dilakukan oleh polisi dengan melakukan proses penyelidikan dan penyidikan tindak pidana. Tindakan penyelidikan dan penyidikan
terdapat beberapa rangkaian kegiatan, akan tetapi setiap tindakan yang dilakukan itu masing-masing harus dibuatkan berita acara. Berita
acara yang dimaksud, berita acara mengenai pemeriksaan tersangka, berita acara penangkapan, berita acara penahanan, berita acara
penggeledahanpenyitaan dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu akan dihimpun ke dalam Berita Acara Pemeriksaan BAP, dan
kemudian setelah itu dilimpahkan kepada kejaksaan.
36
2. Kejaksaan
Pengertian “Jaksa” dan “Penuntut Umum” menurut Pasal 1 Butir 6a dan 6b KUHAP, sebagai berikut.
a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang
ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Penuntut Umum adalah Jaksa yang diberi wewenang oleh undang-
undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan Hakim”.
Dengan perkatan lain jaksa yang menangani perkara dalam tahap penuntutan disebut “Penuntut Umum”. Penuntut umumlah yang
dapat melaksanakan penetapan hakim. Dengan demikian jaksa lain yang bukan Penuntut Umum tidak dapat melaksanakan penetapan
36
Anggun Malinda, Perempuan Dalam Sistem Peradilan Pidana Tersangka, Terdakwa, Terpidana, Saksi dan Korban, Yogyakarta: Garudhawaca, 2016 h. 108.
hakim tetapi penuntut umum, dapat melakukan eksekusi karena dia adalah jaksa bukan sebagai Penuntut Umum.
37
Tugas pokok kejaksaan menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 adalah mengadakan penuntutan dalam perkara pidana,
melaksanakan penetapan hakim. Disamping itu, kalau perlu kejaksaan mengadakan penyelidikan tambahan atau lanjutan nasporing. Jaksa
sebagai penuntut umum ditugaskan merumuskan perkara yang diterima dari kepolisian atau instansi yang bertugas sebagai penyidik
untuk menyelesaikan perkara menurut hukum. Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, bahwa jaksa sebagai Penuntut
Umum, berwenang untuk menerima dan memeriksa berkas perkara, membuat surat dakwaan, melimpahkan berkas perkara ke pengadilan,
memberikan perpanjangan pembantu Presiden yang menempatkan posisinya sebagai kepala negara, bukan kepala pemerintahan.
38
3. Pengadilan
Dalam kamus Bahasa Indonesia, peradilan adalah segala sesuatu mengenai perkara peradilan.
39
Peradilan juga dapat diartikan suatu proses pemberian keadilan disuatu lembaga.
40
Dalam kamus
37
Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Pidana Buku 1 Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.189.
38
Ledeng Marpaung, Proses Penanganan Pidana, Ctk Kedua, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h. 191.
39
Cik Hasan Basri, Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, h. 2.
40
Mohammad Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2005, h. 278.
Bahasa Arab disebut dengan istilah qadha yang berarti menetapkan, memutuskan, menyelesaikan, mendamaikan. Qadha menurut istilah
adalah penyelesaian sengketa antara dua orang yang bersengketa, yang mana penyelesaiannya diselesaikan menurut ketetapan-ketetapan
hukum dari Allah dan Rasul. Sedangkan pengadilan adalah badan atau organisasi yang diadakan oleh negara untuk mengurus atau
mengadili perselisihan-perselisihan hukum.
41
Berkaitan dengan tujuan peradilan pidana ini, Harry C. Bredmeire memandang bahwa tugas pengadilan adalah untuk
membuat suatu putusan yang akan mencegah konflik dan gangguan, terciptanya suatu kerjasama. dalam hal ini untuk mewujudkan
tugasnya itu pengadilan membutuhkan tiga masukan input, yaitu : 1.
Pengadilan membutuhkan suatu analisis tentang hubungan sebab akibat antara hal-hal yang diputus dengan kemungkinan-
kemungkinan yang akan diderita akibat dari putusan tersebut. 2.
Pengadilan membutuhkan evaluasi tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan dan mengantisipasi efek-efek dari suatu putusan.
3. Pengadilan membutuhkan suatu kemauan para pihak untuk
menggunakan pengadilan untuk penyelesaian konflik.
42
41
Cik Hasan Basri, Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, h. 3.
42
Achmad Ali, Sosiologi Hukum : Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, Jakarta : BP Iblam, 2004, h. 12-14.
Lembaga pengadilan merupakan pelaksanaan atau penerapan hukum terhadap suatu perkara dengan suatu putusan hakim yang
bersifat melihat, putusan mana dapat berupa pemidanaan, pembebasan maupun pelepasan dari hukuman terhadap pelaku tindak pidana.
Lembaga pengadilan sangat penting, dikarenakan pada hakikatnya pengadilan merupakan tempat pengujian dan perwujudan negara
hukum, merupakan barometer dari pada kemampuan bangsa melaksanakan norma-norma hukum dalam negara, sehingga tanpa
pandang bulu siapa yang melanggar hukum akan menerima hukuman yang setimpal dengan perbuatannya, dan semua kewajiban yang
berdasarkan hukum akan terpenuhi.
43
4. Lembaga Permasyarakatan