IV. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian lapangan dilaksanakan di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur pada bulan September-Oktober 2006.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ini adalah masyarakat bukanlah sistem yang terpisah dari taman nasional. Taman Nasional Meru Betiri bukan merupakan
ekosistem tersendiri. Pengelolaannya harus memperhatikan atau dikaitkan dengan kondisi dan permasalahan sosial ekonomi masyarakat sekitar Triwibowo, 1991.
Pelibatan masyarakat dalam kegiatan konservasi diharapkan dapat meningkatkan aksi konservasi di taman nasional. Kongres taman nasional dan
kawasan lindung sedunia IV di Caracas, 1992 menyatakan kawasan konservasi dapat dikelola masyarakat, untuk masyarakat serta bersama masyarakat, bukan
memandang masyarakat sebagai lawan atau masalah Wiratno, 2004. Penyelarasan orientasi pengelolaan taman nasional antara pengelola taman
nasional dengan masyarakat di sekitar taman nasional mendukung keberhasilan pelestarian sumberdaya alam hayati.
Masyarakat diikutsertakan dalam pengelolaan taman nasional, dalam kasus ini pada program rehabilitasi taman nasional. Pelibatan masyarakat tentunya
memerlukan timbal balik dari apa yang sudah mereka kerjakan. Tanaman pokok yang mampu memberikan pemasukan bagi kehidupan mereka, mendukung
kesejahteraan masyarakat. Hubungannya dengan tindakan konservasi terletak pada keberlanjutan dari kehidupan tanaman di lahan tersebut dan juga di zona
lainnya di TNMB, selain manfaat yang dapat diperoleh. Jenis-jenis tanaman pokok yang dipilih dalam program rehabilitasi
haruslah berasal dari Meru Betiri itu sendiri. Dalam artian jenis yang ada di lahan rehabilitasi merupakan cerminan dari tumbuhan asli Meru Betiri. Tumbuhan yang
bernilai ekonomi bagi masyarakat dan bernilai ekologi bagi Meru Betiri. Potensi keanekaragaman TNMB harus mampu secara maksimal untuk
dikembangkan. Masyarakat memperoleh sumber penghidupan dari potensi
tersebut. Salah satu yang dapat dikaji adalah konservasi kedawung Parkia timoriana.
Kedawung merupakan tumbuhan asli Meru Betiri. Secara penampilan, tumbuhan ini merupakan sosok tinggi besar. Akarnya kuat menghujam tanah.
Inilah yang menyebabkan tanah di sekitarnya tidak mudah longsor. Penampilan tersebut memberikan perlindungan bagi tumbuhan lain yang hidup di bawah dan
sekitarnya. Bagian tumbuhan yang mati memberikan nutrisi berguna bagi tumbuhan lain. Selain itu, kedawung juga memiliki khasiat untuk mengobati
berbagai macam penyakit. Manfaat ini yang menyebabkan kedawung menjadi bahan baku industri jamu. Nilai jual yang menyebabkan masyarakat
memanfaatkan kedawung sebagai sumber penghasilannya, walaupun mereka tidak secara langsung menjualnya di industri jamu.
Apabila masyarakat dapat membudidayakan kedawung di lahan rehabilitasi, bukanlah hal yang tidak mungkin bagi mereka untuk dapat menikmati
nilai ekonomi kedawung di samping manfaat ekologi. Lahan rehabilitasi berarti bagi masyarakat sebagai tempat untuk mencari pendapatan. Selain itu, tanaman
pokok di lahan rehabilitasi disamping dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat dari segi ekonomi, diharapkan nantinya dapat menjadi kebun hutan
baru yang berisi plasma nutfah dari Meru Betiri.
C. Jenis dan Pengambilan Data