Proses Penurunan Kadar FFA Proses Transesterifikasi WCO Menggunakan Katalis Kulit Kakao K

6. Ditimbang hasil pembakaran menggunakan neraca digital. 7. Dicatat data hasil kalsinasi. 8. Abu di hitung kadar abu hasil kalsinasi dengan cara rumus: Rendemen Abu = Berat Akhir Berat Awal × 100 9. Abu hasil kalsinasi di analisa dengan metode AAS Atomic Absorption Spectrometer untuk melihat kadar kandungan K 2 O abu kulit kakao

3.4.4 Analisa Free Fatty Acid FFA Bahan Baku WCO dengan Metode AOCS

ca5a-40 Untuk analisa kadar FFA bahan baku WCOsesuai dengan AOCS Official Method ca5a-40 dengan prosedur sebagai berikut : 1. Bahan baku WCO sebanyak 20 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer. 2. Etanol 95 ditambahkan sebanyak 150 ml vv 3. Campuran dikocok kuat dan diambil 10 ml untuk dilakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N dengan indikator fenolftalein 10 gl dalam 95 etanol 3 tetes. Titik akhir tercapai jika warna larutan berwarna merah rosa 4. Dicatat volume NaOH 0,1 N yang terpakai. Kadar FFA= T x V x BM berat sampel x 10 Dimana: T = normalitas larutan NaOH V = volum larutan NaOH terpakai M = berat molekul FFA

3.4.5 Proses Penurunan Kadar FFA

Prosedur penurunan kadar FFA ini dilakukan dengan mengadopsi prosedur yang dilakukan oleh Putra,dkk dengan beberapa modifikasi : 1. Penyaringan langsung dengan menggunakan kertas saring. filtrasi pertama dilakukan untuk menghilangkan zat padat. 2. Proses adsorpsi dilakukan dalam 100 ml gelas kaca. 3. Dimasukkan 50 g minyak yang digunakan dipanaskan sampai 100 C. 4. Sebanyak 0,5 g karbon aktif dituangkan ke dalam minyak dan kemudian diaduk selama 80 menit. 5. Campuran tersebut kemudian disaring 6. Dihitung kadar FFA, jika dibawah 1 maka dilanjukan proses transesterifikasi.

3.4.6 Proses Transesterifikasi WCO Menggunakan Katalis Kulit Kakao K

2 Prosedur transesterifikasi dilakukan dengan mengadopsi prosedur yang dilakukan oleh Ritonga dkk [18] dan Petrus dkk [19] yaitu: 1. Ditimbang abu Kulit kakao sebanyak 4 bb lalu dimasukkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan metanol hingga sesuai dengan rasio molar metanolWCO 6:1 ke dalam beaker glass lalu didiamkan 24 jam. 2. Sejumlah WCO dimasukan dengan metanol dengan rasio molar yang telah ditentukan dari metanol terhadap WCO ke dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan pendingin refluk, termometer dan magnetic stirrer diatas hot plate. 3. Dimasukkan K 2 0dengan berat tertentu dari berat total WCO dan etanol ke dalam campuran didalam labu leher tiga. 4. Dipanaskan campuran dengan hot plate hingga mencapai suhu reaksi konstan sebesar 65 C, dihomogenkan campuran menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm selama waktu tertentu. 5. Dimasukkan campuran reaksi ke dalam corong pemisah dan dibiarkan hingga terbentuk 2 lapisan. 6. Dipisahkan lapisan bawah yang merupakan campuran K 2 0, metanol dan gliserol dari lapisan atas. 7. Ditambahkan air panas ke dalam corong pemisah yang berisi lapisan atas dan dikocok untuk mengekstrak pengotor yang masih terdapat dalam lapisan ini, sehingga terbentuk kembali 2 lapisan. Dibuang kembali lapisan bawah dan perlakuan ini diulang beberapa kali hingga air cucian berwarna bening. 8. Dikeringkan lapisan atas yang merupakan metil ester. 9. Ditimbang metil ester yang telah kering dan dianalisis. 10. Prosedur di atas diulangi untuk variabel proses lainnya seperti yang telah dijelaskan pada rancangan percobaan.

3.4.7 Sketsa Percobaan

Dokumen yang terkait

Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah Dengan Katalis Heterogen K2o Yang Berasal Dari Limbah Kulit Kakao : Pengaruh Persenkatalis Dan Waktu Reaksi

0 0 19

Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah Dengan Katalis Heterogen K2o Yang Berasal Dari Limbah Kulit Kakao : Pengaruh Persenkatalis Dan Waktu Reaksi

0 0 2

Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah Dengan Katalis Heterogen K2o Yang Berasal Dari Limbah Kulit Kakao : Pengaruh Persenkatalis Dan Waktu Reaksi

0 0 6

Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah Dengan Katalis Heterogen K2o Yang Berasal Dari Limbah Kulit Kakao : Pengaruh Persenkatalis Dan Waktu Reaksi

0 0 6

Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah Dengan Katalis Heterogen K2o Yang Berasal Dari Limbah Kulit Kakao : Pengaruh Persenkatalis Dan Waktu Reaksi

0 0 4

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Cacao Pod Husk) Menjadi Katalis Heterogen K2O Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah : Pengaruh Suhu Kalsinasi Katalis

0 0 24

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Cacao Pod Husk) Menjadi Katalis Heterogen K2O Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah : Pengaruh Suhu Kalsinasi Katalis

0 0 2

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Cacao Pod Husk) Menjadi Katalis Heterogen K2O Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah : Pengaruh Suhu Kalsinasi Katalis

0 0 10

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao (Cacao Pod Husk) Menjadi Katalis Heterogen K2O Pada Pembuatan Biodiesel Dari Limbah Minyak Jelantah : Pengaruh Suhu Kalsinasi Katalis

1 2 10

Pengaruh Molar Metanol Dengan Minyak dan Waktu Reaksi Pada Pembuatan Biodiesel dari Limbah Minyak Jelantah dengan Menggunakan Katalis Heterogen Abu Kulit Pisang Kepok

1 1 17