Suhu dan Curah Hujan

23 Gambar 10. Sebaran nilai KG pada kelas KT Simbolon 1997 dalam Dewi 2005 menyebutkan bahwa di kawasan TNGHS berada pada zona collin ketinggian di bawah 900 mdpl yang didominasi oleh Altingia excelsa, zona sub- montana ketinggian 1,050-1,400 mdpl yang didominasi oleh Schima wallichii, Antidesma montanum, Eurya acuminata, Evodia aromatica , dan juga spesies-spesies dari famili Fagaceae, dan zona montana ketinggian 1,500-1,800 mdpl yang didominasi oleh spesies-spesies dari famili Fagaceae Castanopsis sp., Lithocarpus sp., dan Quercus sp.. Jenis-jenis pohon tersebut umumnya merupakan jenis pohon penting yang teramati sering di manfaatkan EJ baik untuk bersarang, bertengger, maupun berburu Lampiran 13. Selain dari itu, faktor ketinggian berkaitan erat dengan keragaman biota baik tumbuhan maupun satwa. Ketinggian kelas KT pada EJ di TNGHS merupakan zona atau areal peralihan antara tipe hutan dataran rendah dan hutan pegunungan bawah van Steenis 2006 yang memiliki tingkat keanekaragaman spesies yang tinggi. Comber 1990 dalam Whitten 1996 menyatakan bahwa 99 dari 217 spesies anggrek di Pulau Jawa tercatat pada ketinggian 800-1,200 mdpl. Pada selang ketinggian tersebut juga tercatat memiliki keragaman jenis tikus paling banyak dibandingkan dengan rentang ketinggian lainnya 12 jenis yang merupakan salah satu pakan utama EJ.

3.2.4. Aktivitas Manusia

Selain dari karakteristik kondisi habitat, kualitas habitat juga dipengaruhi oleh besaran tingat gangguan terhadap habitat. Besaran tingkat gangguan ditentukan oleh tingkat toleransi atau adaptasi suatu spesies terhadap perubahan lingkungan atau habitatnya. Kerusakan dan degradasi hutan termasuk perubahan hutan menjadi perkebunan, padang rumput, dan areal budidaya lainnya merupakan ancaman paling utama bagi EJ Sozer 1995. Pendekatan parameter yang dapat diukur untuk mengetahui tingkat gangguan terhadap EJ pada penelitian ini adalah jarak dari jalan, jarak dari permukiman dan jumlah penduduk. Variabel JJ berkaitan dengan aksesibilitas masyarakat terhadap sumberdaya. Mayoritas masyarakat di sekitar kawasan TNGHS memiliki aktivitas di bidang pertanian seperti berkebun, berladang dan bertani. Semakin dekat dengan jalan, maka kegiatan-kegiatan tersebut semakin intensif sehingga tingkat aktivitas manusia pada areal sekitar jalan relatif tinggi dibandingkan dengan areal 24 yang jauh dari jalan. Selain dari itu, komoditas pertanian intensif yang dikembangkan biasanya berupa tanaman pangan seragam seperti sayuran dan persawahan dengan tutupan vegetasi yang sangat rendah. EJ di lokasi penelitian, bereaksi negatif terhadap keberadaan jalan. Sebaran kelas KT berada pada jarak yang cukup jauh dari jalan dengan rata-rata JJ 2,207.69 ± 1,445.86 m. Gambar 11. Sebaran nilai JJ pada kelas KT Gambar 12 Sebaran nilai JP pada kelas KT Gambar 13. Sebaran nilai KP pada kelas KT