Manfaat Desentalisasi Fiskal Desentralisasi Fiskal 1. Pengertian Desentralisasi Fiskal

Adapun wujud desentralisasi fiskal berupa : 1 pembagian peran dan tanggung jawab antar pemerintah, 2 transfer pembiayaan dari pemerintah pusat ke daerah, 3 penguatan sistem penerimaan dan sistem pelayanan publik pemerintah lokal, 4 privatisasi badan usaha milik negara yang kadang-kadang merupakan tanggung jawab lokal, 5 penyediaan jaring pengaman sefety net, dan 6 ekspansi penerimaan lokal melalui pajak Ebel, 1999 ; Rondinelli, 1997.

2.2.2. Manfaat Desentalisasi Fiskal

Pentingnya desentralisasi fiskal menjadi wacana dua kelompok yang berbeda argumentasi. Pertama, desentralisasi fiskal itu penting karena dapat meningkatkan efisiensi ekonomi, efisiensi biaya, perbaikan akuntabilitas, dan peningkatan mobilisasi dana. Kelompok kedua : tak satupun dari manfaat tersebut akan berhasil dicapai oleh negara yang preferensi penduduknya hampir tidak mungkin diakomodir dalam anggaran pemerintah dan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah mendekati nihil. Dari perspektif ini desentralisasi nampaknya cenderung meningkatkan biaya, mengurangi efisiensi pelayanan pemerintah, dan mungkin menyebabkan kesenjangan yang lebih parah serta ketidakstabilan makroekonomi Prud’ Homme, 1994 . Beberapa dampak langsung terhadap pemerintah daerah seperti yang ditulis Sinaga, et al 2004 adalah : 1. Bagi hasil dari pemerintah pusat makin besar seperti : Bagi Hasil Sumber Daya Alam BHSDA, Bagi Hasil Pajak BHTX, DAU, dan DAK 2. Kewenangan menarik pajak dan retribusi di daerah 3. Kebebasan menggunakan anggaran dasar dalam arti tanpa menunggu petunjuk pusat 4. Kewenangan menerbitkan perda dalam kepentingan pembangunan daerah 5. Kewenangan melakukan pinjaman Kapasitas pemerintah lokal untuk pembangunan ekonomi daerahnya sangat ditentukan oleh seberapa besar peranan pemerintah lokal, pengusaha lokal dan sektor-sektor swasta mensikapi desentralisasi. Dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kota se Jawa dan Bali dilakukan oleh Adi 2005, hasil temuannya antara lain menunjukkan bahwa pelaksanaan desentralisasi fiskal terbukti meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, dan daerah lebih peka terhadap kebutuhan dan kekuatan ekonomi lokal. Temuan ini sejalan dengan Lin and Liu 2000 yang menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari beberapa daerah, ternyata tidak semua daerah siap melakukan desentralisasi fiskal, data awal menunjukkan bahwa 46 daerah pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapitanya berada di bawah rata-rata. Faktor ini yang diindikasikan sebagai alasan terjadinya perbedaan pertumbuhan ekonomi yang positif antar daerah. Dampak kebijakan desentralisasi fiskal terhadap kinerja makroekonomi antara lain adalah : Pengeluaran pemerintah merupakan instrumen fiskal yang diyakini memberikan multiplier effect bagi perekonomian sehingga mampu menutupi sifat penarikan dari pajak sebagai komponen penerimaan. Oleh karena itu, pengeluaran pemerintah memiliki peran cukup penting untuk menstimulir permintaan agregat dan output. Dengan tehnik regresi, Yudhoyono 2004 menyimpulkan bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan GDP. Hasil lain menunjukkan bahwa pengeluaran pembangunan yang dialokasikan untuk sektor pertanian memiliki pengaruh terhadap output GDP pertanian yang relatif tinggi. Disimpulkan bahwa kenaikan pengeluaran pembangunan meningkatkan GDP pertanian, hal ini mengindikasikan bahwa tambahan dari pemerintah berupa dana pembangunan bagi sektor pertanian berperan positif untuk menstimulir pertumbuhan output pertanian. Namun untuk sektor industri terjadi hal sebaliknya yaitu pengeluaran pemerintah di sektor industri harus dikurangi. Pada indikator lain, peningkatan pengeluaran pemerintah untuk pembangunan secara umum diharapkan dapat mengurangi laju pengangguran dan jumlah penduduk miskin Yudhoyono, 2004.

2.2.3. Kebijakan Desentralisasi Fiskal di Indonesia