Perhitungan Ketelitian Optic Speed Encoder

400 800 1200 1600 2000 2400 8 16 24 32 40 48 56 64 72 80 88 96 P u ta r a n m o to r r p m Waktu s Pengukuran Diharapkan 50 sedangkan pupuk SP-36 dan NPK memiliki distribusi ukuran masing-masing 22.27 dan 57.40 dengan ukuran masing-masing 2.36 – 4.6 mm dan 1.4 – 2.36 mm.

4.6.1 Pengujian dengan Kontrol PID

Menurut Pitowarno Endra 2006, kontrol PID merupakan kombinasi dari kontrol proporsional P, integral I dan Derivative D sehingga akan diperoleh kontrol yang dapat menghasilkan respon yang terbaik. Kontrol proporsional Kp akan memberikan efek mengurangi waktu naik, tetapi tidak menghapus waktu naik, tetapi tidak menghapus kesalahan keadaan tunak. Kontrol integral Ki akan memberikan efek menghapus kesalahan keadaan tunak, tetapi akan berakibat memburuknya respon transien. Kontrol derivatif akan meberikan efek meningkatnya stabilitas sistem, mengurangi overshoot dan menaikkan respon transien. Pengujian dengan kontrol PID dibagi dalam dua kali pengujian, yaitu pengujian metering device dengan menggunakan satu rotor dan menggunakan dua rotor. Kedua pengujian ini dilakukan pada masing-masing pupuk granular. Nilai konstanta PID yang digunakan adalah berturut-turut 500; 15,000 dan 20,000, sedangkan periode sampling diatur sebesar 60 ms dengan frekuensi sampling 16.7 Hz. Nilai set-point yang digunakan adalah 400, 800, 1200, 1600 dan 2000 rpm. Masing-masing nilai set-point dijalankan selama 5, 10, 15, 20 dan 25 detik dan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali untuk masing-masing nilai set-point dan waktu. Pupuk yang keluar dari metering device ditampung dalam suatu wadah yang diletakkan di atas timbangan digital. Kecepatan putar motor direkam menggunakan program hyperterminal melalui komunikasi serial RS232.

4.4.1.1 Pengujian Metering Device dengan Satu Rotor Single Rotor

Pengujian dengan satu rotor dengan menggunakan pupuk urea ditunjukkan pada Gambar 36. Gambar 36 kiri menunjukkan grafik hubungan antara waktu dengan berat pupuk urea yang keluar menunjukkan hubungan yang linier untuk masing-masing nilai set-point. Dimana pada set-point 400, 800, 1200, 1600 dan 2000 rpm diperoleh nilai R 2 masing-masing sebesar 0.997, 0.998, 0.998, 0.998 dan 0.998. Sedangkan kecepatan keluaran pupuk rate dari rotor untuk masing-