Variabilitas Konsentrasi Klorofil-a Secara Spasial

Pada umumnya saat musim barat November – Februari kisaran nilai SPL tinggi antara lain di sampling area1 berkisar antara 27,5°C – 30,8°C Tabel 4, sampling area2 antara 26,8°C – 31,0°C Tabel 5, dan sampling area3 antara 26,4°C – 30,5°C Tabel 6.

4.2. Variabilitas Konsentrasi Klorofil-a

4.2.1. Variabilitas Konsentrasi Klorofil-a Secara Spasial

Data klorofil-a dari satelit SeaWiFS bulanan rata-rata dengan periode Januari 1998 – Desember 2009 yang kemudian dikelompokan berdasarkan musim, sehingga diperoleh sebaran spasial kosentrasi klorofil-a. Contoh sebaran spasial klorofil-a disajikan pada Gambar 11, 12, 13, dan 14. Pola sebaran spasial konsentrasi klorofil-a di selatan Selat Makassar terlihat berbeda pada setiap musim yang berbeda. Pada musim barat November – Februari tahun 2004, nilai konsentrasi klorofil-a relatif tinggi terdapat di daerah pesisir. Hal tersebut diduga karena adanya pengaruh asupan nutrien dari daratan sebagai akibat relatif tingginya curah hujan pada musim ini. Sedangkan di daerah jeluk sebaran spasial konsentrasi klorofil-a terlihat relatif rendah Gambar 11. Pada bulan Februari sebaran klorofil-a tidak terlihat begitu jelas yang diduga adanya tutupan yang cukup tebal sehingga terdapat banyak gradasi warna hitam Gambar 11. Pada musim peralihan I Maret-April, Gambar 12 tahun 2004, sebaran spasial konsentrasi klorofil-a hampir sama dengan musim barat. Gambar 11. Pola sebaran konsentrasi klorofil-a bulanan rata-rata secara spasial pada musim barat tahun 2004. Gambar 12. Pola sebaran konsentrasi klorofil-a bulanan rata-rata secara spasial pada musim peralihan I tahun 2004. Berdasarkan distribusi spasial konsentrasi klorofil-a musim timur Mei – Agustus tahun 2004 pada bulan Mei 2004 belum terlihat adanya peningkatan konsentrasi klorofil-a, dapat dilihat dengan jelas bahwa konsentrasi klorofil-a yang relatif tinggi terdapat di bagian selatan Selat Makassar mulai pada bulan Juni dan maksimum terjadi pada bulan Agustus Gambar 13. Tingginya konsentrasi klorofil-a di bagian selatan Selat Makassar pada musim timur akibat adanya fenomena upwelling yang juga ditandai dengan rendahnya nilai SPL di daerah tersebut Gambar 8. Pada awal musim peralihan II September, fenomena upwelling di bagian selatan Selat Makassar masih jelas terlihat dan pada akhir musim perlaihan II Oktober diperkirakan fenomena upwelling akan berakhir Gambar 13. Tingginya konsentrasi klorofil-a di bagian selatan Selat Makassar pada musim timur sampai musim peralihan II ini akibat meningkatnya unsur hara di permukaan yang terbawa oleh fenomena upwelling dari lapisan dalam. Wyrtki 1961 dan Ilahude 1978 menjelaskan bahwa upwelling pada daerah ini terjadi pada musim timur yaitu Juni – Agustus. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Wouthuyzen 2002, Afdal dan Riyono 2004 menjelaskan bahwa kandungan zat hara fosfat, nitrat, dan klorofil-a yang tinggi pada lapisan permukaan di Selat Makassar akibat upwelling masih ditemukan pada musim peralihan II pasca musim timur. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh kisaran konsentrasi klorofil- a sebesar 0,16 – 1,14 mgm 3 . Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini, dimana konsentrasi klorofil-a yang relatif tinggi terjadi di selatan Selat Makassar pada musim timur Juni – Agustus dan musim peralihan II pada bulan September Gambar 13 adalah sebagai akibat dari fenomena upwelling. Pada bulan Mei dan Juni konsentrasi klorofil-a yang tinggi masih terbatas pada daerah pesisir wilayah selatan Selat Makassar, sedangkan pada bulan Juli dan Agustus konsentrasi klorofil-a yang relatif tinggi tersebar hingga barat daya Pulau Sulawesi, dimana puncak fenomena upwelling terlihat pada bulan Agustus Gambar 13. Gambar 13. Pola sebaran konsentrasi klorofil-a bulanan rata-rata secara spasial pada musim timur tahun 2004. Gambar 14. Pola sebaran konsentrasi klorofil-a bulanan rata-rata secara spasial pada musim peralihan II.

4.1.2. Variabilitas Konsentrasi Klorofil-a Secara Temporal