Sebaran Anomali Tinggi Paras Laut TPL

meskipun jumlah curah hujan di daerah tersebut rendah, konsentrasi klorofil-a yang ada tinggi.

4.4.4. Sebaran Anomali Tinggi Paras Laut TPL

Saat musim barat November – Februari pada sampling area1 Gambar 26 umumnya terjadi penaikkan paras laut atau anomali positif mencapai 5 cm di bulan Januari dan Februari, sedangkan pada bulan November dan Desember terjadi anomali positif mencapai 5 cm dan anomali negatif penurunan paras laut mencapai -5 cm. Pada sampling area2, bulan November mengalami anomali positif mencapai 10 cm, bulan Desember dan Februari terjadi anomali negatif hingga mencapai -10 cm, dan bulan Januari terjadi anomali positif sebesar 5 cm. Pada sampling area3 secara umum terjadi anomali positif sebesar 5 cm. Saat musim peralihan I Maret – April di sampling area1 Gambar 27 terjadi anomali positif sebesar 10 cm Maret dan 5 cm April. Pada sampling area2 , terjadi anomali positif hingga 5 cm Maret dan April. Sementara di sampling area3 , bulan Maret terjadi anomali negatif mencapai –5 cm dan bulan, dan anomali positif pada bulan April sebesar 5 cm. Pada musim timur Mei – Agustus di sampling area1 Gambar 28 secara umum menunjukan adanya anomali negatif hingga mencapai 10 cm. Pada bulan Juni anomali negaif tersebut tersebar hingga sampling area2. Pada sampling area2 bulan Mei, Juli, dan Agustus terjadi anomali positif hingga 15 cm Mei. Pada sampling area3 terjadi anomali positif hingga 5 cm. Akibatnya pada sampling area1 konsentrasi klorofil-a tertahan dan pemusatan sehingga konsentrasi klorofil-a di daerah tersebut tinggi yaitu 2,48 mgm 3 Tabel 7 dan nilai SPL yang rendah yaitu 25,7°C Tabel 4 . Hal itu sesuai dengan penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Purba dan Atmadipoera 2005 bahwa di sebelah selatan Selat Makassar sekitar 5 o LS terlihat anomali TPL tidak terlalu bervariasi kecuali terdapat anomali negatif pada Juli 1998 yang mencapai – 10 cm dan Desember 1999 mencapai -9 cm. Gambar 26. Fluktuasi TPL bulanan pada musim barat di selatan Selat Makassar tahun 2004. Gambar 27. Fluktuasi TPL bulanan pada musim peralihan I di selatan Selat Makassar tahun 2004. Gambar 28. Fluktuasi TPL bulanan pada musim timur di selatan Selat Makassar tahun 2004. Saat musim peralihan II September – Oktober pada sampling area1 Gambar 29 terjadi anomali positif hingga 5 cm. Pada sampling area2 terjadi anomali negatif mencapai -15 cm Oktober dan mencapai -5 cm September. Selanjutnya pada sampling area3, terjadi anomali negatif mencapai 5 cm. Gambar 29. Fluktuasi TPL bulanan pada musim peralihan II di selatan Selat Makassar tahun 2004. Purba dan Atmadipoera 2005 menjelaskan bahwa angin Muson tenggara tidak mengakibatkan fluktuasi paras laut yang berarti di Selat Makassar karena orientasi arah angin ini tidak bertepatan dengan orientasi sirkulasi permukaan di Selat makassar. Angin mengakibatkan arus bergerak ke timur di Laut Flores, akan tetapi secara umum paras laut turun di utara Selat Lombok dan tidak menyebabkan fluktuasi muka laut yang nyata di Selat Makassar secara keseluruhan. 63

5. KESIMPULAN

Variabilitas nilai SPL di selatan Selat Makassar pada musim barat November – Februari dari 3 sampling area berkisar antara 26,4 – 31,0 ° C dan konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,10 – 2,03 mgm 3 . Pada musim peralihan I Maret – April nilai SPL berkisar antara 28,7 – 30,9 ° C dan konsentrasi klorofil-a berkisar antara 0,18 – 0,79 mgm 3 . Pada musim timur Mei – Agustus nilai SPL berkisar antara 25,7 – 30,6 ° C dan konsentrasi klorofil berkisar antara 0,15 – 2,48 mgm 3 . Pada musim peralihan II September – Oktober nilai SPL berkisar antara 26,9 – 30,3 ° C dan konsentrasi klorofil berkisar antara 0,17 - 1,03mgm 3 . Pada musim timur terdapat nilai SPL terendah yaitu 25,7 ° C dan konsentrasi klorofil-a tertinggi yaitu sebesar 2,48 mgm 3 . Rendahnya nilai SPL dan tingginya konsentrasi klorofil-a merupakan akibat adanya upwelling di selatan Selat Makassar khususnya sampling area1. Pada saat musim timur Mei – Agustus Ekman transport di selatan Selat Makassar menguat ke arah barat daya sehingga menyebabkan pergerakan massa air permukaan menjauhi pantai, sehingga massa air dari bawah permukaan naik mengisi daerah yang ditinggalkan tersebut. Akibatnya terjadi upwelling di perairan tersebut yang menyebabkan nilai SPL rendah dan konsentrasi klorofil-a tinggi. Berdasarkan pola distribusi spasial SPL dan konsentrasi klorofil-a di selatan Selat Makassar pada musim timur, diketahui bahwa pola penyebarannya bergerak ke arah barat daya Pulau Sulawesi. Berdasarkan composite 8 harian SPL dan klorofil-a, maka diduga upwelling dominan mulai terjadi pada minggu ke-2