30 menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumberdaya terbaharui
menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya Pasal 1, ayat 11.
2.4 Taman Margasatwa
Taman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah tempat untuk bersenang-senang. Margasatwa menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
memiliki arti perlindungan terhadap binatang liar yang perlu dilestarikan keberadaannya.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53MENHUT-II2006 tentang Lembaga Konservasi menjelaskan bahwa taman satwa adalah kebun binatang
yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana
perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi
yang sehat. Peragaan yang dilakukan di dalam taman margasatwa bertujuan untuk
mengusahakan suatu keadaan lingkungan yang mendekati keadaan habitat alamiahnya. Kebun binatang di dunia pada masa sekarang ini lebih mengarah
kepada bentuk taman margasatwa. Hal ini disebabkan karena tuntutan kebutuhan yang lebih modern untuk lebih meningkatkan fungsi kebun binatang.
Kriteria taman satwa dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53MENHUT-II2006 tentang Lembaga Konservasi meliputi :
a. Koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 kelas, baik yang
dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau
31 ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies of
Flora Fauna CITES
b. Memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 satu hektar
c. Memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup
d. Memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan,
kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan pembesaran dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain
e. Memiliki Kantor Pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung
f. Tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain tenaga medis,
ahli biologi konservasi, kurator, perawat, dan tenaga keamanan
2.5 Badan Layanan Umum BLU
Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, pada Bab I Pasal 1
Ayat 1 tentang Ketentuan Umum dijelaskan bahwa Badan Layanan Umum BLU, adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang danatau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pada ayat 2 dijelaskan bahwa Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum PPK-BLU
adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur
32 dalam Peraturan Pemerintah ini sebagai pengecualian dan ketentuan pengelolaan
keuangan negara pada umumnya. Selanjutnya di dalam Peraturan Pemerintah yang sama, pada Bab IV
tentang Standar dan Tarif Layanan bagian pertama tentang Standar Layanan, Pasal 8 dijelaskan bahwa instansi pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum PPK-BLU menggunakan standar pelayanan minimum, yang ditetapkan oleh menteri pimpinan lembaga gubernur bupati
walikota sesuai dengan kewenangannya dengan mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk
mendapatkan layanan. Sedangkan pada bagian kedua tentang Tarif Layanan ayat 1 dijelaskan bahwa BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai
imbalan atas barangjasa layanan yang diberikan, pada ayat 5 dijelaskan bahwa tarif layanan sebagaimana dimaksud harus mempertimbangkan:
a. kontinuitas dan pengembangan layanan;
b. daya beli masyarakat;
c. asas keadilan dan kepatutan; dan
d. kompetisi yang sehat
Pengelolaan BLU dari sisi keuangan sangat terkait dengan sumber pendapatannya. Dalam Peraturan Pemerintah yang sudah disebutkan di atas, pada
Bab V bagian ketiga tentang Pendapatan dan Belanja, Pasal 14 Ayat 1 dijelaskan bahwa penerimaan anggaran yang bersumber dari APBNAPBD diberlakukan
sebagai pendapatan BLU. Ayat 2 menjelaskan bahwa pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat dan hibah tidak terikat yang
diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan operasional
33 BLU. Ayat 3 menjelaskan bahwa hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat
atau badan lain merupakan pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan. Pendapatan pada ayat 2 dan 3 dilaporkan sebagai pendapatan
negara bukan pajak kementerianlembaga atau pendapatan bukan pajak pemerintah daerah.
Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU menyatakan bahwa BLU adalah alat untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui penerapan
manajemen keuangan berbasis pada hasil, dan bukanlah semata-mata sarana untuk mengejar fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan. Sehingga untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakatpublik dengan tarifharga layanan yang terjangkau masyarakat dengan kualitas layanan yang baik, cepat, efisien dan
efektif dapat diterapkan. Pengelolaan Keuangan BLU dengan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat.
BLU harus dikelola secara profesional seperti bisnis, oleh karena itu, pegawai BLU harus tenaga profesional. Tenaga profesional ini bisa PNS maupun
Non PNS. Komposisi jumlah PNS maupun Non PNS dalam suatu BLU dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Salah satu agenda reformasi keuangan negara menurut Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU adalah adanya pergeseran dari
pengganggaran tradisional menjadi pengganggaran berbasis kinerja. Dengan basis kinerja ini, arah penggunaan dana pemerintah tidak lagi berorientasi pada input,
tetapi pada output. Perubahan ini penting dalam rangka proses pembelajaran untuk menggunakan sumber daya pemerintah yang makin terbatas, tetapi tetap dapat
memenuhi kebutuhan yang makin tinggi. BLU ini diharapkan dapat menjadi
34 langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan di sektor publik,
sehingga mampu meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.
2.6 Penelitian Terdahulu