Rotor Pendekatan Disain Struktural

37 open loop control. Artinya tidak melibatkan rutin-rutin PID dan tidak ada umpan balik feedback keluaran terhadap masukan. Nilai set-point yang digunakan dalam pengujian tanpa kontrol adalah PWM 50, 100, 150, 200 dan 250. Nilai ini setara dengan 751, 1637, 1947, 2139 dan 2203 rpm. Sedangkan periode sampling diatur sebesar 60 ms. Masing-masing nilai set-point dijalankan selama 5, 10, 15, 20 dan 25 menit dan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali untuk masing- masing nilai set-point dan waktu pengujian. Pupuk yang keluar dari metering device ditampung dalam suatu wadah dan berat pupuk yang keluar ditimbang dengan menggunakan timbangan digital. Kecepatan putar motor untuk masing- masing perlakuan diukur dengan menggunakan optic speed encoder kemudian ditampilkan menggunakan program hyperterminal melalui komunikasi serial RS232 antara mikrokontroller DT-51 minsys dengan laptop. 3.4 Persamaan-Persamaan Kontrol 3.4.1 Perhitungan nilai PWM Kecepatan maksimum putaran motor diatur melalui parameter maxspeed melalui antarmuka yang lain. Untuk lebar pulsa antara 2 ms sampai dengan 12 ms, setpoint kecepatan yang diberikan ke kendali motor sebesar: = − ∗ …………………12 Untuk lebar pulsa antara 12 ms sampai dengan 22 ms, setpoint kecepatan yang diberikan ke kendali motor sebesar : = − ∗ ………………..13

3.4.2 Perhitungan Ketelitian Optic Speed Encoder

Ketelitian encoder minimum yang diperlukan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut : hole = ∗ ………………………………………………14 hole pada persamaan di atas merupakan ketelitian encoder minimum yang diperlukan. MinSpeed adalah kecepatan minimum dalam satuan RPS yang ingin dibaca 38

3.4.3 Persamaan Kontrol PID

et = SPt − PVt C t dt = K e t + K e t dt + K de t dt d C t dt = K d e t dt + K e t + K d e t dt C t − C t − 1 dt = K e t − e t − 1 dt + K e t + K d SP t − PV t dt Ct − Ct − 1 dt = K et − et − 1 dt + K et + K [− PVt + 2PVt − 1 − PVt − 2] dt Ct = Ct − 1 + K [et − et − 1] + K Tet − K PVt − 2PVt − 1 + PVt − 2 dt C t = C t − 1 + Kp [e t − e t − 1 ] + K_I Te t − K_D T [PV t − 2PV t − 1 + PV t − 2 ] ………………………………………………………..15 y = 162.9x - 95.48 R² = 0.999 500 1000 1500 2000 2500 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 K e cep a ta n RP M Tegangan volt y = 0.0002x 3 - 0.1407x 2 + 31.9236x - 264.7055 R² = 0.9878 500 1000 1500 2000 2500 3000 50 100 150 200 250 300 K e cep a ta n p u ta r RP M PWM 44

4.3 Pengujian Karakteristik Pupuk Granular

Pengujian karakteristik pupuk granular dilakukan untuk mengetahui sebaran ukuran pupuk urea, SP-36 dan NPK serta untuk mengetahui massa jenis pupuk tersebut. Karakteristik pupuk granuler hasil pengujian ditunjukkan pada tabel 10. Ketiga jenis pupuk ini memiliki nilai bulk density masing-masing 0.635 gcm 3 , 1.009 gcm 3 dan 0.908 gcm 3 . Demikian juga distribusi keseragaman ukuran berbeda-beda dimana urea memiliki distribusi ukuran paling seragam sebesar 75.7 dengan ukuran 1.4 – 2.36 mm, sedangkan pupuk SP-36 dan NPK memiliki distribusi ukuran masing-masing 22.27 dan 57.40 dengan ukuran masing-masing 2.36 – 4.6 mm dan 1.4 – 2.36 mm. Tabel 10 Distribusi ukuran dan massa jenis pupuk urea, SP-36 dan NPK Jenis pupuk Distribusi ukuran partikel pupuk Massa jenis gcm 3 4.76 mm 4.76 – 2.36 mm 2.36 – 1.4 mm 1.4mm Urea SP-36 NPK - 9.2 2.81 3.13 55.27 39.7 75.7 35.53 57.40 21.13 - - 0.635 1.009 0.908

4.4 Identifikasi Sistem

Perancangan sebuah pengontrol untuk suatu aplikasi tertentu meliputi langkah-langkah pemilihan mode kontrol yang akan digunakan serta pengaturan mode control. Ini berarti penentuan apakah control proporsional, proporsional plus derivatif, proporsional plus integral atau proporsional plus integral plus derivatif yang akan digunakan, dan pemilihan nilai K P , K I , dan K D yang bersesuain. Langkah ini akan menentukan bagaimana sistem akan bereaksi terhadap sebuah gangguan atau perubahan nilai pengaturan, seberapa cepat sistem menanggapi perubahan yang terjadi, berapa lama waktu yang dibutuhkan untk mencapai keadaan tunak setelah terajadi gangguan atau perubahan nilai pengaturan, serta apakan terdapat error keadaan tunak atau tidak Bolton, W. 2004 Metode yang digunakan untuk menentukan konstanta proporsional P, Integral I dan diferensial D adalah metode Ziegler-Nichols. Metode ini berdasarkan pada pengujian sistem dengan loop terbuka sehingga tidak ada aksi kontrol. Pengujian sistem dilakukan menggunakan perintah PWM dengan lima kali step yaitu PWM 50, 100, 150, 200 dan 250 dengan periode sampling 60 ms