28 3.
Kemampuan spesies jenis agar tetap bertahan hidup berkurang karena biasanya segala kebutuhan hidupnya tersedia sehingga tidak ada kemampuan
mencari berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 4.
Mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan buatan sehingga ketika dilepas ke alam yang sebenarnya maka daya hidupnya sangat menurun.
5. Biasanya terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu saja, sehingga lebih
tahan terhadap gangguan dan mudah terancam akan perubahan atau tekanan lingkungan
6. Untuk menjaga keberlanjutan konservasi eksitu, maka diperlukan dana dan
biaya yang besar, fasilitas yang memadai, dan tenaga terlatih. Ketiga hal tersebut seringkali menjadi masalah utama pelaksanaan konservasi eksitu,
terutama biaya pengelolaannya yang sangat besar.
2.3 Kebun Binatang
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53MENHUT-II2006 tentang Lembaga Konservasi menjelaskan bahwa kebun binatang adalah suatu tempat atau
wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan berbagai jenis satwa
berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis
melalui kegiatan penyelamatan, rehabilitasi dan reintroduksi alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Menurut Direktorat Jenderal Kehutanan 1977, kebun binatang adalah
satu-satunya tempat dimana penduduk kota dapat menyaksikan satwa liar dan
29 segala aspek hidupnya, misalnya bentuk dan tingkah lakunya, etologi, termasuk
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan terhadap satwa tersebut yaitu penelitian dan studi-studi. Dengan demikian, kebun binatang merupakan sarana penghubung
satu-satunya antara masyarakat dan satwa liar. Kebun binatang menurut peragaannya dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu bentuk manageri,
bentuk peragaan satwa yang di tempatkan disuatu tempatkurungan atau ruang yang berpagar, dan bentuk taman margasatwa. Bentuk manageri berupa kumpulan
satwa yang ditempatkan dalam kurungan sempit, bentuk ini sudah tidak digunakan lagi sedangkan bentuk taman margasatwa mempertontonkan satwa
pada keadaan mendekati habitat alaminya dan diusahakan menurut jenis satwanya.
Fungsi kebun binatang dalam SK Dirjen Kehutanan No. 20KptsDJ1978 adalah untuk perlindungan dan pelestarian satwa liar, sarana pendidikan dan
penelitian ilmiah, sarana rekreasi dan hiburan alamiah. Tugas pokok kebun binatang antara lain melakukan penangkaran satwa liar untuk menghindari
kepunahan, memperagakan binatang untuk kepentingan pendidikan budaya ilmiah, penelitian, dan rekreasi, serta memberi pelayanan kepada pengunjung dan
menjaga keamanan serta keselamatannya. Salah satu landasan yuridis teknis pemanfaatan sumberdaya alam pada
umumnya atau satwa pada khususnya adalah Undang-Undang No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang
menegaskan antara lain: 1 Sumberdaya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Pasal 10 ayat 1,
dan 2 Konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan sumberdaya alam yang
30 menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumberdaya terbaharui
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya Pasal 1, ayat 11.
2.4 Taman Margasatwa