3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan. Seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Urutan pengujiannya adalah
sebagai berikut: 1 Persiapan yang meliputi pengadaan jaring insang, logistik, BBM dan
peralatan pendukung; 2 Penentuan daerah penangkapan;
3 Setting dan hauling pada malam hari; dan 4 Pengumpulan dan identifikasi hasil tangkapan.
Jaring insang yang dioperasikan sebanyak 9 macam. Masing-masing jaring insang memiliki ukuran mata 2,25”; 2,50” dan 3,00” dengan shortening 45,
50 dan 55. Operasi penangkapan dilakukan sebanyak 11 kali ulangan. Pada setiap operasi penangkapan, posisi setiap jaring berselang seling. Susunannya
dirubah pada setiap operasi penangkapan ikan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa komposisi hasil tangkapan, ukuran biometri ikan, cara terjerat ikan, gaya apung dan gaya tenggelam jaring insang. Sementara
data sekunder meliputi kondisi oseanografi dan produksi perikanan tangkap dari Dinas Kelautan dan Perikanan Tual antara tahun 2004 sampai dengan tahun 2009.
Adapun data teknis yang dikumpulkan terkait dengan pengoperasian jaring insang di perairan Tual, diantaranya adalah:
1 Informasi yang memuat cara nelayan jaring insang menangkap ikan; 2 Data lokasi pengoperasian jaring insang yang biasa dilakukan olah nelayan
Tual; dan 3 Data ikan yang menjadi target penangkapan dari jaring insang.
3.5 Analisis Data 3.5.1 Distribusi frekuensi ukuran biometri ikan
Hasil tangkapan dari setiap jaring insang diambil data biometri ikan yang meliputi ukuran operculum, body girth maksimal, panjang standar dan berat.
Selanjutnya hasil pengukuran biometri ikan dikelompokan dalam selang kelas dan
dibuat interval. Untuk menentukan selang kelas dan interval kelas dihitung dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi menurut Walpole 1995, yaitu:
K = 1 + 3,3 log n
…………………………………………………………… 10 I =
R K ………………………………………………………………..….. 11
Keterangan : K
: Jumlah kelas; n
: Banyaknya data; I
: Interval ukuran biometri ikan; dan R
: Nilai terbesar – Nilai terkecil.
3.5.2 Hubungan panjang dan berat ikan
Hubungan antara panjang dan berat ikan dihitung dengan menggunakan analisis biometri dengan mengacu pada persamaan eksponensial, yaitu W = aL
b
Sparre dan Venema, 1989. Data ditransformasi logaritma ke dalam bentuk persamaan linier, sehingga membentuk persamaan :
Log W = log a + b log L
…………………………………………………….......12 W
adalah berat ikan g, a dan b konstanta dan L panjang standar ikan cm. Jika nilai b 3, maka pertumbuhan bersifat alometrik negatif. Pola pertumbuhan
bersifat alometrik positif dan isometrik apabila nilai b masing-masing b 3 dan b = 3.
Hubungan antara panjang dengan operculum girth dan body girth maksimal dihitung dengan menggunakan analisis regresi linier dengan persamaan berikut
Santosa dan Ashari, 2005: Y
= a + bx ………………………………………………………………13
Keterangan : Y
: Nilai dugaan operculum girth dan body girth maksimal ikan cm;
a,b : Konstanta; dan
x : Panjang standar ikan cm.
3.5.3 Analisis statistika
Data jumlah hasil tangkapan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian ANOVA klasifikasi dua arah yang disebut dengan rancangan
acak lengkap RAL. Model observasinya adalah sebagai berikut Matjik dan Sumertajaya, 2006:
Y
ijk
= μ + τ
i
+
j
+ τ
ij
+ C
ijk
..................................................................14 Keterangan :
Y
ijk
: Pengamatan pada ukuran mata jaring taraf ke-i, shortening taraf ke-j dan ulangan ke-k;
μ : Rataan umum; τ
i
: Pengaruh ukuran mata jaring terhadap jumlah hasil tangkapan;
j
: Pengaruh shortening terhadap jumlah hasil tangkapan; τ
ij
: Pengaruh komponen interaksi antara ukuran mata jaring dan shortening
; dan C
ijk
: Pengaruh komponen acak. Hipotesis yang dipergunakan dalam percobaan adalah sebagai berikut:
1 H
o
: τ
1
= τ
2
= τ
3
= 0; H
1
: paling sedikit ada satu i, dimana τ
i
≠ 0; 2
H
o
:
1
=
2
=
3
= 0; H
1
: paling sedikit ada satu i, dimana
i
≠ 0; 3
H
o
: τ
11
= τ
12
= τ
13
… … τ
33
= 0; dan H
1
: paling sedikit ada satu pasangan i,j. dimana τ
ij
≠ 0. Kaidah keputusannya adalah jika
α signifikansi Sig berarti tolak Ho. Selanjutnya
α Sig berarti terima Ho. Analisis ini dengan menggunakan software SPSS 17.
Untuk mengetahui ukuran mata jaring dan shortening manakah yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap jumlah hasil tangkapan.
Dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil BNT. Adapun kaidah keputusan adalah jika
α Sig berarti berbeda nyata. Selanjutnya jika α Sig berarti tidak berbeda nyata. Rumus BNT yang digunakan adalah Steel and Torie, 1980:
BNT =
tα2
12
...........................................................................................15 Keterangan :
tα2 : Nilai t yang diperoleh dari tabel t pada taraf nyata α; KTG
: Kuadrat tengah galat; dan r
: Ulangan.
3.5.4 Keragaman hasil tangkapan
Keragaman hasil tangkapan dianalisis menggunakan Indeks Sympson dan Indeks Shannon. Indeks Sympson dihitung dengan rumus sebagai berikut
Maguran, 1988:
C =
2
…………………………………………………………............16 Keterangan :
C : Indeks dominasi Indeks Sympson;
ni : Jumlah spesies tangkapan tertentu;
N : Jumlah hasil tangkapan; dan
S : Jumlah spesies.
Kriteria nilai indeks dominasi Sympson adalah: C
0,5 berarti dominasi spesies tertentu yang tertangkap rendah; dan C
≥ 0,5 berarti dominasi spesies tertentu yang tertangkap tinggi Indeks Shannon dihitung dengan rumus sebagai berikut Odum, 1996:
H’ = ………………………………………………….…17
Keterangan : H’ : Indeks keragaman Indeks Shannon;
pi : Proporsi spesies yang tertangkap;
N : Jumlah hasil tangkapan;
S : Jumlah spesies; dan
ni : Jumlah spesies tangkapan tertentu.
Kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon adalah: H
‟ = 0 berarti keanekaragaman hasil tangkapan jaring uji coba rendah; dan H
‟ 1 berarti keanekaragaman hasil tangkapan
4 HASIL PENELITIAN
4.1 Kondisi Oseanografi
Uji coba penangkapan dilakukan pada perairan Tual dengan kecepatan arus berada pada kisaran antara 0,014-0,082 mdetik. Arus pada daerah penangkapan
dipengaruhi oleh pasang surut yang umumnya terjadi pada perairan pantai. Kecepatan arus akan meningkat pada mulut teluk yang kecil dan selat yang sempit
dengan mencapai 1 mdetik. Suhu permukaan perairan antara 27,71-27,74
o
C, dan salinitas berada pada kisaran 32,50-32,54
o oo
. Suhu permukaan dan salinitas pada waktu uji coba penangkapan April-Mei tergolong cukup rendah dibandingkan musim timur
Juni-September yang suhu permukaannya dapat mencapai 30
o
C dan salinitas dapat mencapai 35
o oo
. Pada musim barat Desember-Maret dan pancaroba 1 April-Mei terjadi curah hujan yang tinggi dibandingkan pada musim timur. Ini
yang menyebabkan suhu permukaan dan salinitas cukup rendah pada waktu uji coba penangkapan.
4.2 Hasil Tangkapan