Analisis Benefit-Cost: Costs Benefit-Cost Analysis

22 2. Information Bias, bias ini terjadi karena responden tidak memiliki pengetahuan memadai atau tidak punya pengalaman terkait dengan atribut yang ditanyakan dalam penelitian. 3. Starting-poin bias, bias ini terjadi karena instrumen survei yang digunakan untuk mewawancarai berupa rentang jarak kemungkinan yang sudah dikenal. Cara untuk menjelaskan rentang jarak yang tercermin dalam kuesioner akan sangat mempengaruhi jawaban dari responden. Rentang jarak Rp. 0 sampai Rp. 500.000 mungkin akan menghasilkan respon yang berbeda jika dibandingkan dengan rentang jarak Rp. 100.000 sampai Rp. 500.000, meskipun sebenarnya tidak ada respon dalam rentang Rp. 0 sampai Rp. 100.000 4. Hypothetical bias, bias ini terjadi karena pembangunan hipotesis perubahan kualitas lingkungan yang tidak sempurna sehingga rentan direspon secara tidak sempurna juga oleh responden.

c. Analisis Benefit-Cost: Costs

Analisis costs dapat dilakukan dalam berbagai tingkatan kebijakan atau proyek Field, 2006:160-164. Ada tiga konsep biaya dalam analisis ini, yaitu: 1 Opportunity costs, penghitungan opportunity costs dari penggunaan sumberdaya tertentu akan ditentukan oleh nilai 23 kesempatan hilang tertinggi yang dimungkinkan jika sumberdaya tersebut digunakan sebagai alternatif kepentingan lain. 2 Environmental costs, kebijakan eliminasi residu dari aktivitas ekonomi pada hakekatnya merupakan sebuah bentuk pengalihan medium media switch, dengan kata lain terdapat sumberdaya lain yang dikorbankan. Contohnya, residu dari reaktor nuklir tidak bisa dikurangi atau dihilangkan, melainkan harus dinetralisasi dengan air selama ribuan tahun. 3 Enforcement costs, peraturan-peraturan terkait lingkungan tidak dapat berjalan sendiri. Harus ada sumberdaya yang disediakan untuk monitoring terhadap perilaku perusahaan- perusahaan, para agen, dan individu untuk patuh kepada peraturan-peraturan dan memberikan sanksi kepada para pelanggarnya 24

C. Surplus Konsumen

Perbedaan harga, tingkat pendapatan konsumen dan selera dalam mengkonsumsi suatu barang atau jasa mengakibatkan perbedaaan penilaian termasuk juga jumlah maksimal yang konsumen bersedia untuk membayar barang dan jasa. Konsumen membayar harga unit terakhir untuk seluruh unit yang dikonsumsi sehingga mereka menikmati suatu surplus utilitas atas harga. Surplus konsumen mengukur nilai ekstra yang diterima konsumen terhadap apa yang mereka bayar untuk suatu barang atau jasa Puswanhari, 2003:34. Hukum utilitas marginal yang semakin menurun menyatakan bahwa, ketika jumlah suatu barang yang dikonsumsi meningkat, utilitas marginal dari barang tersebut cenderung berkurang. Utilitas marginal atau yang berarti tambahan atau ekstra menunjukan utilitas tambahan yang diperoleh dari suatu unit tambahan konsumsi dari suatu komoditas Samuelson dan Nordhaus, 2001: 98. Surplus konsumen terjadi karena konsumen bersedia membayar nilai barang dan jasa di atas harga barang dan jasa itu, hal ini terjadi adanya kepuasan yang berbeda antara konsumen dengan membeli barang dan jasa. Surplus konsumen merupakan perbedaan antara total utility atau kepuasan total yang diperoleh konsumen dengan mengkonsumsi barang tertentu dengan pengorbanan totalnya untuk memperoleh atau mengkonsumsikan jumlah barang tersebut Pyndick dan Rubinfield, 1999: 105.