sangat membutuhkan suntikan dana yang pada akhirnya akan meningkatkan PDRB cukup signifikan. Demikian halnya PDRBS Pariwisata dan Jasa meningkat
diduga akibat meningkatnya PDRBS total dan PDRBK yang cukup besar sampai 5.
Peningkatan PDRBS ini juga mendorong iklim investasi di daerah sehingga jumlah pengangguran berkurang cukup besar. Berkurangnya jumlah
pengangguran di Kabupaten Bengkulu Selatan yang cukup besar 22 menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja yang tersedia berasal dari sektor
Pertanian, hal sebaliknya terjadi di Kota Bengkulu pasar tenaga kerja yang tersedia dari non pertanian. Demikian halnya pada indikator ekonomi lainnya
seperti PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi di semua Kabupaten Kota melebihi rata-rata pertumbuhan Nasional. Distribusi pendapatan semakin merata
yang ditunjukkan oleh nilai CV PDRBK semakin kecil bahkan negatif dan Bengkulu Utara paling baik -0.38, diikuti Bengkulu Selatan -0.26, Kota -0.25
dan Rejang Lebong -0.19. Kebijakan ini menunjukkan bahwa peningkatan PAD sesuai semangat
otonomi daerah melalui komponen penerimaan pajak dan retribusi dapat dilakukan melalui peningkatan aktifitas ekonomi daerah PDRBS dengan
memberikan suntikan pengeluaran pembangunan sektoral.
8.2.5. Kebijakan Realokasi Pengeluaran Rutin ke Pengeluaran
Pembangunan Sektor Pertanian
Kebijakan realokasi pengeluaran rutin ke pengeluaran pembangunan sektor Pertanian di dalam studi ini diskenariokan melalui efisiensi pengeluaran
rutin 2, peningkatan pengeluaran subsektor Tanaman pangan sebesar 38, Perkebunan 142, Peternakan sebesar 64, dan Perikanan 81. Dampak
kebijakan terhadap kinerja fiskal daerah pada Tabel 60 bervariasi. Dampak terhadap PAD meningkat cukup besar 4 – 6, sehingga kapasitas fiskal juga
meningkat 2 sampai 3.5. Turunnya pengeluaran rutin dan kenaikan pengeluaran sektor Pertanian mengakibatkan total pengeluaran daerah menurun
dan kesenjangan fiskal negatif di Kabupaten Rejang Lebong dan Kota Bengkulu. Sedangkan di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Bengkulu Utara peningkatan
kapasitas fiskal 3 belum mampu memenuhi peningkatan kebutuhan fiskal total pengeluaran daerah sehingga kesenjangan fiskal meningkat 1 - 2 .
Tabel 60. Hasil Ramalan Dampak Kebijakan Realokasi Pengeluaran Rutin ke Sektor Pertanian S5 terhadap Kinerja Fiskal Daerah Kabupaten dan
Kota di Provinsi Bengkulu
Variabel Endogen Kabupaten dan Kota Perubahan
1 2 3 4 Pajak Daerah TXD
Retribusi Daerah RETD Pendapatan Asli Daerah PAD
Dana Alokasi Umum DAU Transfer TRNF
Total Penerimaan Daerah TPD Kapasitas Fiskal Daerah KPFD
Pengeluaran Rutin GRTN Total Pengeluaran Pembangunan GPBG
Total Pengeluaran Daerah TGD Kesenjangan Fiskal KSFD
8.68 8.21
6.28 -6.10
-4.66 -2.99
3.17 -2.00
4.19 2.04
1.79 6.14
8.46 6.70
-6.00 -4.99
-3.57 3.45
-2.00 2.87
0.44 -0.05
7.86 7.24
4.80 -6.74
-4.71 -3.04
3.16 -2.00
5.00 1.48
1.11 2.57
5.20 3.87
-4.30 -3.09
-2.18 2.24
-2.00 2.06
0.21 -0.12
1 : Kabupaten Bengkulu Selatan; 2 : Kabupaten Rejang Lebong;
3 : Kabupaten Bengkulu Utara ; 4 : Kota Bengkulu
Kebijakan ini juga berdampak pada menurunnya besarnya DAU yang diterima sebesar 4 - 6 dan turunnya penerimaan transfer dari pusat sebesar 4
- 5. Dampak selanjutnya adalah turunnya total penerimaan daerah di semua KabupatenKota karena penerimaan transfer pusat merupakan komponen
penerimaan terbesar di Provinsi Bengkulu. Tabel 61. Hasil Ramalan Dampak Kebijakan Realokasi Pengeluaran Rutin ke
Sektor Pertanian S5 terhadap Kinerja Perekonomian Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu
Variabel Endogen Kabupaten dan Kota Perubahan
1 2 3 4 Produksi Tan Pangan TQTP
Produksi Perkebunan TQPB Produksi Peternakan TQPT
Produksi Perikanan TQPI Produksi Pertanian TQSP
Produksi Industri TQIND Produksi Pertambangan TQTBG
Produksi Pariwisata TQWS Produksi Jasa TQJS
PDRBS Total Tenaga Kerja TTKD
Kredit Investasi INVSW Investasi Industri INVIND
Pengangguran UND Pendapatan Disposibel YD
PDRB per kapita PDRBK Pertumbuhan Ekonomi GRWT
Distribuís Pendapatan CV PDRBK 15.14
6.66 3.56
2.84 13.70
3.09 -0.18
6.02 9.43
10.02 2.82
11,21 4.89
-40.63 10.02
9.99 3.20
-0.26 14.84
5.07 3.96
4.15 13.56
3.45 -0.62
6.17 10.83
11.39 2.86
9.72 9.64
-7.76 11.40
11.37 3.50
-0.32 15.17
7.14 2.67
2.78 13.59
2.46 -0.05
6.14 8.85
9.51 2.62
7.95 7.69
-10.14 9.52
9.48 2.85
-0.66 22.28
7.13 8.15
2.22 18.29
2.31 -0.12
4.37 7.06
7.19 3.77
6.20 6.62
-4.68 7.21
7.15 2.32
-0.43
1 : Kabupaten Bengkulu Selatan; 2 : Kabupaten Rejang Lebong;
3 : Kabupaten Bengkulu Utara ; 4 : Kota Bengkulu
Dampak skenario kebijakan terhadap kinerja perekonomian daerah pada
Tabel 61 menunjukkan dampak yang positif kecuali pada PDRBS Pertambangan, hal ini akibat berkurangnya pengeluaran di sektor pertambangan dan aktivitas
pertambangan di Provinsi Bengkulu beberapa tahun terakhir semakin berkurang. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa dampak skenario kebijakan ini
berdampak cukup besar pada sektor Pertanian, Pariwisata, dan Jasa. Hal ini sesuai
dengan program revitalisasi Pertanian yang membutuhkan dana cukup besar khususnya untuk peningkatan produksi Tanaman pangan, perluasan areal
perkebunan, intensifikasi usaha peternakan, peningkatan produksi perikanan, dan revitalisasi penyuluhan. Peningkatan pengeluaran pembangunan ini akan
meningkatkan PDRB sektor pertanian cukup signifikan. Demikian halnya PDRBS Pariwisata dan Jasa meningkat diduga akibat meningkatnya total produksi daerah
PDRBS dan PDRBK yang cukup besar 7 - 11 . Peningkatan PDRBS ini juga meningkatkan kredit investasi sebesar 6 -
11 dan investasi industri sebesar 5 - 9 sehingga jumlah pengangguran berkurang cukup besar. Berkurangnya jumlah pengangguran di Kabupaten
Bengkulu Selatan yang cukup besar 40 menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja yang tersedia berasal dari sektor Pertanian. Demikian halnya pada indikator
ekonomi lainnya seperti PDRB per kapita dan pertumbuhan ekonomi di semua Kabupaten Kota melebihi rata-rata pertumbuhan Nasional. Distribusi pendapatan
semakin merata yang ditunjukkan oleh besaran nilai CV PDRBK negatif dan di Bengkulu Utara paling baik -0.66, diikuti Kota -0.43, Rejang Lebong-0.32,
dan Bengkulu Selatan -0.26.
8.2.6. Kebijakan Realokasi Pengeluaran Rutin ke Pengeluaran