Ekman Transport Curah Hujan

4.4.2. Ekman Transport

Pola pergerakan Ekman transport rata-rata bulanan di bagian selatan Selat Makassar pada musim barat tahun ENSO Gambar 22 menuju ke timur laut. Sementara itu, pergerakan Ekman transport bulanan rata-rata di Selat Makassar pada musim barat tahun non ENSO Gambar 22 menuju utara Desmber – Februari. Pola pergerakan Ekman transport bulanan rata-rata di Selat Makassar pada musim peralihan I Maret tahun ENSO Gambar 23 menuju ke arah timur, sedangkan pada bulan April Ekman transport bulanan rata-rata ke arah selatan. Pada musim peralihan II Oktober tahun ENSO Gambar 23 Ekman transport bulanan rata-rata menuju ke barat daya. Pada musim peralihan I Maret tahun non ENSO Gambar 24 Ekman transport bulanan rata-rata bergerak ke arah timur laut, sedangkan pada bulan April bergerak ke selatan. Pada bulan Oktober Ekman transport bulanan rata-rata bergerak ke barat daya. Pada umumnya pola Ekman transport bulanan rata-rata musim timur tahun ENSO dan tahun non ENSO Gambar 24 arah pergerakannya relatif sama yaitu menuju ke barat daya menjauhi pantai selatan Pulau Sulawesi. Pada saat musim timur dan musim peralihan II tahun ENSO volume Ekman transport relatif lebih besar bila dibandingkan dengan tahun non ENSO. Semakin besar volume Ekman transport yang bergerak menjauhi daerah pesisir, maka memungkinkan naiknya massa air dari bawah untuk menggantikan massa air yang bergerak meninggalkan pesisir semakin besar juga. Hal ini akan menggambarkan tingkat intensitas upwelling. Gambar 22. Pendekatan pola Ekman transport bulanan rata-rata pada musim barat: a tahun ENSO; b tahun non ENSO Gambar 23. Pendekatan pola Ekman transport bulanan rata-rata pada musim peralihan : a tahun ENSO; b tahun non ENSO Gambar 24. Pendekatan pola Ekman transport bulanan rata-rata pada musim timur : a tahun ENSO; b tahun non ENSO

4.4.3. Curah Hujan

Data curah hujan di stasiun Paotere Makassar periode Januari 1998 – Desember 2008 di peroleh dari stasiun BMKG Pusat, Jakarta. Data tersebut kemudian dihubungkan dengan data konsentrasi klorofil-a di sampling area1 sebelah selatan Selat Makassar, karena stasiun pengambilan data curah hujan oleh BMKG Paotere lokasinya lebih dekat dengan sampling area1. Jumlah curah hujan pada musim barat November – Februari berkisar antara 17 – 1277 mm, pada musim peralihan I Maret – April berkisar antara 77 – 687 mm, pada musim timur Mei – Agustus berkisar antara 0 – 257 mm, dan pada musim peralihan II September – April berkisar antara 0 – 173 mm Lampiran 1. Pada umumnya jumlah curah hujan maksimum terjadi pada musim barat yaitu bulan Januari dan jumlah hujan minimum terjadi pada musim timur yaitu bulan Agustus Gambar 25. Hal tersebut sesuai dengan Wyrtki 1961 bahwa adanya fluktuasi jumlah curah hujan bulanan diakibatkan karena adanya perbedaan pola angin yang terjadi di Indonesia. Pada musim barat, angin membawa banyak uap air yang berasal dari Samudera Pasifik sehingga menyebabkan curah hujan menjadi tinggi sedangkan pada musim timur angin membawa sedikit uap air, karena angin berasal dari daratan Australia sehingga menyebabkan curah hujan rendah. Berdasarkan Gambar 25, secara umum tingginya jumlah curah hujan tidak diikuti dengan kenaikkan konsentrasi klorofil-a sampling area1. Sebaliknya, apabila jumlah curah hujan rendah pada musim timur maka konsentrasi klorofil-a di selatan Selat Makassar tinggi. Konsentrasi klorofil-a pada sampling area1 berbanding terbalik dengan jumlah curah hujan. Hal tersebut dimungkinkan karena pada sampling area1 saat musim timur terjadi fenomena upwelling, jadi 58 Gambar 25. Hubungan antara jumlah curah hujan dan konsentrasi klorofil-a sampling area1 di selatan Selat Makassar meskipun jumlah curah hujan di daerah tersebut rendah, konsentrasi klorofil-a yang ada tinggi.

4.4.4. Sebaran Anomali Tinggi Paras Laut TPL