d. Mata Pencaharian
Mata pencaharian warga sebagian besar sebagai petani dan buruh tani. Hal ini mendukung kegiatan rehabilitasi di TNMB yang memerlukan keterampilan
peserta program rehabilitasi di bidang pertanian. Tabel 3 Mata pencaharian Warga Desa Wonoasri
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1 PNSABRI 64
0,85 2 Kebunswasta
457 6,03
3 Pedagang 114
1,51 4 Petani
3.473 45,86
5 Tukang 97
1,28 6 Buruh
tani 2.467
32,58 7 Jasalain-lain
901 11,90
Jumlah 7.573
100 Sumber: Monografi Desa Tahun 2005
e. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan
Lahan Desa Wonoasri digunakan untuk sawah, halaman, dan ladang atau tegal seluas 580,7 Ha. Penggunaan lahan untuk ladang tegal yang terluas, sebesar
248,37 Ha, halaman seluas 127,20 Ha dan sawah 205 Ha. Kepala Keluarga KK di Desa Wonoasri sejumlah 2.558 orang. Rata-rata penggunaan lahan Desa
Wonoasri oleh setiap KK sebesar 0,23 Ha.
IV. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian lapangan dilaksanakan di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur pada bulan September-Oktober 2006.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ini adalah masyarakat bukanlah sistem yang terpisah dari taman nasional. Taman Nasional Meru Betiri bukan merupakan
ekosistem tersendiri. Pengelolaannya harus memperhatikan atau dikaitkan dengan kondisi dan permasalahan sosial ekonomi masyarakat sekitar Triwibowo, 1991.
Pelibatan masyarakat dalam kegiatan konservasi diharapkan dapat meningkatkan aksi konservasi di taman nasional. Kongres taman nasional dan
kawasan lindung sedunia IV di Caracas, 1992 menyatakan kawasan konservasi dapat dikelola masyarakat, untuk masyarakat serta bersama masyarakat, bukan
memandang masyarakat sebagai lawan atau masalah Wiratno, 2004. Penyelarasan orientasi pengelolaan taman nasional antara pengelola taman
nasional dengan masyarakat di sekitar taman nasional mendukung keberhasilan pelestarian sumberdaya alam hayati.
Masyarakat diikutsertakan dalam pengelolaan taman nasional, dalam kasus ini pada program rehabilitasi taman nasional. Pelibatan masyarakat tentunya
memerlukan timbal balik dari apa yang sudah mereka kerjakan. Tanaman pokok yang mampu memberikan pemasukan bagi kehidupan mereka, mendukung
kesejahteraan masyarakat. Hubungannya dengan tindakan konservasi terletak pada keberlanjutan dari kehidupan tanaman di lahan tersebut dan juga di zona
lainnya di TNMB, selain manfaat yang dapat diperoleh. Jenis-jenis tanaman pokok yang dipilih dalam program rehabilitasi
haruslah berasal dari Meru Betiri itu sendiri. Dalam artian jenis yang ada di lahan rehabilitasi merupakan cerminan dari tumbuhan asli Meru Betiri. Tumbuhan yang
bernilai ekonomi bagi masyarakat dan bernilai ekologi bagi Meru Betiri. Potensi keanekaragaman TNMB harus mampu secara maksimal untuk
dikembangkan. Masyarakat memperoleh sumber penghidupan dari potensi