15 3 Personal interaction
Dimensi ini merupakan kombinasi dan responsiveness dan assurance dalam Parasuraman. Dimensi ini merupakan interaksi personal antara
pelanggan dengan karyawan. 4 Problem solving
Dimensi  yang  mencakup  tentang  pemberian  solusi  terhadap  masalah yang dihadapi pelanggan saat berbelanja atau solusi terhadap keluhan
yang  disampaikan  oleh  pelanggan  atas  pelayanan  yang  diterima, seperti penukaran barang yang sudah dibeli.
5 Policy Dimensi  yang  berhubungan  dengan  kebijakan  perusahaan  untuk
merespon  tuntutan  atau  kebutuhan  pelanggan,  seperti  menyediakan barang berkualitas, tempat parkir mudah atau memadai, jam buka toko
dan menerima pembayaran dengan kartu kredit.
C. Kepuasan Pelanggan
1. Pengertian Kepuasan Pelanggan Perusahaan  retail  yang  menyadari  arti  pentingnya  konsumen  akan
memprioritaskan  kualitas  pelayanan  yang  diberikan,  tidak  hanya  dari kelebihan  produk  dan  harga  yang  ditawarkan.  Ada  ungkapan  “kalau  anda
tak dapat tersenyum, anda jangan membuka toko” Nitisemito,    1981 :  173. Ungkapan  ini  hanya  mengingatkan  betapa  pentingnya  suatu  pelayanan
terhadap konsumen agar dapat menarik dan tetap mempertahankannya
.
16 Kotler  1997  :  36  mendefinisikan  kepuasan  adalah  perasaan  senang
atau  kecewa  seseorang  yang  berasal  dari  perbandingan  antara  kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya.
Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang  dipilih  sekurang-kurangnya  memberikan  hasil  out  come  sama  atau
melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang  diperoleh  tidak  memenuhi  harapan  pelanggan  Engel,  et  al  dalam
Tjiptono, 1996 : 146 . Dari  kedua  definisi  kepuasan  pelanggan  diatas,  bahwa  kepuasan
merupakan  hasil  dari  membandingkan  antara  kinerja  yang  diterima  dengan harapan yang dimiliki terhadap hasil atau output tersebut. Harapan pelanggan
merupakan  perkiraan  atau  keyakinan  pelanggan  tentang  apa  yang  akan diterimanya  bila  ia  membeli  atau  mengkonsumsi  suatu  produk.  Sedangkan
kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli.
2. Mengukur Kepuasan Pelanggan Ada  empat  alat  untuk  melacak  dan  mengukur  kepuasan  pelanggan
menurut Kotler 1997 : 38, yaitu :
17 a. Sistem keluhan dan saran
Sebuah  perusahaan  yang  berfokus  pada  pelanggan  mempermudah pelanggannya  untuk  memberikan  saran  dan  keluhan.  Arus  informasi  ini
menyediakan banyak gagasan yang baik bagi perusahaan-perusahaan dan memungkinkan  mereka  bertindak  lebih  cepat  untuk  menyelesaikan
masalah. b. Survei kepuasan pelanggan
Perusahaan  mengirim  daftar  pertanyaan  atau  menelpon  pelanggan- pelanggan terakhir mereka sebagai sampel acak dan menanyakan apakah
mereka  amat  puas,  puas,  biasa  saja,  kurang  puas  atau  amat  tidak  puas dengan  berbagai  aspek  kinerja  perusahaan.  Perusahaan  juga  meminta
pendapat pembeli tentang kinerja para pesaing mereka. c. Belanja siluman
Perusahaan  dapat  membayar  orang-orang  untuk  bertindak  sebagai pembeli potensial untuk membeli produk perusahaan dan produk pesanan.
d. Analisa kehilangan pelanggan Perusahaan-perusahaan harus menghubungi para pelanggan yang berhenti
membeli atau berganti pemasok untuk mempelajari sebabnya. 3. Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pelanggan Konsumen
Kualitas  memiliki  hubungan  yang  erat  dengan  kepuasan  pelanggan. Kualitas  pelayanan  memberikan  suatu  dorongan  kepada  pelanggan  untuk
menjalin  ikatan  hubungan  yang  kuat  dengan  perusahaan.  Dalam  jangka panjang  ikatan  seperti  ini  memungkinkan  perusahaan  untuk  memahami
18 dengan  seksama  harapan  pelanggan  serta  kebutuhan  mereka.  Dengan
demikian  perusahaan  dapat  meningkatkan  kepuasan  pelanggan  dimana perusahaan  memaksimumkan  pengalaman  pelanggan  yang  menyenangkan
dan  meminimumkan  atau  meniadakan  pengalaman  pelanggan  yang  kurang menyenangkan.  Pada  gilirannya  kepuasan  pelanggan  konsumen  dapat
menciptakan kesetiaan atau loyalitas kepada perusahaan tersebut. Menurut    Kotler  dalam  Tjiptono  1996  :  61,  kualitas  harus  dimulai
dari  kebutuhan  pelanggan  dan  berakhir  pada  persepsi  pelanggan.  Hal  ini berarti  bahwa  citra  kualitas  pelayanan  yang  baik  bukanlah  berdasarkan
persepsi  pihak  perusahaan,  melainkan  persepsi  pelanggan.  Pelanggan  atau konsumen  yang  mengkonsumsi  dan  menikmati  jasa  atau  pelayanan
perusahaan,  sehingga  merekalah  yang  menentukan  kualitas  jasa  atau pelayanan.  Konsumen  atau  pelanggan  dapat  menilai  kinerja  perusahaan
apakah sudah sesuai dengan harapan mereka atau  belum. Apabila pelayanan yang  diterima  atau  dirasakan  sesuai  dengan  yang  diharapkan,  maka  kualitas
pelayanan dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika pelayanan yang diterima melampaui  harapan  pelanggan,  maka  dipersepsikan  kualitas  pelayanan  yang
ideal.  Sebaliknya  jika  pelayanan  yang  diterima  lebih  rendah  dari  pada  yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk.
19
D. Retailing