Auditor  dapat  memilih  tipe  pendapat  yang  akan
diberikan  pada  laporan  keuangan  auditee  berdasarkan  setiap  keadaan  yang dijelaskannya.    Terdapat  lima  tipe  pendapat  audit  IAPI,  2011  :  SA  Seksi  508
Paragraf 10 yaitu: 1.  Pendapat wajar tanpa pengecualian unqualified opinion
Pendapat  wajar  tanpa  pengecualian  menyatakan  laporan  keuangan disajikan  secara  wajar  dalam  semua  hal  yang  material,  posisi  keuangan,
hasil  usaha,  dan  arus  kas  entitas  tertentu  sesuai  dengan  prinsip  akuntansi yang  berlaku  umum  di  Indonesia.  Ini  adalah  pendapat  yang  dinyatakan
dalam  laporan  auditor  bentuk  baku.  Laporan  keuangan  dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi,
sesuai  dengan  prinsip  akuntansi  berterima  umum,  jika  memenuhi  kondisi berikut ini :
a.  Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan
keuangan. b.  Perubahan  penerapan  prinsip  akuntansi  berterima  umum  dari  periode
ke periode telah cukup dijelaskan. c.  Informasi
dalam catatan-catatan
yang mendukungnya
telah digambarkan  dan  dijelaskan  dengan  cukup  dalam  laporan  keuangan,
sesaui dengan prinsip akuntansi berterima umum. Jika laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil
usaha  perusahaan  klien  dan  tidak  terdapat  hal-hal  yang  memerlukan bahasa penjelasan, auditor dapat menerbitkan laporan audit baku.
Universitas Sumatera Utara
25
2.  Laporan  yang  berisi  pendapat  wajar  tanpa  pengecualian  dengan  bahasa penjelasan unqualified opinion report with explanatory language
Jika terdapat hal-hal  yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan  tetap  menyajikan  secara  wajar  posisi  keuangan  dan  hasil  usaha
perusahaan klien, auditor dapat menerbitkan laporan audit baku ditambah dengan bahasa penjelasan.
3.  Pendapat wajar dengan pengecualian qualified opinion Pendapat  wajar  dengan  pengecualian,  menyatakan  bahwa  laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai  dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang  berhubungan  dengan  yang  dikecualikan.  Hal-hal  yang  berhubungan
dengan yang dikecualikan tersebut misalnya : a.  Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b.  Auditor  tidak  dapat  melaksanakan  prosedur  audit  penting  atau  tidak
dapat  memperoleh  informasi  penting  karena  kondisi-kondisi  di  luar kekuasaan klien maupun auditor.
c.  Laporan  keuangan  tidak  disusun  sesuai  dengan  prinsip  akuntansi berterima umum.
d.  Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.
4.  Pendapat tidak wajar adverse opinion Pendapat  tidak  wajar  menyatakan  bahwa  laporan  keuangan  tidak
menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Auditor  memberikan  pendapat  tidak  wajar  jika  auditor  tersebut  tidak dibatasi  ruang  lingkup  auditnya,  sehingga  auditor  tersebut  dapat
mengumpulkan  bukti  kompeten  yang  cukup  untuk  mendukung pendapatnya.  Jika  laporan  keuangan  diberi  pendapat  tidak  wajar  oleh
auditor, maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama  sekali  tidak  dapat  dipercaya,  sehingga  tidak  dapat  dipakai  oleh
pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5.  Pernyataan tidak memberikan pendapat disclaimer of opinion Pernyataan  tidak  memberikan  pendapat  menyatakan  bahwa  auditor  tidak
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Keadaan yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah :
a.  Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit. b.  Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah pendapat  tidak wajar diberikan dalam keadaan auditor
mengetahui  adanya  ketidakwajaran  dalam  laporan  keuangan  klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat karena auditor
tidak  cukup  memperoleh  bukti  mengenai  kewajaran  laporan  keuangan auditan atau karena auditor tidak independen dalam hubungannya dengan
klien.
Universitas Sumatera Utara
26
Berikut  ini  disajikan  contoh  laporan  auditor  independen  dengan  opini WTP berdasarkan SA700 pada Gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
27
Sumber :  Laporan  Keuangan  Audited  PT.  Tirta  Mahakam  Resources,  Tbk  2014,  diaudit  oleh
Drs. Pieter Solang, Ak. CPA
Gambar 2.1.  Contoh Laporan Auditor Independen
2.1.3. Audit Delay
Menurut Dyer  McHugh dalam Utami, 2006 : 47, “Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as
the opinion signature date in the auditor’s report”. Selanjutnya menurut Subekti dan Widiyanti 2004 : 121, audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit
Universitas Sumatera Utara
28
yang  dilakukan  oleh  auditor  yang  diukur  dari  perbedaan  waktu  antara  tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan.
Dyer  dan  Mc  Hugh  dalam  Hilmi  dan  Ali  2008  :  36  menggunakan  tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya:
1.  Preliminary lag : interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preliminary oleh bursa;
2. Auditor’s  report  lag  :  interval  jumlah  hari  antara  tanggal  laporan
keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani; 3.  Total  lag  :  interval  jumlah  hari  antara  tanggal  laporan  keuangan
sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa. Audit  delay
atau  yang  dikenal  juga  sebagai  audit  report  lag  inilah  yang dapat  mempengaruhi  ketepatan  informasi  yang  dipublikasikan,  sehingga  akan
berpengaruh  terhadap  tingkat  ketidakpastian  keputusan  yang  berdasarkan informasi  yang  dipublikasikan  Kartika,  2009  :  121.  Semakin  lama  auditor
menyelesaikan  pekerjaan  auditnya,  maka  semakin  lama  pula  audit  delay.  Jika audit  delay
semakin  lama,  maka  kemungkinan  keterlambatan  penyampaian laporan keuangan akan semakin besar.
Ketepatan  waktu  penerbitan  laporan  keuangan  yang  telah  diaudit merupakan hal yang penting terutama bagi perusahaan publik yang menggunakan
pasar  modal  sebagai  salah  satu  sumber  pendanaan.  Keterlambatan  pelaporan keuangan  yang  telah  diaudit  secara  tidak  langsung  juga  diartikan  oleh  investor
sebagai  sinyal  buruk  bagi  perusahaan  karena  keterlambatan  informasi  yang diterima dapat menimbulkan reaksi negatif dari pelaku pasar modal. Sementara di
satu sisi, publik khususnya investor menuntut auditor untuk dapat menyelesaikan laporan audit secara tepat waktu. Pada sisi lain, proses audit merupakan aktivitas
yang  membutuhkan  waktu  dimana  auditor  harus  memenuhi  standar  auditing
Universitas Sumatera Utara
29
seperti  standar  umum  ketiga  yang  menyatakan  bahwa  audit  harus  dilaksanakan dengan  penuh  kecermatan  dan  ketelitian,  dan  standar  pekerjaan  lapangan
menyatakan  bahwa  audit  harus  dilaksanakan  dengan  perencanaan  yang  matang dan pengumpulan bukti audit yang memadai. Dengan adanya standar inilah yang
memungkinkan  auditor  dapat  menunda  mempublikasikan  laporan  keuangan auditan,  apabila  dirasakan  perlu  memperpanjang  waktu  audit  ketika  menemukan
berbagai peristiwa yang menimbulkan keraguan di dalam proses audit Panjaitan, 2010 : 168.
Pada umumnya, audit delay menurut Carslaw dan Kaplan 1991, Countis 1976, Dyer dan Mc Hugh 1975, Halim 2000, Givoly 1982, Na’im 1999
dan  Sulistyo  2010,  dipengaruhi  faktor  ukuran  perusahaan,  opini  audit,  reputasi KAP, solvabilitas, profitabilitas, kompleksitas operasi perusahaan.
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay
2.1.4.1. Ukuran Perusahaan
Ukuran  Perusahaan  dapat  diartikan  sebagai  suatu  skala  yang mengklasifikasikan besar kecilnya suatu perusahaan. Suwito dan Herawaty 2005:
138  membedakan  ukuran  perusahaan  kedalam  3  tiga  kategori,  yaitu  : “perusahaan  besar  large  firm,  perusahaan  menengah  medium-size  dan
perusahaan  kecil  small  firm.  Besar –  kecilnya  ukuran  size  perusahaan
sebagaimana dikategorikan di atas, dapat diukur dengan menggunakan indikator  : total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut Basuki, 2006 : 138.
Selanjutnya,  dalam  penelitian  ini,  besar  kecilnya  ukuran  perusahaan  diproksi dengan menggunakan Basuki, 2006 : 138 :
Universitas Sumatera Utara
30
Ln total aktiva. Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan,
semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan  yang  telah  diaudit  semakin  cepat  karena  perusahaan  memiliki  banyak
sumber  informasi  dan  memiliki  system  pengendalian  internal  perusahaan  yang baik  sehingga  dapat  mengurangi  tingkat  kesalahan  dalam  penyusunan  laporan
keuangan  yang  memudahkan  auditor  dalam  melakukan  audit  laporan  keuangan. Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  kemungkinan  Ukuran  Perusahaan
dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit. Febrianty 2011 : 317 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap Audit Delay yang berarti bahwa semakin  besar  Ukuran  Perusahaan  maka  semakin  pendek  Audit  Delay  dan
sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan makan semakin panjang Audit Delay. Hal  ini  disebabkan  perusahaan  besar  biasanya  memilki  sistem  pengendalian
internal  yang  baik,  sehingga  dapat  mengurangi  tingkat  kesalahan  dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit
laporan  keuangan.  Kartika  2011  :  166  menemukan  ukuran  perusahaan berpengaruh  negatif  terhadap  audit  delay,  dan  penelitian  Simbolon  2009  :  71;
Widosari 2012 : 92 dan  Prasongkoputra 2013 : 67  yang menemukan ukuran perusahaan  tidak  mempengaruhi  audit  delay.  Boynton  dan  Kell  dalam  Utami
2006:5  yang  berpendapat  bahwa,  ”Audit  Delay  akan  semakin  lama  apabila Ukuran  Perusahaan  yang  akan  di  audit  semakin  besar”.  Ini  berkaitan  dengan
semakin  besar  perusahaan  maka  semakin  banyak  jumlah  sampel  anak
Universitas Sumatera Utara
31
perusahaan  yang  harus  diambil  maka  semakin  luas  juga  prosedur  audit  yang dilakukan.
2.1.4.2.  Reputasi KAP
Perusahaan  dalam  menyampaikan  suatu  laporan  atau  informasi  akan kinerja  perusahaan  kepada  publik  agar  akurat  dan  terpercaya  diminta  untuk
menggunakan  jasa  KAP.  Dan  untuk  meningkatkan  kredibilitas  dari  laporan  itu, perusahaan  menggunakan  jasa  KAP  yang  mempunyai  reputasi  atau  nama  baik.
Baik-baik buruknya reputasi suatu KAP bergantung pada ukuran besar – kecilnya
KAP tersebut.  Riyatno  2007:  151 menggunakan indikator ukuran KAP sebagai proksi  kualitas  dengan  membedakan  KAP  menjadi  KAP  besar  Big  Four
Accounting  Firms dan  KAP  kecil  Non  Big  Four  Accounting  Firms.  Indikator
ukuran KAP tersebut dilakukan berdasarkan jumlah klien yang dilayani oleh suatu KAP,  jumlah  rekananggota  yang  bergabung,  serta  total  pendapatan  yang
diperoleh.”  Sedangkan  menurut  Wibowo  dkk.  dalam  penelitian  Hamid  2013 menyebutkan terdapat ada empat indikator penentu ukuran KAP, yaitu:
1.  Besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP, 2.  Banyaknya ragam jasa yang ditawarkan,
3.  Luasnya cakupan geografis, termasuk afiliasi internasional, dan 4.  Banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP.
Universitas Sumatera Utara
32
Dalam  penelitian  ini,  reputasi  KAP  diproksi  dengan  menggunakan indikator kualitasreputasi :
KAP besar Big Four Accounting Firms dan KAP kecil Non Big Four Accounting Firms
. Riyatno, 2007: 151
KAP  yang  berafiliasi  dengan  The  Big  Four  Worldwide  Accounting  Firm atau Big Four,  di Indonesia Hilmi dan Ali, 2008 : 116 adalah :
a.  KAP Price Waterhouse Coopers, bekerja sama dengan KAP Tanudiredja, Wibisana  Rekan.
b.  KAP  KPMG  Klynveld  Peat  Marwick  Goerdeler,  bekerja  sama  dengan KAP Siddharta dan Widjaja.
c.  KAP  Ernst    Young,  bekerja  sama  dengan  KAP  Purwantono,  Suherman dan Surja.
d.  KAP  Deloitte Touche Tohmatsu, bekerja sama dengan KAP Osman  Bing Satrio.
Menurut  Rolinda  2007:114  Kantor  Akuntan  Publik  internasional  atau yang di kenal dengan the Big Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara
efisien  dan  memiliki  jadwal  waktu  yang  lebih  tinggi  untuk  menyelesaikan  audit tepat  pada  waktunya.  Kantor  Akuntan  Publik  yang  besar  memperoleh  insentif
yang  tinggi  untuk  menyelesaikan  pekerjaan  auditnya  lebih  cepat  dibandingkan Kantor  Akuntan  Publik  lainnya.  Waktu  audit  yang  lebih  cepat  adalah  cara  bagi
Kantor  Akuntan  Publik  besar  untuk  mempertahankan  reputasinya,  karena  jika tidak  menyelesaikan  audit  dengan  cepat  maka  untuk  tahun  yang  akan  datang
mereka akan kehilangan kliennya.
Universitas Sumatera Utara
33
Pemilihan  kantor  akuntan  publik  yang  berkompeten  kemungkinan  dapat membantu  waktu  penyelesaian  audit  menjadi  lebih  segera  atau  tepat  waktu.
Penyelesaian  waktu  audit  secara  tepat  waktu  kemungkinan  dapat  meningkatkan reputasi  kantor  akuntan  publik  dan  menjaga  kepercayaan  klien  untuk  memakai
jasanya kembali untuk waktu yang akan datang. Dengan demikian besar kecilnya Ukuran  Kantor  Akuntan  Publik  kemungkinan  dapat  mempengaruhi  waktu
penyelesaian audit laporan keuangan. Lestari 2010 : 68; Yuliyanti 2011 : 83; Widosari 2012 : 92;  Saputri
2012 : 68 dan Prasongkoputra 2013 : 67;  membuktikan bahwa ukuran kantor akuntan  publik  berpengaruh  terhadap  Audit  Delay.  Sebagian  besar  perusahaan
yang  telah  menggunakan  jasa  audit  kantor  akuntan  publik  yang  bermitra  dengan the big four
dapat melakukan auditnya dengan cepat dan efisien. Selain itu, KAP the big four
lebih banyak mengeluarkan pendapat going concern perusahaan dari pada  KAP  non  the  big  four,  sehingga  banyak  menarik  klien.  Berbeda  dengan
Simbolon  2009  :  71;  Kartika  2011  :  166  dan  Febrianty  2011  :  317  yang membuktikan  bahwa  ukuran  KAP  tidak  memiliki  pengaruh  signifikan  terhadap
Audit  Delay, karena  baik  KAP  besar  maupun  KAP  kecil  memiliki  standar  audit
yang  sama  yang  terdapat  dalam  Standar  Profesional  Akuntan  Publik  SPAP dalam melaksanakan audit LK.
2.1.4.3. Solvabilitas
Solvabilitas  adalah  kemampuan  perusahaan  untuk  memenuhi  semua kewajiban-kewajibannya,  baik  kewajiban  jangka  pendek  maupun  jangka
panjangnya.  Perusahaan  yang  tidak  solvabel  adalah  perusahaan  yang  utang
Universitas Sumatera Utara
34
totalnya  lebih  besar  dibandingkan  total  asetnya,  dan  sebaliknya  perusahaan  yang solvabel  adalah  perusahaan  yang  utang  totalnya  lebih  kecil  dibandingkan  total
asetnya, yang  Hanafi dan Halim, 1996: 203. Darsono,  2005:  54-55  menyebutkan  terdapat    3  tiga  indikator  untuk
menjelaskan  solvabilitas  perusahaan,  yakni  :  debt  to  assets  ratio  DAR,  debt  to equity ratio DER
dan Long term debt to equity ratio LTDER.  Riyanto, 2001 : 123-124    menyebutkan  4  empat  indikator  untuk  menjelaskan  solvabilitas
perusahaan, antara lain : total debt to assets ratio, debt to equity ratio, long term debt  to  equity  ratio
dan times  interest  earned.  Dari  indikator – indikator di atas,
solvabilitas  dalam  penelitian  ini  diproksi  dengan  menggunakan  debt  to  equity ratio
, yang secara matematis diformulasikan sebagai berikut : 100
x Ekuitas
Total Kewajiban
Total as
Solvabilit 
Darsono 2005: 54. Lestari  2010  :  68;  Kartika  2011  :  166  dan  Febrianty  2011  :  317
menemukan  pengaruh  yang  signifikan  antara  Solvabilitas  terhadap  Audit  Delay. Proses  pengauditan  utang  relatif  membutuhkan  waktu  yang  lebih  lama
dibandingkan  pengauditan  ekuitas,  khususnya  apabila  jumlah  debt  holder-nya banyak.  Berbeda  dengan  Simbolon  2009  :  71;  Prasongkoputra  2013  :  67  dan
Yuliyanti 2011 : 83 menemukan bahwa variabel Solvabilitas tidak berpengaruh signifikan  terhadap  Audit  Delay.  Hasil  penelitian  ini  menunjukan  bahwa
perusahaan  dengan  utang  yang  besar  ataupun  perusahaan  dengan  utang  kecil sama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap lamanya Audit Delay.
Universitas Sumatera Utara
35
2.1.4.4. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan  hasil  bersih  dari  sejumlah  kebijakan  dan
keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan  dalam  menghasilkan  keuntungan.  Profitabilitas  merupakan  faktor
yang seharusnya mendapat  perhatian penting karena untuk  dapat  melangsungkan hidupnya,  suatu  perusahaan  harus  berada  dalam  keadaan  yang  menguntungkan
profitable. Tanpa adanya  keuntungan profit,  maka akan sulit  bagi  perusahaan untuk menarik modal dari luar. Dalam melakukan analisis perusahaan, di samping
melihat laopran keuangan perusahaan, juga bisa  dilakukan dengan menggunakan analisis rasio  keuangan.  Horne, James and Wachowics 2005:  222, menjelaskan
rasio  profitabilitas adalah  “rasio  keuangan  yang  menghubungkan  laba  dengan
penjualan investasi pada perusaahaan “. Rasio profitabilitas terbagi lagi menjadi dua jenis rasio, yaitu :
a. rasio profitabilitas yang terkait dengan penjualan b. rasio yang berkaitan dengan investasi
Profitabilitas suatu  perusahaan  dapat  diukur  dengan  menghubungkan
antara  keuntungan  atau  laba  yang  diperoleh  dari  kegiatan  pokok  perusahaan dengan  kekayaan  atau  asset  yang  dimiliki  untuk  menghasilkan  keuntungan
perusahaan operating asset. Brigham  2006:95  mengatakan  terdapat  indikator  yang  dapat  digunakan
untuk  menjelaskan  profitabilitas  suatu  perusahaan  yaitu  margin  laba  atas penjualan  gross  profit  margin  dan  net  profit  margin,  basic  earning  power
BEP,  return  on  asset  ROA  dan  Return  on  Equity  ROE.    Selanjutnya,
Universitas Sumatera Utara
36
profitabilitas dimaksud dalam penelitian ini diproksi dengan menggunakan ROA, yaitu ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang
tersedia.  Semakin  tinggi  tingkat  pengembalian  yang  dihasilkan  maka  perusahaan akan  semakin  baik.  Secara  matematis,  ROA  dihitung  dengan  menggunakan
formula :
100 Pr
x Assets
Total EAT
ROA as
ofitabilit 
Brigham, 2006:95 Tingkat profitabilitas rendah ditengarai berpengaruh terhadap audit delay.
Hal  tersebut  berkaitan  dengan  akibat  yang  dapat  ditimbulkan  pasar  terhadap pengumuman rugi oleh perusahaan. Penelitian Naim 2008 : 186 memperlihatkan
bahwa  tingkat  profitabilitas  yang  lebih  rendah  memacu  kemunduran  publikasi laporan keuangan. Demikian pula Carslaw dan Kaplan 2001 : 219 memaparkan
perusahaan  yang  melaporkan  kerugian  mungkin  akan  meminta  auditor  untuk mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang biasanya.
Ditemukan  oleh  Owusu-Ansah  2000  :  138,  perusahaan  yang  memiliki hasil  gemilang  good  news  akan  melaporkan  lebih  tepat  waktu  dibandingkan
dengan  perusahaan  yang  mengalami  kerugian  bad  news.  Ungkapan  senada dikemukakan dalam penelitian Annisa 2004 : 88, perusahaan dengan hasil yang
baik akan melaporkan lebih cepat dari perusahaan yang gagal operasi atau merugi. Simbolon 2009 : 71; Lestari 2010 : 68; Saputri 2012 : 68 dan Prasongkoputra
2013  :  68  dalam  penelitiannya  membuktikan  bahwa  Profitabilitas  mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Audit Delay. Hal ini terjadi karena perusahaan
yang mengumumkan Profitabilitas yang relatif rendah mengacu pada kemunduran
Universitas Sumatera Utara
37
publikasi  laporan  keuangan  yang  telah  diaudit.  Berbeda  dengan  Kartika  2011  : 166  dan  Yuliyanti  2011  :  83  yang  dalam  penelitiannya  menemukan  bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.  Respati 2004 : 209  menyebutkan  penggunaan  Return  on  Assets  ROA  sebagai  indikator
profitabilitas perusahaan berkaitan dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
2.1.4.5. Kompleksitas Operasi Perusahaan
Kompleksitas  operasi  perusahaan  merupakan  salah  satu  karakteristik perusahaan  yang  dapat  menambah  suatu  tantangan  pada  audit  dan  akuntansi
Siuko, 2009 :  179.  Lebih  lanjut  Siuko,  2009 : 180 mengatakan kompleksitas operasi  perusahaan  dapat  dijelaskan  dengan  menggunakan  4  empat  indikator,
yaitu  :    jumlah  anak  cabang  perusahaan,  letak  unit  operasi  anak  cabang perusahaan,  diversifikasi  produk  dan  diversifikasi  pasar.  Dalam  penelitian  ini,
kompleksitas operasi perusahaan diproksi dengan menggunakan : Ada atau tidaknya anak perusahaan
Siuko, 2009 : 180 Dwyer  dan  Wilson  dalam  Siuko  2009  :  180,  yang  percaya  bahwa
kompleksitas operasi perusahaan yang lebih besar akan meningkatkan waktu yang dibutuhkan  untuk  audit.  Givolvy  dan  Palmon,  dan  Ansah  dalam  Siuko  2009  :
180,  kompleksitas  operasi  perusahaan  telah  ditemukan  dapat  memperpanjang audit  delay
.  Sulistyo  2010  :  89  dalam  penelitiannya  membuktikan  bahwa
Universitas Sumatera Utara
38
kompleksitas  operasi  perusahaan  berpengaruh  positif  terhadap  ketepatan  waktu penyampaian laporan keuangan.
Ahmad  dan  Abidin  2008  :  37,  antara  kompleksitas  perusahaan  yang dilihat  dari  jumlah  anak  perusahaan  klien  berdampak  pada  ketepatan  waktu
pelaporan  keuangan,  hal  tersebut  dikarenakan  auditor  akan  menghabiskan  lebih banyak  waktu  untuk  menyelesaikan  tugas  audit  pada  perusahaan  klien  yang
mengalami  peningkatan  kompleksitas  perusahaan.  Apabila  perusahaan  memiliki anak  perusahaan,  maka  perusahaan  akan  mengkonsolidasikan  laporan
keuangannya.  Selanjutnya  auditor  mengaudit  laporan  konsolidasi  perusahaan tersebut.  Hal  ini  akan  membuat  lingkup  audit  yang  akan  dilakukan  oleh  auditor
semakin  luas,  sehingga  berdampak  pada  waktu  yang  dibutuhkan  oleh  auditor dalam menyelesaikan tugas  auditnya. Menurut hasil penelitian Aktas dan Kargin
2011 : 96, bahwa laporan konsolidasi perusahaan ditemukan berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
2.2. Mapping Penelitian Terdahulu