Analisis Pengaruh Komposisi Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Konsentrasi Belanja Daerah Terhadap Penggunaan Anggaran Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH KOMPOSISI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN KONSENTRASI BELANJA DAERAH TERHADAP PENGGUNAAN

ANGGARAN PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA

OLEH

ESRA BUNGA ARTI SIJABAT 110503241

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Komposisi Pendapatan Hasil Daerah (PAD) dan Konsentrasi Belanja Daerah Terhadap Penggunaan Anggaran Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari dinas atau lembaga,dan atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin,dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma,kaidah dan etika penulisan imiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Maret 2015

110503241


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KOMPOSISI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN KONSENTRASI BELANJA DAERAH TERHADAP

PENGGUNAAN ANGGARAN PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Komposisi Pendapatan Asli Daerah dan Konsentrasi Belanja Daerah berpengaruh secara signifikan positif terhadap Penggunaan Anggaran pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara .

Penelitian ini dilakukan untuk periode 2011-2013. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan purposive sampling, dengan jumlah sampel 24 Kabupaten/Kota setiap tahunnya dari 33 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data diperoleh melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Keuangan Pemerintah Daerah Sumatera Utara. Variabel independen yang digunakan adalah Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Konsentrasi Belanja Daerah sedangkan variabel dependen adalah Penggunaan Anggaran.

Teknis analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial berpengaruh positif terhadap Penggunaan Anggaran, (2) Konsentrasi Belanja Daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Penggunaan Anggaran, (3) Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Belanja Daerah secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu Penggunaan Anggaran.

Kata Kunci: Penggunaan Anggaran, Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Konsentrasi Belanja Daerah.


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE EFFECT COMPOSITION LOCAL OWN REVENUE AND CONCENTRATION LOCAL GOVERNMENT EXPENDITURE TO

THE USE OF LOCAL BUDGETS IN REGENCY/ CITY AT NORTH SUMATERA PROVINCE

The purpose of this research is to examine the significant impact of Local Own Revenue and Local Government Expenditure toward The Use of Local Budgets in Regency/ City at North Sumatera Province.

The research is done for 2010-2013 period. The method of this minithesis is a causal research design with 24 Regency/ City as a sample for every year from 33 Regency/ City at North Sumatera Province. This research utilizes secondary data. The data are taken from the website Financial Departement of the Republic Indonesia of Sumatera Utara. Independent variable Local Own Revenue and Local Government while the dependent variable is The Use of Local Budgets

Technical data analysis used is multiple linear regression analysist. The result of this research show that partially Composition Local Own Revenue impact positively significantly effect on The Use of Local Budgets, Concentration Local Government Expenditure impact positively significantly effect on Yhe Use of Local Budgets,Local Own Revenue and Local Government Expenditure have the positive and significant effect to the dependent variable namely The Use of Local Budgets in Regency/ City at North Sumatera Province.

Key Words : The Use of Local Budgets, Local Own revenue and Local Goverment Expenditure


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah pemilik kehidupan yang telah mengaruniakan anakNya Yesus Kristus untuk segala anugerah dan berkat yang masih boleh diterima dan yang telah memberikan pengetahuan, kesehatan dan kesempatan untuk boleh menikmati masa-masa perkuliahan sampai akhirnya dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan satu diantara syarat penyelesaian pendidikan Strata 1 pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum., Mec. Ac., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, Msi., Ak., CA., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan masukan yang sangat bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi.

5. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku dosen penguji yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini dan Bapak Iskandar Muda SE., Msi., Ak.,


(6)

selaku dosen pembanding yang telah membantu penulis melalui kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Teristimewa untuk orangtua yang penulis kasihi ibunda Samaria Sinaga dan kepada Paman saya Edward Sinaga, S.E., Ak., dan Tiurma Orbayani Simarmata, juga kepada saudara penulis Doharni, Eldi, Timbul, Ellys, Belson, Theresia, Emma, Reynaldo, Wanda. Terima kasih atas semua kasih sayang, kesabaran, motivasi, pengorbanan, bantuan serta semangat dan terutama doa kalian semua yang sangat berarti bagi penulis, khususnya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Kepada sahabat penulis, Agtavritz, Yohana, Henny, Hotmaria, Iin, Irma, Nina juga teman-teman angkatan 2011 teristimewa Novia uli, Hartani Murpratiwi, Dessy Putri, Della Priscilla, Jane Vanya, Jessica Rasia, terima kasih atas segala doa, semangat, saran dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Penulis,

NIM: 110503241 Esra Bunga Arti Sijabat


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Komposisi PAD ... 8

2.1.2 Konsentrasi Belanja Daerah ... 13

2.1.3 Penggunaan Anggaran ... 17

2.1.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

2.2 Kerangka Konseptual ... 22

2.3 Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Batasan Operasional ... 25

3.3 Definisi Operasional ... 25

3.3.1 Penggunaan Anggaran ... 26

3.3.2 Pendapatan Asli Daerah ... 26

3.3.3 Komposisi Belanja Daerah ... 26

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

3.4.1 Populasi Penelitian ... 27

3.4.2 Sampel Penelitian ... 27

3.5 Jenis Data ... 28

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 28

3.7 Teknik Analisis Data ... 29

3.8 Pengujian Asumsi Klasik ... 29

3.8.1 Uji Normalitas ... 30

3.8.2 Uji Heteroskedastisitas ... 31

3.8.3 Uji Autokorelasi ... 32

3.8.4 Uji Multikolinearitas ... 32

3.9 Pengujian Hipotesis ... 33

3.9.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 33

3.9.2 Uji Statistik t (Uji Parsial) ... 33


(8)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... . 35

4.1 Data Penelitian ... 35

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 36

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 36

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 37

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 37

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 42

4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 43

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 44

4.2.3 Analisis Linear Berganda ... 45

4.2.4 Uji Hipotesis ... 46

4.2.4.1 Uji Signifikasi Simultan ( Uji-F) ... 46

4.2.4.2 Uji Signifikasi Parsial (Uji-t) ... 47

4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 49

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Keterbatasan ... 52

5.3 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

3.1 Skala Pengukuran Variabel ... 27

4.3 Hasil Statistik Deskriptif ... 36

4.4 Hasil Uji Kolmogorov_Smirnov ... 42

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 43

4.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 43

4.7 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 45

4.8 Hasil Uji Simultan (Uji-F) ... 47

4.9 Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 48


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Grafik Belanja Daerah ... 3

2.1 Kerangka Konseptual ... 23

4.1 Grafik Histogram Normal ... 38

4.2 Grafik P-Plot Tidak Normal ... 39


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 ... 54

Lampiran 2 ... 55

Lampiran 3 ... 56

Lampiran 4 ... 57


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH KOMPOSISI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN KONSENTRASI BELANJA DAERAH TERHADAP

PENGGUNAAN ANGGARAN PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Komposisi Pendapatan Asli Daerah dan Konsentrasi Belanja Daerah berpengaruh secara signifikan positif terhadap Penggunaan Anggaran pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara .

Penelitian ini dilakukan untuk periode 2011-2013. Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan purposive sampling, dengan jumlah sampel 24 Kabupaten/Kota setiap tahunnya dari 33 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data diperoleh melalui situs Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Keuangan Pemerintah Daerah Sumatera Utara. Variabel independen yang digunakan adalah Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Konsentrasi Belanja Daerah sedangkan variabel dependen adalah Penggunaan Anggaran.

Teknis analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara parsial berpengaruh positif terhadap Penggunaan Anggaran, (2) Konsentrasi Belanja Daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Penggunaan Anggaran, (3) Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Belanja Daerah secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu Penggunaan Anggaran.

Kata Kunci: Penggunaan Anggaran, Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Konsentrasi Belanja Daerah.


(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE EFFECT COMPOSITION LOCAL OWN REVENUE AND CONCENTRATION LOCAL GOVERNMENT EXPENDITURE TO

THE USE OF LOCAL BUDGETS IN REGENCY/ CITY AT NORTH SUMATERA PROVINCE

The purpose of this research is to examine the significant impact of Local Own Revenue and Local Government Expenditure toward The Use of Local Budgets in Regency/ City at North Sumatera Province.

The research is done for 2010-2013 period. The method of this minithesis is a causal research design with 24 Regency/ City as a sample for every year from 33 Regency/ City at North Sumatera Province. This research utilizes secondary data. The data are taken from the website Financial Departement of the Republic Indonesia of Sumatera Utara. Independent variable Local Own Revenue and Local Government while the dependent variable is The Use of Local Budgets

Technical data analysis used is multiple linear regression analysist. The result of this research show that partially Composition Local Own Revenue impact positively significantly effect on The Use of Local Budgets, Concentration Local Government Expenditure impact positively significantly effect on Yhe Use of Local Budgets,Local Own Revenue and Local Government Expenditure have the positive and significant effect to the dependent variable namely The Use of Local Budgets in Regency/ City at North Sumatera Province.

Key Words : The Use of Local Budgets, Local Own revenue and Local Goverment Expenditure


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Anggaran Daerah adalah suatu rencana keuangan yang disusun untuk satu periode mendatang yang berisi tentang Pendapatan dan Belanja Negara/ Daerah yang menggambarkan strategi pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk pembangunan negara/ daerah yang juga berfungsi sebagai alat pengendalian dan instrumen politik.

Anggaran adalah rencana kegiatan keuangan yang berisi perkiraan belanja yang diusulkan dalam satu periode dan sumber pendapatan yang diusulkan untuk membiayai belanja tersebut. Anggaran pemerintah daerah pada hakekatnya merupakan alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas dan bertanggungjawab. Dengan demikian anggaran harus benar-benar mencerminkan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah (Lasminingsih, 2004:223).

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemda yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemda dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah yang merupakan pedoman bagi Pemda dalam memberikan pelayanan kepada publik dalam masa satu tahun anggaran. Tahun anggran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

Dalam struktur anggaran bahwa APBD terdiri atas Pendapatan Daerah, Anggaran Belanja, dan Pembiayaan.Pendapatan Daerah tersebut memiliki komposisi yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Bagian Dana Perimbangan serta Pendapatan Lain-lain yang sah. Semua Pendapatan Daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah yang dikelola oleh bendahara


(15)

umum daerah. Bendahara penerimaan wajib menyetorkan seluruh penerimaan ke rekening kas umum daerah selambat-lambatnya 1 (satu) hari kerja.

Setiap pendapatan harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. Setiap SKPD yang memungut Pendapatan Daerah wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya. SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah. Semua pendapatan dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah dan dicatat sebagai Pendapatan Daerah. Begitu juga dalam penggunaan Anggaran Belanja yang termasuk bagian dari APBD, dimana konsentrasi Anggaran Belanja/ Belanja Daerah yaitu untuk keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahaan di daerah.

Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dapat dicerminkan dari peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, keadilan, pemerataan, keadaan yang semakin maju, serta keserasian antara pusat dan daerah serta antar daerah. Hal yang dapat mewujudkan keadaan tersebut adalah apabila keadaan APBD dilakukan dengan baik.

Partisipasi merupakan konsep dimana bawahan ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sampai tingkat tertentu bersama atasannya (Robbins, 2002:179). Partisipasi anggaran adalah cara untuk menciptakan sistem pengendalian manajemen yang baik sehingga diharapkan dapat tercapai tujuan institusi yang terkait. Partisipasi dapat menurunkan motivasi dan usaha pekerja dalam mencapai tujuan organisasi jika partisipasi diterapkan dalam situasi yang tepat. Partisipasi aparat pemerintah daerah dalam proses penganggaran pemerintah daerah dalam menyusun anggaran daerah serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran. Aparat perangkat daerah pada pemerintah daerah yang terlibat dalam proses penganggaran pemerintah daerah diberi kesempatan untuk ambil bagian dalam pengambilan keputusan melalui perencanaan anggaran. Hal ini sangat penting karena aparat SKPD pemerintah daerah akan merasa lebih produktif dan puas terhadap pekerjaannya sehingga memungkinkan munculnya perasaan berprestasi yang akan meningkatkan kinerjanya.


(16)

Anggaran dalam pemerintahan merupakan dokumen/ kontrak politik antara pemerintah dan DPRD untuk masa yang akan datang. Penyusunan anggaran dalam pemerintahan harus benar-benar memfokuskan tujuannya untuk kesejahteraan masyarakat bukan hanya untuk mewujudkan kepentingan pribadi atau golongan semata. Anggaran yang baik adalah anggaran yang tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Anggaran ideal merupakan anggaran yang menantang tetapi dapat dicapai, sehingga akan selalu terjadi kemajuan dalam pembangunan masyarakat. Penekanan anggaran (budget emphasis) dalam pemerintah daerah merupakan salah satu faktor yang dapat memungkinkan untuk memicu terjadinya senjangan anggaran.

Berikut ini adalah grafik dari Belanja Daerah Pemerintah Daerah pada Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara yang tejadi pada tahun 2010 sampai dengan 2013.

Tabel 1.1

Belanja Daerah 2010-2013

Sumber: BPS Sumatera Utara 2010-1013

Dalam bidang Penggunaan Anggaran, fenomena umum yang dihadapi oleh sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia adalah belanja daerah yang cenderung meningkat setiap tahunnya di dalam struktur APBD. Bahwa ada pengaruh signifikan terhadap penggunaan anggaran. Apabila PAD dalam suatu daerah meningkat maka Penggunaan Anggaran daerah juga akan meningkat, sebaliknya apabila PAD rendah maka Penggunaan Anggaran daerah juga rendah. Belanja Daerah berpengaruh secara signifikan terhadap

17,386,721

21,380,295

24,206,995

27.770.702

0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000

2010 2011 2012 2013


(17)

Penggunaan Anggaran daerah berarti semakin besar Belanja Daerah yang diterima oleh daerah maka Penggunaan Anggaran semakin tinggi, sebaliknya apabila Belanja Daerah menurun maka Penggunaan Anggaran juga menurun.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belanja daerah cenderung meningkat di dalam Penggunaan Anggaran dapat dilihat sebagai berikut.

1. Adanya kenaikan tingkat penghasilan dalam masyarakat

Dengan meningkatnya tingkat penghasilan, maka jelas kebutuhan akan konsumsi barang-barang maupun jasa-jasa akan meningkat. Banyak barang dan jasa yang tidak mungkin diusahakan oleh swasta, seperti kegiatan pendidikan, kesehatan umum, pemeliharaan prasarana jalan dan jembatan,

2. adanya urbanisasi yang mengikuti perkembangan ekonomi

Urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota, perlu dilayani oleh pemerintah dalam hal penyediaan lapangan kerja, kebutuhan listrik, air minum, perumahan, keamanan, dan kesejahteraan,

3. perkembangan demokrasi

Perkembangan demokrasi memerlukan biaya yang sangat besar, terutama untuk mengadakan musyawarah, pemungutan suara dan rapat,

4. semakin berkembangnya peranan pemerintah itu sendiri justru mengakibatkan adanya ketidakefisienan, pemborosan dan birokrasi sehingga pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar,

5. untuk negara sedang berkembang peranan pemerintah dalam pembangunan ekonomi semakin mencolok karena pemerintah bertindak sebagai penggerak dan pelopor pembangunan ekonomi.


(18)

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransfer dana perimbangan yang terdiri dari: Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan bagian dari Dana Bagi Hasil (DBH) yang terdiri dari pajak dan sumber daya alam. Disamping dana perimbangan tersebut, pemerintah daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan dan lain-lain pendapatan. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah. Seharusnya dana transfer dari pemerintah pusat diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh pemerintah daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula secara transparan dan akuntabel.

Perencanaan anggaran sebagai perwujudan keseluruhan aktivitas dan kegiatan pemerintah menurut adanya partisipasi aktif yang menampung sebagai aspirasi masyarakat sehingga akan mencerminkan kebutuhan riil masyarakat, seperti yang telah tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang telah disusun. Dengan adanya dokumen perencanaan (RKPD) dalam menyusun anggaran maka akan memudahkan bagi pemerintah daerah untuk mengalokasikan pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan riil daerah. Selain itu juga dengan adanya RKPD yang telah ditetapkan sebelumnya maka kecil kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran belanja daerah yang lebih besar jika dibandingkan dengan alokasi pendapatan daerahnya, karena pertimbangan pemerintah daerah dalam penentuan perencanaan pembangunan (pengeluaran) daerah adalah sebagaimana tercantum pada bagian dari isi RKPD yaitu bagian yang menjelaskan tentang rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka pendapatannya.

Penelitian mengenai penggunaan anggaran telah banyak dilakukan, dimana menunjukkan hasil temuan yang berbeda-beda. Penelitian yang


(19)

dilakukan Arwati (2013) menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah tidak berpengaruh terhadap penggunaan anggaran, sedangkan pertumbuhan ekonomi dan dana alokasi umum berpengaruh signifikan positif terhadap penggunaan anggaran. Penelitian yang dilakukan Nugroho (2008) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap penggunaan anggaran. Penelitian yang dilakukan Yuda (2014) menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah, belanja daerah dan sisa lebih perhitungan anggaran berpengaruh terhadap penggunaan anggaran, sedangkan dana perimbangan tidak berpengaruh terhadap penggunaan anggaran. Penelitian yang dilakukan marizka (2009) menunjukkan bahwa pendapatan dan belanja daerah mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap penggunaan anggaran.

Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut, maka Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap penggunaan anggaran artinya apabila pendapatan asli daerah meningkat maka penggunaan anggarannya juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya jika pendapatan asli daerah rendah maka penggunaan anggarannya juga akan rendah. Belanja daerah juga berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan anggaran yang artinya jika belanja dari suatu daerah meningkat maka penggunaan anggaran daerah tersebut juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya jika belanja daerah rendah maka penggunaan anggaran juga akan menurun,

Penelitian terdahulu memiliki keterbatasan berupa variabel penelitian yang mempengaruhi penggunaan anggaran daerah. Padahal disamping itu masih terdapat variabel lain yang dapat mempengaruhi penggunaan anggaran daerah, dimana variabel tersebut tidak diteliti oleh penelitian lain terdahulu. Jumlah sampel pada penelitian terdahulu juga masih relatif sedikit jika dibandingkan dengan jumlah Kabupaten/ Kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Pengaruh Komposisi Pendapatan Asli


(20)

Daerah dan Konsentrasi Belanja Daerah terhadap Penggunaan Anggaran pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah: “Apakah Komposisi Pendapatan Asli Daerah dan Konsentrasi Belanja Daerah berpengaruh terhadap Penggunaan Anggaran pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial?”

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Komposisi Pendapatan Asli Daerah dan Konsentrasi Belanja Daerah berpengaruh terhadap Penggunaan Anggaran pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara baik secara simultan maupun parsial.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:

1. bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan wawasan berfikir peneliti mengenai pengaruh Komposisi Pendapatan Asli Daerah dan Konsentrasi Belanja Daerah pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara yang dilandasi konsep ilmiah khususnya ilmu akuntansi sektor publik,

2. bagi Pemerintah Daerah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai Konsentrasi Pendapatan Asli Daerah dan Konsentrasi Belanja daerah terhadap Penggunaan Anggaran,

3. bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan literatur dalam pengembangan ilmu akuntansi terutama tentang penggunaan anggaran daerah.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Komposisi Pendapatan Asli Daerah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa Komposisi adalah susunan. Komposisi Pendapatan Daerah meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Sisanya dari lain-lain pendapatan yang sah.

1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dan membiayai kegiatannya.

Adapun sumber-sumber Pendapatan asli Daerah terdiri dari: a. pajak daerah

pajak daerah adalah pungutan yang dilakukan pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pajak daerah ini dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu pajak daerah yang ditetapkan oleh peraturan daerah dan pajak negara yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan kepada daerah.

Ciri-ciri yang menyertai pajak daerah dapat diikhtisarkan seperti berikut:

1. pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah,

2. penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang,

3. pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang atau peraturan hukum lainnya,

4. hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan-uryusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.


(22)

Berdasarkan Undang-undang No.34 Tahun 2000 jenis pajak daerah dibagi menjadi dua yaitu:

A. pajak daerah Propinsi tingkat I yang terdiri dari: 1. pajak kendaraan bermotor 5%,

2. bea balik nama kendaraan bermotir 10%, 3. pajak bahan bakar kendaraan bermotor.

B. Pajak Daerah Kabupaten/Kota tingkat II yang terdiri dari: 1. Pajak hotel dan restoran 10%,

2. Pajak hiburan 35%, 3. Pajak reklame 25%,

4. Pajak penerangan jalan 10%,

5. Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C 20%,

6. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan 20%.

Tarif pajak untuk daerah tingkat I diatur dengan peraturan pemerintah dan penetapannya seragam diseluruh Indonesia, sedangkan untuk daerah tingkat II, selanjutnya ditetapkan oleh peraturan daerah masing-masing dan peraturan daerah tentang pajak tidak dapat berlaku surut didalam memperhatikan sumber Pendapatan Asli Daerah sebagaimana tersebut diatas, terlihat sangat bervariasi.

1. Retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakanatau diberikan oleh pemerintah daerahuntuk kepentingan orang pribadi atau badan. Dari pengertian di atas dapat diiktisarkan ciri-ciri pokok retribusi daerah, yaitu:

a. retribusi dipungut oleh daerah,

b. dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang lansung dapat ditunjuk,

c. retribusi dapat dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau mengenyam jasa yang disediakan daerah.


(23)

Dari uraian diatas dapat dilihat pengelompokan retribusi yang meliputi:

a. retribusi jasa umum, yaitu: retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan,

b. retribusi jasa usaha, yaitu: retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta.

2. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah pendapatan yang berupa hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kekayaan daerah yang dipisahkan berarti kekayaan daerah yang dilepaskan dan penguasaan umum yang dipertanggungjawabkan melalui anggaran belanja daerah dan dumaksudkan untuk dikuasai dan dipertanggungjawabkan sendiri. Dalam hal ini hasil laba perusahaan daerah merupakan bagian dari pendapatan daerah yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagaian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Maka sewajarnya daerah dapat pula mendirikan perusahaan yang khusus dimaksudkan untuk menambah penghasilan daerah disamping tujuan utama untuk mempertinggi produksi, yang semua kegiatan usahanya dititik beratkan kearah pembangunan daerah khususnya dalam pembangunan ekonomi nasional umumnya serta ketentraman dan kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur.

Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sumber Pendapatan Asli Daerah yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah. Perusahaan daerah tersebut yaitu.


(24)

1. Perusahaan daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat: a. memberi jasa,

b. menyelenggarakan pemanfaatan umum, c. memupuk pendapatan.

2. Tujuan perusahaan daerah adalah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur.

3. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan daerah.

4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan menguasai hajat hidup orang banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.

3. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah yang termasuk rincian ini antara lain:

1. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, 2. jasa giro,

3. pendapatan bunga,

4. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan atau pengadaan barang atau jasa oleh daerah.

4. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan yaitu sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik (Widjaja, 2002). Dana perimbangan terdiri dari:


(25)

a. bagi hasil pajak

Pendapatan bagi hasil pajak terdiri dari pendapatan pajak bumi dan bangunan (PBB), pendapatan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), pajak penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21 orang pribadi,

b. bagi hasil bukan pajak/ sumber daya alam

Pendapatan bagi hasil bukan pajak/ sumber daya alam berasal dari pendapatan sumber daya alam kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi dan pertambangan panas bumi,

c. dana alokasi umum (DAU)

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah transfer dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang dimaksud untuk menutup kesenjangan fiskal (fiscal gap) dan pemerataan kemampuan fiskal antar daerah dalam rangka membantu kemandirian pemerintah daerah menjalankan fungsi dan tugasnya melayani masyarakat. Dalam Dana Alokasi Umum terdapat prinsip dasar yaitu:

1. kecukupan (adequacy),

2. netral dan efisien (neutrality and efficiency), 3. akuntabilitas (accountability),

4. relevansi (relevancy), 5. keadilan (equity),

6. objektivitas dan transparansi (objectivity and transparency), 7. kesederhanaan (simplicity).

d. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang disediakan kepada daerah untuk memenuhi kebutuhan khusus. Ada tiga kriteria dari kebutuhan khusus seperti ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu:

1. kebutuhan tidak dapat diperhitungkan dengan menggunakan rumus DAU,


(26)

2. kebutuhan merupakan komitmen atau prioritas nasional,

3. kebutuhan untuk membiayai kegiatan reboisasi dan penghijauan oleh daerah penghasil.

Dengan demikian Dana Alokasi Khusus (DAK) pada dasarnya merupakan transfer yang bersifat spesifik untuk tujuan-tujuan yang sudah digariskan.

5. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah adalah pendapatan lainnya dari pemerintah pusat atau dari instansi pusat, serta dari daerah lainnya. Lain-lain pendapatan yanbg sah terdiri dari:

a. pendapatan hibah, b. dana darurat,

c. dana bagi hasil dari propinsi dan pemerintah daerah lainnya, d. dana penyesuaian dan otonomi khusus,

e. bantuan keuangan dari propinsi atau pemerintah daerah lainnya.

Dalam pelaksanaan pendapatan daerah atau penerimaan daerah ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan anggaran pendapatan daerah sebagai berikut.

1. semua pengelolaan terhadap pendapatan daerah harus dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah,

2. setiap pendapatan daerah harus didukung oleh bukti yang lengkap, 3. setiap satuan kerja yang memungut pendapatan yang menjadi

wewenang dan tanggung jawabnya,

4. pendapatan daerah juga mencakup komisi, rabat, potongan atau pendapatan lain dengan menggunakan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat dinilai dengan uang.


(27)

2.1.2. Konsentrasi Belanja Daerah

Setiap pengeluaran untuk belanja daerah atas beban APBD harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti-bukti tersebut harus mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti tersebut. Selanjutnya di dalam pelaksanaan anggaran belanja daerah harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. pengeluaran kas yang menjadi beban APBD tidak boleh dilakukan sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan dicantumkan dalam lembaran daerah. Peraturan kas tersebut tidak termasuk pengeluaran untuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja daerah yang bersifat wajib yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah,

2. dasar pengeluaran belanja untuk keperluan tidak terduga yang dianggarkan dalam APBD (misalnya untuk mendanai untuk keperluan darurat, bencana alam atau bencana sosial, termasuk pengambilan atas kelebihan penerimaan daerah tahun sebelumnya) harus ditetapkan dengan keputusan kepala daerah dan diberitahukan kepada DPRD paling lama 1 bulan sejak keputusan tersebut ditetapkan,

3. pimpinan instansi/ lembaga penerima dan tanggap darurat harus bertanggung jawab atas penggunaan dana tersebut dan wajib menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana kepada atasan langsung dan kepala daerah sesuai dengan tata cara pemberian dan pertanggungjawaban dana darurat yang ditetapkan dalam peraturan kepala daerah,

4. untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh bendahara pengeluaran.


(28)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal. Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum Daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah (PSAP No.2, Paragraf 7). Istilah belanja terdapat dalam laporan realisasi anggaran, karena dalam penyusunan laporan realisasi anggaran masih menggunakan basis kas. Belanja daerah didefinisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/ kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Belanja Daerah didefenisikan sebagai kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Istilah belanja terdapat dalam laporan realisasi anggaran, karena dalam penyusunan laporan realisasi anggaran masih menggunakan basis kas. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi dan fungsi. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melakukan suatu aktivitas.

Klasifikasi belanja menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah untuk tujuan Pelaporan Keuangan dikelompokkan menjadi:


(29)

1. belanja operasi, merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah pusat/ daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi terdiri dari:

a. belanja pegawai, b. belanja barang, c. bunga,

d. subsidi, e. hibah,

f. bantuan sosial.

2. Belanja modal, merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Nilai aset tetap dalam belanja modal yaitu sebesar harga beli atau bangunan aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan atau pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan. Belanja modal meliputi:

a. belanja modal tanah,

b. belanja modal peralatan dan mesin, c. belanja modal gedung dan bangunan, d. belanja modal jalan, irigasi dan jaringan, e. belanja modal aset tetap lainnya,

f. belanja aset lainnya (aset tak berwujud).

3. Belanja lain-lain atau belanja tak terduga, merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan juga pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/ daerah,

4. Belanja transfer, merupakan pengeluaran anggaran dari entitas pelaporan yang lebih tinggi ke entitas pelaporan yang lebih rendah


(30)

seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan propinsi atau kabupaten/ kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011, belanja dikelompokkan menjadi:

1. belanja langsung adalah belanja yang di anggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan.

Belanja langsung terdiri dari: a. belanja pegawai,

b. belanja barang dan jasa, c. belanja modal.

2. Belanja tidak langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

Belanja tidak langsung terdiri dari: a. belanja pegawai,

b. belanja bunga, c. belanja subsidi, d. belanja hibah,

e. belanja bantuan sosial,

f. belanja bagi hasil kepada propinsi/ kabupaten/ kota/ dan pemerintah desa.


(31)

2.1.3. Penggunaan Anggaran

Untuk melaksanakan hak dan kewajiban serta melaksanakan tugas yang dibebankan oleh rakyat, pemerintah harus mempunyai suatu rencana yang matang untuk mencapai hasil yang maksimal. Rencana-rencana tersebut disusun secara baik yang nantinya akan dipakai sebagai pedoman dalam setiap langkah pelaksanaan tugas Negara. Oleh karena itu, maka rencana-rencana pemerintah untuk melaksanakannya keuangan Negara atau Daerah perlu dibuat penyusunan dan dituangkan dalam bentuk anggaran.

Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai alat paket pernyataan perkiraan Penerimaan dan Pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Didalam tampilan anggaran selalu disertakan data penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu.

Anggaran adalah etimasi atas penerimaan yang akan diterima dan pengeluaran (biaya) yang akan dikeluarkan terhadap aktivitas yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang oleh suatu organisasi (Kusnadi, 2002:40).

Anggaran daerah merupakan alat yang memegang peranan penting dalam rangka meningkatkan pembangunan dan didalamnya tercermin sebuah kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah tersebut, Anggaran daerah merupakan rencana keuangan tahunan yang memiliki peranan yang penting dalam mensejahterakan masyarakat.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah digunakan untuk melakukan suatu rencana operasional Pemerintah Daerah guna membiayai pengeluaran untuk melakukan pembangunan daerah yang lebih baik. Kegunaan anggaran secara umum meliputi:

1. memberi arah atas kegiatan atau aktivitas yang akan dikerjakan sehingga kegiatan yang dilakukan akan menjadi terarah kepada tujuan


(32)

yang dikehendaki. Dan akan menjadi alat koordinasi antara bagian yang melaksanakan kegiatan,

2. anggaran akan dapat mengharmonisasikan atau mensinkronkan antar bagian yang ada dalam organisasi, dapat membatasi kegiatan atau aktivitas hanya pada yang penting dan perlu, dapat dijadikan alat pengawasan organisasi. Dengan adanya anggaran maka sebagian penyimpangan yang ada lebih mudah diukur sehingga berbagai tindakan perbaikan dapat diambil,

3. penggunaan metode, alat, tenaga kerja akan semakin efektif dan efisien sehingga kinerja organisasi akan semakin baik dan terarah sesuai dengan prinsip efektivitas dan efisiensi, baik dari pimpinan puncak sampai kepada tenaga pelaksana untuk sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh anggaran.

Anggaran juga berguna bagi Lembaga Negara, kegunaan anggaran tersebut terdiri dari:

1. pengendalian Legislatif (DPR) terhadap eksekutif (presiden). Jika anggaran telah diundangkan oleh legislatif maka estimasi pengeluaran yang ada didalam anggaran akan menjadi patokan tertinggi yang tidak boleh dilanggar oleh presiden. Pengeluaran pemerintah diatas batas anggaran tersebut dapat dijadikan sebagai adanya penyimpangan yang harus dipertanggungjawabkan dimuka Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). MPR kemudian akan memutuskan apakah akan menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban presiden,

2. pengendalian Eksekutif (presiden) terhadap bawahannya (Menteri, Gubernur dan lainnya), presiden melalui APBN yang diundangkan kemudian akan mengalikasikan kepada setiap Departemen yang ada, Kepala Lembaga-lembaga Tinggi Negara.

Fungsi anggaran adalah mengalokasikan dana-dana kepada badan-badan Pemerintah Daerah sehemat mungkin. Melalui anggaran daerah dapat dilakukan supervisi dengan ketat dan pengendalian terhadap penggunaan


(33)

dana, sehingga sumber-sumber dana daerah dapat dimanfaatkan dengan baik. Adapun fungsi anggaran yaitu:

1. anggaran sebagai alat perencanaan, dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan akan dibuat,

2. anggaran sebagai alat pengendalian, dengan adanya anggaran, organisasi sektor publik dapat menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar (overspending) atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya (misspending),

3. anggaran sebagai alat kebijakan, dengan melalui anggaran, organisasi sektor publik dapat menentukan arah atas kebijakan tertentu,

4. anggaran sebagai alat politik, dalam organisasi sektor publik, komitmen pengelolaan dalam melaksanakan program-program yang telah dijanjikan dapat dilihat melalui anggaran,

5. anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi, melalui dokumen anggaran yang komprehensif, sebuah bagian, unit kerja, atau departemen yang merupakan suborganisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan juga apa yang akan dilakukan oleh bagian/ unit kerja lainnya,

6. anggaran sebagai alat penilaian kinerja, anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu bagian/ unit kerja telah memenuhi target, baik berupa terlaksananya aktivitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya,

7. anggaran sebagai alat motivasi, anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan menjadikan nilai-nilai normal yang tercantum sebagai target pencapaian.

Dalam penggunaan anggaran juga harus mempunyai proses penyusunan anggaran yang diawali dengan penetapan tujuan, target dan kebijakan, kesamaan persepsi antar berbagai pihak tentang apa yang akan dicapai dan keterkaitan tujuan dengan berbagai program yang akan dilakukan, sangat krusial bagi kesuksesan anggaran.


(34)

2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang beragam. Tabel berikut ini menyajikan peneliti-peneliti terdahulu:

Tabel 2.1

Tinjauan Peneliti Terdahulu Nama dan

tahun Variabel penelitian Hasil Penelitian Arwati

(2013)

1. Variabel dependen: penggunaan

anggaran

2. variabel independen: pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, pertumbuhan ekonomi

1. secara parsial bahwa hanya pendapatan asli daerah yang berpengaruh signifikan terhadap penggunaan anggaran, sedangkan pertumbuhan ekonomi serta dana alokasi umum secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap penggunaan anggaran.

2. Secara simultan bahwa

pertumbuhan ekonomi, pendapatan sli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh signifikan terhadap penggunaan anggaran

Nugroho (2008)

1. Variabel dependen: penggunaan

anggaran,

2. variabel independen: pertumbuhan

ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum

1. Pertumbuhan ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah tidak berpengaruh terhadap penggunaan anggaran karena pendapatan asli daerah lebih banyak digunakan untuk membiayai belanja modal,dana alokasi umum

berpengaruh terhadap penggunaan anggaran,

2. Pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum


(35)

secara bersama-sama berpengaruh terhadap penggunaan anggaran. Yudi

(2014)

1. Variabel dependen: penggunaan

anggaran,

2. variabel independen: pendapatan asli daerah, dana

perimbangan, belanja daerah, sisa lebih perhitungan anggaran

1. secara simultan pendapatan asli daerah,dana perimbangan, belanja daerah,sisa lebih perhitungan anggaran berpengaruh terhadap penggunaan anggaran,

2. secara parsial pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap penggunaan anggaran, dana perimbangan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penggunaan anggaran, belanja daerah dan sisa lebih perhitungan anggaran berpengaruh positif terhadap penggunaan anggaran. Marizka

(2009)

1. Variabel dependen : penggunaan

anggaran,

2. variabel independen : analisis kinerja pengelolaan pendapatan dan belanja daerah pemerintahan kota medan

1. pendapatan dan belanja daerah dalam pemerintahan mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap penggunaan anggaran dan

pembiayaan sudah baik.

2.3 Kerangka Konseptual

Penelitian ini menganalisis pengaruh komposisi pendapatan asli daerah dan konsentrasi belanja daerah terhadap penggunaan anggaran pada pemerintahan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.


(36)

Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Konsentrasi Belanja Daerah berpengaruh positif terhadap Penggunaan Anggaran. Penggunaan Anggaran dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja pemerintah tersebut. Selain sebagai alat pengendalian, penggunaan anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran pemerintah tidak dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa setiap oknum pemerintah dapat dikendalikan oleh anggaran. Penggunaan Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya overspending, underspending dan salah sasaran dalam pengalokasian anggaran pada bidang lain yang bukan merupakan prioritas.

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual adalah menjelaskan antara pengetahuan variabel dependen dengan variabel independen yang dijelaskan dalam uraian berikut:

1. penelitian terdahulu menjelaskan bahwa Komposisi Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Sisanya dari lain-lain pendapatan yang sah akan mempengaruhi penggunaan anggaran suatu daerah, bahwa apabila Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan juga sisa dari lain-lain pendapatan Komposisi Pendapatan Asli

Daerah (X1)

Konsentrasi Belanja Daerah (X2)

Penggunaan Anggaran (Y)


(37)

yang sah yang dihasilkan pada suatu daerah tertentu, hal tersebut akan mempengaruhi penggunaan anggarannya sebab jika PAD, Dana Perimbangan dan sisa pendapatan yang sah yang di hasilkan tinggi, maka anggaran daerah juga akan ikut naik. Begitupula sebaliknya apabila PAD, Dana Perimbangan dan Sisanya dari lain-lain pendapatan yang sah yang dihasilkan rendah, maka anggaran daerah juga akan ikut turun,

2. konsentrasi belanja daerah juga berpengaruh terhadap penggunaan anggaran. Karena dari penelitian sebelumnya disebutkan bahwa belanja merupakan sumber pengeluaran pemerintah daerah selain Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2.4 Hipoteis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, peneliti membuat hipotesis yang digunakan dalam penelitian tersebut, yaitu komposisi Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah berpengaruh terhadap Penggunaan Anggaran baik secara simultan dan parsial pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya (Umar, 2003 : 30).

Dalam penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel dependen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh Komposisi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Konsentrasi Belanja Daerah terhadap Penggunaan Anggaran pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara.

3.2 Batasan Operasional

Dalam penelitian ini perlu dilakukan pembatasan dengan tujuan agar pokok bahasan yang diteliti tidak terlalu melebar dari yang ditentukan. Adapun batasan yang dimaksud yang sesuai dengan perumusan masalah diuraikan sebagai berikut:

1. variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli daerah, dan belanja daerah serta penggunaan anggaran sebagai variabel yang digunakan untuk mengetahui tingkat penggunaan anggaran pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2010-2013 dalam penelitian ini.

3.3 Definisi Operasional

Operasional variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:58). Dalam pengujian hipotesis, maka perlu diteliti variabel-variabel dengan penentuan indikator-indikator yang digunakan. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.


(39)

3.3.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (Dependent Variable) merupakan variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel lain (Sarwono, 2006:38). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Penggunaan Anggaran. 3.3.1.1. Penggunaan Anggaran (Y)

Penggunaan anggaran adalah keuangan yang disusun untuk satu periode mendatang yang berisi tentang pendapatan dan belanja daerah yang menggambarkan strategi pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk pembangunan daerah yang juga berfungsi sebagai alat pengendalian dan instrument politik. 3.3.2 Variabel Independen (X)

Variabel independen (Independent Variable) merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang akan diobservasi (Sarwono, 2006:38). Variabel independen dalam penelitian ini akan diuraikan dalam pernyataan dibawah ini.

3.3.2.1 Pendapatan Asli Daerah (X1)

pendapatan yang diperoleh dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.3.2.2 Belanja Daerah (X2)

semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.


(40)

Tabel 3.1

Skala Pengukuran Variabel

Variabel Pengukuran Skala

Dependen Penggunaan Anggaran

Realisasi Anggaran =

Total anggaran

realisasi anggaran Rasio

Independen Komposisi PAD

Pajak daerah + retribusi daerah + hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan +lain-lain pendapatan yang sah+bagi hasil pajak+bagi hasil bukan

pajak+DAU+DAK+lain-lain pendapatan daerah yang sah

Rasio

Konsentrasi Belanja Daerah

Total Belanja Rutin Total APBD

Rasio

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Margono, 2004:118). Populasi penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara tahun berjumlah 25 Kabupaten dan 8 Kota.

3.4.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, bila jumlah populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut (Sugiono, 2002). Metode pengambilan sampel dilakukan dengan

purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian). Elemen populasi yang dipilih sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen

X 100%


(41)

yang dapat memberikan informasi berdasarkan pertimbangan tersebut. Beberapa pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan sampel atau kriteria sampel adalah:

1. kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang mempublikasikan laporan APBD dan Laporan Realisasi APBDnya selama periode 2010-2013,

2. kabupaten/kota dengan Pendapatan Asli Daerah diatas 300 Miliar Rupiah.

Berdasarkan kriteria sampel tersebut, didapatkan sebanyak 24 sampel yang memenuhi kriteria tersebut, yang terdiri dari Kabupaten 19 dan 5 Kota di Propinsi Sumatera Utara, sehingga jumlahnya 96 (24 dikali 4 tahun).

3.5 Jenis Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak lain. Penelitian ini menggunakan pooled data, yaitu kombinasi antara time series dengan data cross section selama periode tahun 2010 sampai dengan 2013. Data time series merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu, sedangkan data cross section adalah sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam suatu kurun waktu. Sumber data dalam penelitian ini peneliti peroleh dari sumber-sumber lainnya.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan Teknik Dokumentasi, yakni peneliti melakukan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara dan mendownload situs melakukan studi kepustakaan melalui buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.


(42)

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Untuk menguji hipotesis, maka analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, karena menyangkut dua variabel independen dan satu variabel dependen. Analisis regresi pada dasarnya adalah metodeyang digunakan untukmengetahuibesarnya pengaruh dari suatu variableindependen (bebas) terhadap variable dependen (terikat).

Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis dengan formula sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan

Y = Penggunaan Anggaran a = Konstanta

b1 = Koefisien Regresi Komposisi Pendapatan Asli Daerah

b2 = Koefisien Regresi Konsentasi Belanja Daerah

X1 = Rasio Komposisi Pendapatan Asli Daerah

X2 = Konsentrasi Belanja Daerah

e = Error (pengganggu) 3.8 Pengujian Asumsi Klasik

Peneliti menggunakan bantuan program software SPSS 17.0 for windows (Statistic Product & Service Solution) dalam penelitian ini. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menghindari atau mengurangi bias atas hasil penelitian yang diperoleh (Erlina 2011:99).

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda. Setidaknya ada empat uji asumsi klasik, yaitu uji nirmalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias dengan varian yang minimun (Best Linier


(43)

Unbiased Estimator = BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah. Tidak ada ketentuan yang pasti tentang urutan uji yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Berikut ini adalah uji asumsi klasik yang harus dipenuhi oleh model regresi.

3.8.1 Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Jika analisis menggunakan metode parametric, maka persyaratan normalitas harus dipenuhi, yaitu data berasal dari distribusi normal (Priyatno, 2008:28). Jika data tidak berdistribusi normal atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah statistic nonparametrik. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu:

1. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas dalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian, hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat membingungkan, khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal

probability plot adalah diuraikan dalam pernyataan berikut:

a. jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

b. jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(44)

2. Analisis Statistik

Untuk mendereksi normalitas data dapat dilakukan melalui analisis statistik yang dapat dilihat melalui Kolmogorov-Smirnov test (K-S). Data pengambilan keputusan dalam uji K-S yaitu:

a. apabila probabiltas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho ditolak, yang berarti terdistribusi tidak normal,

b. apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal.

3.8.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regrsi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homokedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).

Dasar analisis yang digunakan dalam uji heterokedastisitas dijelaskan sebagai berikut:

a. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk suatu pola tertentu teratur, bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

b. jika tidak ada pola tertentu serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, maka mengindikasikan terlah terjadi heteroskedastisitas. Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan, semakin sulit untuk menginterpretasikan hasil grafik plot.


(45)

3.8.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada pada periode sebelumnya (t - l) (Wijaya, 2009:122). Apabila terjadi korelasi maka hal tersebut menunjukkan adanya problem autokorelasi. Masalah autokorelasi sering terjadi pada data time series (data runtun waktu). Sementara itu, pada data cross section (crosssectional), autokorelasi sangat jarang terjadi sehingga uji autokorelasi tidak wajib dilakukan pada penelitian yang menggunakan data cross section (penelitian yang dilakukan hanya dalam kurun waktu tertentu dan biasanya menggunakan kuesioner). Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson, uji Langrage Multiplier (LM), uji statistik Q, dan uji Run Test. Uji autokorelasi yang paling sering digunakan oleh peneliti adalah uji Durbin-Watson.

3.8.4 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan di antara variabel independen (variabel bebas) memiliki masalah multikorelasi (gelaja multikolinearitas) atau tidak. Multikorelasi adalah korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah yang terjadi pada hubungan di antara variabel bebas. Uji multikorelasi dilakukan jika jumlah variabel independen lebih dari satu.

Ada 4 cara mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas (Wijaya, 2009:119), sebagai berikut.

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual variabel bebas banyak yang tidak signifikan memengaruhi variabel terikat.

2. Menganalisis korelasi di antara variabel bebas. Jika diantara variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (lebih besar dari pada 0,90), hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.

3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai VIF (variance-inflating factor). Jika VIF < 10, tingkat kolinearitas dapat ditoleransi.


(46)

4. Nilai Eigenvalue sejumlah satu atau lebih variabel bebas yang mendeteksi nol memberikan petunjuk adanya multikolinearitas.

Uji multikolinearitas yang paling sering digunakan adalah dengan melihat VIF karena cara tersebut dirasa paling murah dan praktis.

3.9 Pengujian Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang didefinisikan dengan baik mengenai karakteristik populasi. Analisis statistik untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan model regresi linier berganda yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan F-test, t-test dan Koefisien Determinasi (R2).

3.9.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji - F)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk pengujiannya adalah:

Ho : b1=b2=0, artinya variabel Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan anggaran.

Ha : b1≠b2≠0, artinya Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan anggaran.

Kriteria pengambilan keputusan: Ho diterima jika Fhitung< Ftabel

Ha diterima jika Fhitung> Ftabel

3.9.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Bentuk pengujiannya adalah:


(47)

Ho = b1, b2=0, artinya Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah secara Parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan anggaran.

Ha = b1, b2≠0, artinya Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Daerah secara Parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan anggaran. Pengujian dilakukan menggunakan uji - t dengan tingkat pengujian pada α 5% derajat kebebasan (degree of freedom) atau df=(n-k).

Kriteria pengambilan keputusan: Ho diterima jika thitung< ttabel

Ha diterima jika thitung> ttabel

3.9.3 Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian Koefisien determinasi (R2) menunjukkan besarnya proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu (0≤R 2≤1). Hal ini berarti bila R2 = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Adjusted R square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor-faktor yang ditimbulkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.


(48)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara

Secara geografis wilayah Propinsi Sumatera Utara terletak pada 1˚ - 4˚ Lintang Utara dan 98˚ - 100˚ Bujur Timur dengan luas daratan 71.680 Km2, Wilayah Sumatera utara berada pada jalur perdagangan internasional, dekat dengan dua Negara Asean, yaitu Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3 (tiga) propinsi, dengan batas sebagai berikut:

1. sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam,

2. sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka,

3. sebelah Selatan berbatasan dengan Sumatera Barat dan Riau, 4. sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Wilayah Propinsi Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur di tengah-tengah dari Utara ke Selatan. Berdasarkan Topografi Daerah Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu:

1. bagian Timur dengan keadaan relatif datar, 2. bagian Tengah bergelombang sampai berbukit, 3. bagian Barat merupakan dataran bergelombang.

Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 km2 atau 34,77 dari luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari wilayah Pantai Barat dan dataran tinggi. Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 km2 atau 65,23% dari luas wilayah Sumatera Utara, sebagian besar merupakan pegunungan.


(49)

Sumatera Utara merupakan propinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, yang dihuni oleh penduduk dari berbagai suku seperti Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa dan menganut berbagai agama seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu dan berbagai aliran kepercayaan lainnya. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 2000, penduduk propinsi Sumatera Utara berjumlah 11,5 juta jiwa dengan pertumbuhan 1,20% per tahun sejak tahun 1990. Jumlah tersebut bertambah menjadi sekitar 11,9 juta jiwa pada tahun 2003 berdasarkan Hasil Sementara Pendaftaran Pemilih dan Pendaftaran Penduduk. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk pada Juni 2005 diperkirakan sebesar 12,3 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km2 dan tahun 2005 meningkat menjadi 172 jiwa per km2.

Metode pemilihan sampel yang dipakai adalah purposive judgement sampling method yaitu dengan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik Deskriptif adalah ilmu statistik yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan dan penyajian data suatu penelitian. Tujuan adanya statistik deskriptif adalah untuk memudahkan membaca data serta memahami maksudnya. Berikut ini merupakan output SPSS yang merupakan keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.3 Descriptive Statistic

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PAD 96 339701014 4655842679 847985221,22 661908307,221 Belanja_Daerah 96 315430692 3224449048 799360077,69 548985947,527 Penggunaan_Anggaran 96 325640045 4524737504 827084309,11 667916682,863 Valid N (listwise) 96


(50)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dijelaskan dengan pernyataan dibawah ini:

a. variabel Penggunaan Anggaran (Y) memiliki nilai minimum Rp.325.640.045.000 nilai maksimum Rp. 4.524.737.504rata-rata Penggunaan Anggaran Rp. 827.084.309,11dan standar deviasi sebesar Rp. 667.916.682,863dengan jumlah amatan sebanyak 96,

b. variabel Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai minimumRp.339.701.014.000nilai maksimum Rp. 4.655.842.679 rata-rata Pendapatan Asli Daerah Rp. 847.985.221,22 dan standar deviasi sebesar Rp. 661.908.307,221 dengan jumlah amatan sebanyak 96,

c. variabel Belanja Daerah memiliki nilai minimum Rp. 315.430.692.000 nilai maksimum Rp. 3.224.449.048rata-rata Belanja Daerah Rp.799.360.077,69 dan standar deviasi sebesar Rp. 548.985.947,527 dengan jumlah amatan sebanyak 96.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.2.1Uji Normalitas

Uji Normalitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Uji ini akan dideteksi melalui cara, yaitu analisis grafik (histogram dan Normal P-Plots) dan analisis statistik (Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov). Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual terdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).


(51)

1. Analisis Grafik

Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram dan grafik normal P-Plots berikut ini:

Sumber: output SPSS, lampiran 5 hal. 62 Gambar 4.1

Histogram Dependent Variabel

Pada gambar 4.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel terdistribusi secara normal. Hal ini dikarenakan kurva histogram yang memiliki keseimbangan ke kiri dan ke kanan atau berbentuk seperti lonceng.


(52)

Sumber: output SPSS, lampiran 5 hal. 63 Gambar 4.2

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.2 memperlihatkan garis normal probabilty plot dimana variabel tidak terdistribusi secara tidak normal. Hal ini dikarenakan titik-titik penyebaran data menyebar jauh dari garis diagonal serta tidak mengikuti arah garis diagonal. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan terhadap data yang tidak normal sebagai berikut:

1. melakukan transformasi data ke dalam bentuk lainnya,

2. melakukan trimming. Trimming adalah membuang data yang

outlier,

3. melakukan winsorizing, yaitu dengan mengubah nilai data yang

outlier ke suatu nilai tertentu.

Dalam penelitian ini untuk menanggulangi ketidaknormalan data, peneliti melakukan transformasi data yang menggunakan Logaritma Natural (LN), dimana data yang ditransformasikan adalah penggunaan anggaran,


(53)

pendapatan asli daerah dan belanja daerah. Analisis grafik menggunakan histogram dan normal P-Plots setelah dilakukan transformasi data yaitu:

Sumber: output SPSS, lampiran 5 hal. 62

Gambar 4.3

Histogram Dependent Variabel

Gambar 4.3 di atas terlihat bahwa Histogram dari penelitian ini sudah terdistribusi normal karena grafiknya seimbang ke kiri dan ke kanan atau tidak condong kekiri atau kekanan, melainkan ketengah dengan bentuk seperti lonceng. Metode lain yang digunakan dalam analisis grafik adalah dengan melihat normal probabilty plot. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang akan menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Uji normalitas dengan melihat normal probabilty plot dapat dilihat dari gambar berikut.


(54)

Sumber: output SPSS, lampiran 5 hal. 63

Gambar 4.4

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Gambar 4.4 diatas merupakan kurva P-Plot yang menunjukkan penyebaran titik-titik data disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini berarti data pada variabel yang digunakan, yaitu variabel penggunaan anggaran daerah berdistribusi secara normal. Peneliti juga membuat uji Kolmogorov-Smirnov yang membuktikan kenormalan suatu data dalam penelitian ini dengan angka. Dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirov, suatu data dinyatakan normal apabila nilai asymptonic significance lebih besar dari 0.05 (p>0.05) dan apabila nilai asymptonic significance lebih kecil dari 0.05 (p<0.05) maka data tidak terdistribusi normal. Berikut hasil pengujian dengan uji Kolmogorov-Smirnov.


(55)

Tabel 4.4

Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 96

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 13352,20541263 Most Extreme

Differences

Absolute ,161

Positive ,161

Negative -,113

Kolmogorov-Smirnov Z ,161 Asymp. Sig. (2-tailed) ,175c a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: output SPSS, lampiran 5 hal. 63

Dari tabel Kolmogorov-Smirnov diatas, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,175 yang berarti > 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data sudah terdistribusi dengan normal.

4.2.2.2Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik harusnya terbebas dari korelasi diantara variabel bebas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,10. Hasil dari pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(56)

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas

Sumber: ouput SPSS, lampiran 5 hal. 64

Data yang disajikan pada tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa nilai tolerance dan VIF dari variabel Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,800 dan 1,250 dan untuk variabel Belanja Daerah adalah sebesar 0,800 dan 1,250. Oleh karena itu, dapat disimpulkan dalam model ini tidak terdapat masalah multikolinearitas antara variabel bebas karena nilai tolerance berada di bawah 1 dan nilai VIF jauh di bawah angka 10.

4.2.2.3Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak mengandung autokorelasi. Kriteria untuk penelitian terjadinya autokorelasi yaitu:

a. angka D-W terletak di bawah -2 berarti ada korelasi positif,

b. angka D-W terletak di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, c. angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.6

Uji Autokorelasi

Model R Durbin-Watson

1 ,980a 1,995

Sumber: output SPSS, lampiran 5 hal. 65 Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

PAD ,800 1,250 Belanja_Daerah ,800 1,250


(1)

17

Kab. Labuhanbatu selatan

618.909.256

725.242.664

766.534.802

18

Kab. Labuhanbatu utara

755.134.935

766.421.207

630.997.090

19

kota Tanjungbalai

542.932.883

465.491.830

584.623.406

20

Kota Pematangsiantar

731.041.119

741.073.062

789.236.965

21

kota Tebing tinggi

596.249.836

584.572.436

498.470.676

22

kota Medan

3.276.344.285 3.224.449.048

4.524.737.504

23

kota Binjai

711.568.038

702.167.562

814.461.618


(2)

LAMPRAN 5

Hasil Pengelolaan Data SPSS 22

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PAD 96 339701014 4655842679 847985221,22 661908307,221 Belanja_Daerah 96 315430692 3224449048 799360077,69 548985947,527 Penggunaan_Anggaran 96 325640045 4524737504 827084309,11 667916682,863 Valid N (listwise) 96

Uji Normalitas dengan grafik Histogram

Histogram


(3)

Uji Normalitas Melalui Normal P-Plots

Normal P-Plot of Regression Standardized Residual

Uji Normalitas Melalui Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 96

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 13352,20541263

Most Extreme Differences

Absolute ,161

Positive ,161

Negative -,113

Kolmogorov-Smirnov Z ,161

Asymp. Sig. (2-tailed) ,175c


(4)

Uji Multikolinearitas

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) -11690,970 2485,553 -4,704 ,000

PAD -,004 ,002 -,041 -1,774 ,079 ,800 1,250

Belanja_Daerah ,121 ,003 ,998 43,033 ,000 ,800 1,250


(5)

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,980a ,960 ,959 13495,014 1,995

a. Predictors: (Constant), Belanja_Daerah, PAD b. Dependent Variable: Penggunaan_Anggaran

Koefisien Berganda

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -11690,970 2485,553 -4,704 ,000

PAD -,004 ,002 -,041 -1,774 ,079

Belanja_Daerah ,121 ,003 ,998 43,033 ,000

a. Dependent Variable: Penggunaan_Anggaran

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,956a ,914 ,912 6015,815

a. Predictors: (Constant), Belanja_Daerah, PAD b. Dependent Variable: Penggunaan_Anggaran


(6)

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -11690,970 2485,553 -4,704 ,000

PAD -,004 ,002 -,041 -1,774 ,079

Belanja_Daerah ,121 ,003 ,998 43,033 ,000

a. Dependent Variable: Penggunaan_Anggaran

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 406,138 2 203,069 1117,086 ,000b

Residual 169,195 93 182,755

Total 423,333 95

a. Dependent Variable: Penggunaan_Anggaran b. Predictors: (Constant), Belanja_Daerah, PAD


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Komposisi Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Konsentrasi Belanja Daerah Terhadap Penggunaan Anggaran Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

6 87 81

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara

3 82 84

Flypaper Effect Pada Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Dana Alokasi Umum (Dau) Terhadap Belanja Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Propinsi Sumatera Utara

0 41 89

Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Belanja Daerah Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

8 99 92

Analisis Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemeliharaan Dalam Realisasi Anggaran Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara

1 33 98

Analisis Pengaruh Komposisi Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Konsentrasi Belanja Daerah Terhadap Penggunaan Anggaran Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

0 0 11

Analisis Pengaruh Komposisi Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Konsentrasi Belanja Daerah Terhadap Penggunaan Anggaran Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Komposisi Pendapatan Asli Daerah - Analisis Pengaruh Komposisi Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Konsentrasi Belanja Daerah Terhadap Penggunaan Anggaran Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

0 1 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Komposisi Pendapatan Asli Daerah (Pad) Dan Konsentrasi Belanja Daerah Terhadap Penggunaan Anggaran Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

0 0 7

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11