Lembaga pengadilan merupakan pelaksanaan atau penerapan hukum terhadap suatu perkara dengan suatu putusan hakim yang
bersifat melihat, putusan mana dapat berupa pemidanaan, pembebasan maupun pelepasan dari hukuman terhadap pelaku tindak pidana.
Lembaga pengadilan sangat penting, dikarenakan pada hakikatnya pengadilan merupakan tempat pengujian dan perwujudan negara
hukum, merupakan barometer dari pada kemampuan bangsa melaksanakan norma-norma hukum dalam negara, sehingga tanpa
pandang bulu siapa yang melanggar hukum akan menerima hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, dan semua kewajiban yang
berdasarkan hukum akan terpenuhi.
43
4. Lembaga Permasyarakatan
Lembaga Pemasyarakatan disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan
pembinaan Narapidana
dan Anak
Didik Pemasyarakatan.
44
Sebelum dikenal istilah lapas di Indonesia, tempat tersebut di sebut dengan istilah penjara. Lembaga Pemasyarakatan
merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dahulu
Departemen Kehakiman.
45
43
Djoko Prakoso, Penyidikan, Penuntut Umum, Hakim, Dalam Proses Hukum Acara Pidana, Jakarta: Bina Aksara, 1987.
44
Lihat Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
45
http:id.wikipedia.orgwikiLembaga_Pemasyarakatan, diakses pada hari Senin 2 Mei 2016, Jam 19:22 WIB.
Lembaga P emasyarakatan berasal dari istilah asing “social-
institution” atau pranata-sosial , yaitu suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivits-aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan khusus dalam suatu masyarakat. Lembaga Pemasyarakatan merupakan himpunan dari norma-norma dari segala tingkatan yang
berkisar pada suatu kebutuhan pokok di kehidupan masyarakat.
46
Lembaga permasyarakatan merupakan bagian paling akhir dalam
sistem peradilan
pidana. Pengelolaan
dari lembaga
pemasyarakatan di bawah wewenang Departemen Hukum dan Hak Asasi ManusiaDephukham. Sebagai suatu tahapan pemidanaan yang
terakhir, sudah semestinya dalam tingkatan ini harus terdapat bermacam harapan dan tujuan dari sistem peradilan pidana yang
ditopang oleh pilar-pilar proses pemidanaan dari mulai kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.
Harapan dan tujuan tersebut dapat saja berupa aspek pembinaan dari penghuni Lembaga Permasyarakatan LAPAS yang
disebut sebagai narapidana NAPI.
47
Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk
melakukan pembinaan
warga binaan
pemasyarakatan
46
Abdul Hakim G. Nusantara, Hukum Acara Pidana, jakarta: Sarwoko, 1986, h. 61.
47
Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Malang: UMM Press, 2005, h. 236.
berdasarkan sistem, kelembagan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
48
Untuk melaksanakan pembinaan-pembinaan tersebut, dikenal empat tahap proses pembinaan, yaitu :
49
a. Tahap pertama. Setiap narapidana yang ditempatkan di dalam
lembaga pemasyarakatan itu dilakukan penelitian untuk mengetahui segala
hal tentang diri narapidana, termasuk tentang apa sebabnya mereka telah melakukan pelanggaran, berikut segala keterangan tentang
diri mereka yang dapat diperoleh dari keluarga mereka, dari bekas majikan atau atasan mereka, dari teman sepekerjaan mereka, dari
orang yang menjadi korban perbuatan mereka dan dari petugas instansi lain yang menangani perkara mereka.
b. Tahap kedua. Jika proses pembinaan terhadap seseorang
narapidana itu telah berlangsung selama sepertiga dari masa pidananya yang sebenarnya, dan menurut pendapat dari Dewan
Pembina Pemasyarakatan telah dicapai cukup kemajuan, antara lain ia menunjukkan keinsafan, perbaikan, disiplin dan patuh pada
peraturan-peraturan tata tertib yang berlaku di lembaga pemasyarakatan, maka kepadanya diberikan lebih banyak
48
Lihat Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
49
P.A.F. Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Bandung: Armico, 1994, h. 191.
kebebasan dengan memberlakukan tingkat pengawasan medium security.
c. Tahap ketiga. Jika proses pembinaan terhadap seseorang
narapidana itu telah berlangsung selama setengah dari masa pidananya yang sebenarnya, dan menurut pendapat dari Dewan
Pembina Pemasyarakatan telah dicapai cukup kemajuan baik secara fisik maupun secara mental dan dari segi keterampilan,
maka wadah proses pembinaan diperluas dengan memperbolehkan narapidana yang bersangkutan mengadakan asimilasi dengan
masyarakat di luar lembaga pemasyarakatan. d.
Tahap keempat. Jika proses pembinaan terhadap seseorang narapidana itu telah berlangsung selama dua per tiga dari masa
pidananya yang sebenarnya atau sekurang-kurangnya sembilan bulan, kepada narapidana tersebut dapat diberikan lepas bersyarat,
yang penetapan tentang pengusulannya ditentukan oleh Dewan Pembina Pemasyarakatan.
5. Advokat Penasehat Hukum