Crime Control Model Due Process Model

Dengan melihat betapa pentingnya peran penasihat hukum atau advokat ini dalam membela dan melindungi kepentingan hak-hak kebebasan fundamental dari pencari keadilan dalam proses peradilan bidana. 56 Serta keberadaannya tercantum di dalam KUHAP dan diatur pada undang-undang lainnya maka jelas advokad adalah sub sistem peradilan pidana.

C. Model Sistem Peradilan Pidana

Herbert L. Packer dalam bukunya The Limits of The Criminal Sanction, mengungkapkan ada dua model dalam proses peradilan pidana Two Models of The criminal Process, yaitu crime control model model pengendalian kejahatan dan due process model model perlindungan hak. 57

1. Crime Control Model

Romli Atmasasmita menjelaskan bahwa crime control model merupakan tipe affirmative model, yaitu model yang selalu menekankan pada effisiensi dan penggunaan kekuasaan pada setiap sudut proses peradilan pidana, dan dalam model ini kekuasaan legislatif sangat dominan. 58 Crime Control Model didasarkan pada sistem nilai yang mempresentasikan tindakan represif pada kejahatan 56 http:pusdiklat.law.uii.ac.idindex.phpBerita-HarianKedudukan-dan- Fungsi-Advokat-Dalam-Sistem-Peradilan-Pidana.html diakses pada Kamis 22 September 2016 pukul 18.54 WIB. 57 Herbert L. Packer dalam Petrus Irawan P dan Pandapotan Simorangkir, Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, h. 56. 58 Romli Atmasasmita 1, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2011, h. 11. sebagai fungsi yang paling penting dalam suatu Sistem Peradilan Pidana. 59 Tujuan dari Sistem Peradilan Pidana ialah untuk menekan tindak kejahatan, yang dikendalikan melalui pengenaan sanksi pidana terhadap terdakwa. Untuk mencapai tujuannya tersebut, maka Crime Control Model menyatakan bahwa perhatian utama haruslah ditujukan pada efisiensi. Efesiensi ini adalah diatas segalanya. Efisiensi mencakup kecepatan, ketelitian dan daya guna administratif di dalam memproses pelaku tindak pidana. Setiap pekerjaan harus dilakukan dengan cepat dan harus segera selesai. 60

2. Due Process Model

Menurut John Griffith, due process model tampak sangat berbeda dengan crime control model, sistem due process model berkisar sekitar konsep penghormatan terhadap individual dan konsep pembatasan kekuasaan resmi. 61 Menurut Due Process Model, tujuan 59 Keith A. Findley, Toward A New Paradigm of Criminal Justice: How the Innocence Movement Merges Crime Control and Due Process, Sumber: http:www.law.wisc.edumdfknmfindley_new_paradigm-10-10-08.pdf, diunduh pada tanggal 5 April 2016, h. 8. 60 Rusli Muhammad, Sistem Peradilan Pidana Indoensia, Yogyakarta: UII Press, 2011, h. 43. 61 John Griffith, Ideology i Cri i al Procedure or a Third Model of Cri i al Process, Faculty Scholarship Series, The Yale Law Journal, Paper 3994, 1970, h. 363. Teks Asli: The Due Process Model seems radically different. Its system of values revolves arou d the co cept of the pri acy of the i dividual a d the co ple e tary co cept of limitation on official power dari sistem peradilan pidana adalah untuk menangani terdakwa pidana secara adil dan sesuai dengan standar konstitusi. 62 Menurut Romli Atmasasmita, Nilai- nilai yang mendasari Due Proses Model adalah: 63 1. Kemungkinan adanya faktor “kelalaian” yang sifatnya manusiawi human error menyebabkan model ini menolak “informal fact finding process ” sebagai cara untuk menetapkan secara definitive “factual guild” seseorang. Model ini hanya mengutamakan “formal adjudicative and adversary fact finding ”. Hal ini berarti dalam setiap kasus tersangka harus diajukan ke muka pengadilan yang tidak memihak dan diperiksa sesudah tersangka memperoleh hak penuh untuk mengajukan pembelaannya. 2. Model ini menekankan pada pencegahan preventive measures dan menghapuskan sejauh mungkin administrasi pengadilan. 3. Model ini beranggapan bahwa proses pengadilan dipandang sebagai coercive menekan, restricting membatasi dan merendahkan martabat manusia. 4. Model ini bertitik tolak dari nilai yang bersifat anti terhadap kekuasaan. 5. Adanya gagasan persamaan di muka hukum. 62 Raul Soares da Viega dan Andre Ventura, Analysis of Different Models of Criminal Justice System-A New Scientific Perspektive, Revista de Ciências Jurídicas e Econômicas, Vol. 2, No. 2, 2010, h. 204. 63 Romli Atmasasmita 1 , Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2011 , h. 9-10. 6. Model ini lebih mengutamakan kesusilaan dan kegunaan sanksi pidana.

D. Kedudukan Saksi dan Korban dalam Sistem Peradilan Pidana