Pelampung Tali ris atas Badan jaring

diletakkan pelampung dan pada bagian bawahnya diletakkan pemberat. Jaring akan terentang karena adanya dua gaya berlawanan arah, yaitu gaya apung dari pelampung yang mengarah ke atas dan gaya tenggelam dari pemberat ke arah bawah Permen Kelautan dan Perikanan, 2008; Martasuganda, 2008. Jaring insang diklasifikasikan atas 4 jenis, yaitu 1 jaring insang apung floating gillnet, 2 jaring insang dasar bottom gillnet, 3 jaring insang lingkar encircling gillnet, 4 dan trammelnet Nomura and Yamazaki, 1977. Klust 1987 dan Martasuganda 2008 mengatakan klasifikasi jaring insang sebaiknya didasarkan atas konstruksi, jenis ikan, metode operasi atau kedudukannya di perairan dan lokasi daerah penangkapannya. Berdasarkan konstruksinya, jaring insang terdiri atas satu lembar jaring, dua lembar jaring atau jaring dua lapis dan tiga lembar jaring trammelnet. Berdasarkan metode operasi, jaring insang dikelompokkan atas jaring insang hanyut drift gillnet, jaring insang menetap set gillnet dan jaring insang lingkar encircling gillnet. Berdasarkan kedudukannya di perairan, jaring insang terdiri atas jaring insang permukaan surface gillnet, jaring insang dasar bottom gillnet dan jaring insang pertengahan midwater gill net, jaring insang hanyut drift gill net dan jaring lingkar encricling gillnet. Jika dikelompokkan atas jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapannya, maka jaring insang antara lain terdiri atas jaring kembung, jaring julung, jaring hiu dan jaring tembang. Bagian-bagian utama jaring insang terdiri atas pelampung, tali ris atas, badan jaring, tali ris bawah dan pemberat ” Nomura, 1981. Adapun menurut Von Brandt 1984, Nomura 1981, Sainsburry 1971 dan Martasuganda 2008, spesifikasi setiap bagian utama jaring insang meliputi pelampung, tali pelampung, tali ris bagian atas, tali penggantung badan jaring bagian atas, srampad bagian atas, mata jaring bagian dalam, mata jaring bagian luar, srampad bagian bawah, tali penggantung badan jaring bagian bawah, tali ris bagian bawah, tali pemberat, dan pemberat . Rincian setiap bagian jaring insang adalah sebagai berikut:

2.3.1 Pelampung

Pelampung pada umumnya terbuat dari bahan gabus, sendal karet, plastik dan karet. Menurut Council of Educational Research 2006, pelampug harus F B = W w – w ........................................................................................ 1 terbuat dari bahan yang tidak menyerap air dan tahan lama. Jumlah pelampung dan berat jenis pelampung yang dipasang pada jaring sangat menentukan besar kecilnya gaya apung jaring. Hubungan antara berat jenis pelampung , berat jenis air laut w , berat pelampung W dan gaya apung F B dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut Fridman, 1988: Menurut FAO 1996, jaring insang perlu menggunakan pelampung tanda atau tambahan yang mudah terlihat dari jarak jauh untuk keamanan dan keselamatan pelayaran.

2.3.2 Tali ris atas

Tali ris jaring insang pada umumnya terbuat dari bahan polyethylene PE. Tali ini terdiri atas tali ris atas dan tali ris bawah. Tali ris atas dipasang pada bagian atas jaring. Fungsi tali ris, menurut Puspito 2009, sebagai bingkai jaring dan menjaga bukaan mata jaring agar tetap efektif untuk menangkap ikan secara terjerat atau terpuntal. Pemasangan tali ris terbagi atas 4 cara, yaitu 1 pemasangan tali ris atas dan bawah dengan cara disambungkan langsung dengan badan jaring, 2 pemasangan tali ris atas disambungkan langsung dengan badan jaring dan tali ris bawah disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung, 3 pemasangan tali ris atas disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung dan tali ris bawah disambungkan langsung dengan badan jaring, dan 4 pemasangan tali ris atas dan bawah disambungkan dengan badan jaring melalui tali penggantung Martasuganda, 2008.

2.3.3 Badan jaring

Sebelum dikenalnya bahan jaring dari bahan sintetis, bahan jaring awalnya terbuat dari serat alami. Nomura and Yamasaki 1977 mengatakan pergantian bahan jaring dari serat alami ke serat sintetis membutuhkan waktu yang lama. Pada tahun 1920, bahan jaring sintetis untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh H Standinger sebagai bahan alat penangkapan ikan. Kemudian beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Rusia, Inggris, Italia dan Prancis, mengembangkan penggunaan serat sintetis tersebut di dunia perikanan. Pada setiap periode waktu, nelayan selalu mencoba berbagai bahan jaring untuk meningkatkan hasil tangkapan. Bahan jaring insang saat ini pada umumnya menggunakan bahan sintetis polyamide PA. Bahan sintetis ini terdiri atas 2 tipe, yaitu PA 6,6 dan PA 6. Dalam perikanan tangkap, menurut Klust 1987, keduanya memiliki sifat-sifat mekanis yang sama, sehingga keduanya tidak memiliki perbedaan. PA 6,6 dan PA 6 dikenal dengan nama dagang yang sama yaitu nilon. Benang nilon yang digunakan untuk membuat jaring terdiri atas dua jenis, yaitu monofilamen dan multifilamen. Menurut Puspito 2002, benang monofilamen terbentuk oleh filamen. Potongan melintangnya berbentuk bulat dengan diameter antara 0,1 sampai dengan 1,0 mm atau penampang melintang berbentuk oval dengan diameter antara 0,17 sampai dengan 0,34 mm. Adapun benang multifilamen tersusun atas beberapa filamen yang tidak terputus. Millner 1985 mengatakan sifat dari serat monofilamen adalah kaku, tidak fleksibel dan warnanya transparan di perairan. Adapun sifat dari serat multifilamen adalah tidak kaku, fleksibel dan warnanya tidak transparan di perairan.

2.3.4 Tali ris bawah