Karakteristik Waste Cooking OilSetelah Pretreatment Analisis Komposisi Waste Cooking Oil

28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 KARAKTERISTIK WCO Waste Cooking Oil

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah WCO Waste Cooking Oil. Waste Cooking Oil yang digunakan yaitu minyak hasil sisa penggorengan yang diperoleh dari pedagang gorengan atau dari usaha kecil menengah.WCO diperoleh dari pedagang gorengan yang terletak di Jalan Jamin Ginting Padang Bulan Medan. Adapun karakteristik WCO Waste Cooking Oil dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Karakteristik WCO Waste Cooking Oil Sebelum Pretreatment Karakteristik Nilai nis gmL 0,910 kgm 3 3,13 Air 1,241 Gelap, keruh

4.2 PROSES PRETREATMENT WCO Waste Cooking Oil

Sebelum proses Transesterifikasi, dilakukan perlakuan awal yaitu proses pretreatment pada limbah waste cooking oil dengan cara mencampurkan karbon aktif sebanyak 1 dari minyak jelantah yang telah di panaskan 100 C.Adapun tujuan dilakukan pretreatment adalah untuk menurunkan kadar air dan angka asam lemak bebas secara signifikan pada waste cooking oil. Bahan baku untuk proses transesterifikasi harus memiliki angka asam lemak bebas 0,5 - 1 [37].Jikakadar asam lemak bebas tinggi akan mengakibatkan reaksitransesterifikasi terganggu akibat terjadinyareaksi penyabunan antara katalis dengan asam lemak bebas sehingga menurunkan yield biodiesel [38].

4.2.1 Karakteristik Waste Cooking OilSetelah Pretreatment

Adapun karakteristik Waste Cooking Oil setelah pretreatment dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Karakteristik WCO Waste Cooking Oil setelah Pretreatment Karakteristik Nilai Densitas 0,907 kgm 3 ALB 0,82 Kadar Air 0,48 Warna Terang, Jernih Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa setelah pretreatment, karakteristik waste cooking oil lebih bagus. Hal ini terlihat dari densitas dan asam lemak bebas yang semakin menurun sedangkan warna semakin terang jernih. Dari angka asam lemak bebas waste cooking oil sebelum dilakukan pretreatment yaitu 3,13 . Kemudian setelah dilakukan pretreatment, angka asam lemak bebas berkurang menjadi 0,82. Dengan demikian, hasil pretreatment dapat dilanjutkan ke dalam proses transesterifikasi karena angka asam lemak bebas 1 .

4.2.2 Analisis Komposisi Waste Cooking Oil

Minyak jelantah hasil pre-treatment dilakukan analisis menggunakan GCGas Chromatography untuk mengetahui komposisi asam-asam lemak yang terkandung di dalamnya. Hasil GC dapat dilihat pada tabel 4.3 dan dalam bentuk kromatogram disajikan pada gambar LD.1 Tabel 4.3 Komposisi Asam Lemak dari Waste Cooking Oil Jenis Asam Lemak No Retention Time menit Komponen Penyusun Komposisi bb Asam Lemak Jenuh 1 2,635 Asam Dekanoat C 10:0 0,0777 2 5,368 Asam Laurat C 12:0 0,3935 3 8,196 Asam Miristat C 14:0 0,9550 4 11,178 Asam Palmitat C 16:0 41,0134 5 15,920 Asam Arakidat C 20:0 0,3465 6 13,670 Asam Stearat C 18:0 3,9562 Total 46,725 Asam Lemak Tak Jenuh 1 14,011 Asam Oleat C 18:1 44,1591 2 14,512 Asam Linoleat C 18:2 8,7113 3 14,933 Asam Linolenat C 18:3 0,0189 4 11,465 Asam Palmitoleat C 16:1 0,2126 5 16,113 Asam Eikosenoat C 20:1 0,1559 Total 53,257. Berdasarkan hasil analisis GC, komposisi asam lemak dari WCO dapat dilihat pada tabel diatas. Dari hasil analisa, komponen asam lemak yang dominan pada sampel minyak jelantah terletak pada puncak ke 7 yaitu asam lemak tidak jenuh berupa asam oleat sebesar 44,1591, pada puncak ke 4 yaitu asam lemak jenuh berupa asam palmitat sebesar 41,0134 dan pada puncak ke 8 yaitu asam lemak tidak jenuh berupa asam linoleat sebesar 8,7113. Dari hasil analisa gas kromatografi diperoleh kandungan asam lemak jenuh pada sampel minyak jelantah adalah 46,725 dan asam lemak tidak jenuh sebesar 53,257. Berdasarkan data komposisi asam lemak dari minyak jelantah, maka diperoleh berat molekul rata rata FFA Waste Cooking Oil adalah 270,005 grmol dan berat molekul rata rata Waste Cooking Oil dalam bentuk trigliserida adalah 848,1908 grmol.

4.3 YIELD BIODIESEL KATALIS KOH MURNI DENGAN KATALIS ABU KULIT KAKAO

Dokumen yang terkait

Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah Dengan Katalis Heterogen K2o Yang Berasal Dari Limbah Kulit Kakao : Pengaruh Persenkatalis Dan Waktu Reaksi

0 0 19

Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah Dengan Katalis Heterogen K2o Yang Berasal Dari Limbah Kulit Kakao : Pengaruh Persenkatalis Dan Waktu Reaksi

0 0 2

Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah Dengan Katalis Heterogen K2o Yang Berasal Dari Limbah Kulit Kakao : Pengaruh Persenkatalis Dan Waktu Reaksi

0 0 6

Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah Dengan Katalis Heterogen K2o Yang Berasal Dari Limbah Kulit Kakao : Pengaruh Persenkatalis Dan Waktu Reaksi

0 0 6

Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah Dengan Katalis Heterogen K2o Yang Berasal Dari Limbah Kulit Kakao : Pengaruh Persenkatalis Dan Waktu Reaksi

0 0 4

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Cacao Pod Husk) Menjadi Katalis Heterogen K2O Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah : Pengaruh Suhu Kalsinasi Katalis

0 0 24

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Cacao Pod Husk) Menjadi Katalis Heterogen K2O Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah : Pengaruh Suhu Kalsinasi Katalis

0 0 2

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Cacao Pod Husk) Menjadi Katalis Heterogen K2O Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah : Pengaruh Suhu Kalsinasi Katalis

0 0 10

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Cacao Pod Husk) Menjadi Katalis Heterogen K2O Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah : Pengaruh Suhu Kalsinasi Katalis

1 2 10

Pengaruh Molar Metanol Dengan Minyak dan Waktu Reaksi Pada Pembuatan Biodiesel dari Limbah Minyak Jelantah dengan Menggunakan Katalis Heterogen Abu Kulit Pisang Kepok

1 1 17