berkaitan, dan selalu cepat lupa apa yang ia pelajari tanpa latihan yang terus-menerus.
2 Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang
baru. 3
Anak tuna grahita ringan dapat bermain dengan anak regular. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, secara umum anak tuna grahita ringan mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1 Kondisi fisik anak tuna grahita ringan meliputi: bentuk kepala,
mata, hidung dan bentuk tubuh tidak jauh berbeda dengan anak normal umumnya.
2 Kondisi psikis anak tuna grahita ringan meliputi: kemampuan
berfikir rendah, perhatian dan ingatannya lemah, sehingga mengalami kesulitan untuk mengerjakan tugas-tugas yang yang melibatkan fungsi
mental dan intelektualnya, anak menjadi pelupa, cepat bosan, sulit konsentrasi dan sifatnya yang kekanak-kanakan.
3 Kondisi sosial anak tuna grahita ringan tidak dapat atau kurang
dapat bersosialisasi dengan baik dalam lingkungannya. Ditinjau dari segi perkembangan berdasarkan ciri-ciri fisik dan psikis
tersebut maka anak tuna grahita memiliki kemampuan berfikir rendah sehingga mengalami kesulitan dalam mengingat dan mengerjakan tugas yang
melibatkan fungsi mental dan intelektualnya.
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
1 Pengertian Motivasi
Fudyartanto 2002: 258 mengemukakan bahwa “Motivasi adalah usaha untuk meningkatkan kegiatan dalam mencapai tujuan”. Menurut
Muhibin Syah 2003: 151 “Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu”.
Sedangkan menurut pendapat Sardiman A. M dalam Soemarsono, 2007:
12 “Motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi- kondisi tersebut, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu”.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1999: 66 mendefinisikan motivasi sebagai berikut: “Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu”. Hal senada juga diungkapkan oleh
Ngalim Purwanto 2002: 71 bahwa “Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar
tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu”.
Dari tinjauan tentang definisi atau pengertian motivasi menurut pendapat beberapa ahli di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut melakukan suatu kegiatan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Dengan kata lain motivasi merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga menyebabkan
seseorang ingin melakukan suatu tindakan, dan apabila ia tidak suka maka dirinya akan berusaha menghilangkan perasaan tidak sukanya itu.
2 Pengertian Belajar
Untuk memahami arti dari belajar, maka akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi-definisi belajar. Pengertian belajar
menurut Slameto 1995: 34 “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Nana Sudjana 1996: 5 Mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk
seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, ketrampilan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain pada individu
yang belajar. Sedangkan Ngalim Purwanto 1990: 102 Menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu
perubahan atau pembaharuan tingkah laku dan atau kecakapan”. Untuk lebih mengerti dan memahami arti dari belajar, maka perlu
kita ketahui beberapa elemen-elemen penting dalam belajar. Ngalim Purwanto 1990: 84 mengemukakan beberapa elemen-elemen penting
dalam belajar yaitu: a
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih
baik, tetapi juga ada yang memungkinkan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
b Belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil
belajar, seperti pertumbuhan yang terjadi pada seorang bayi.
c Untuk dapat disebut sebagai belajar, maka perubahan itu harus
relatif mantap, harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang. Beberapa lama periode itu
berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tentang perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin
berlangsung sehari-hari, berbulan-bulan, ataupun bertahun- tahun. Ini berarti kita harus menyampaikan perubahan-
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang
biasanya berlangsung sementara.
d Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek afektif, kognitif dan psikomotor, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah
berfikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Untuk lebih memahaminya, Cronbanch dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2003: 157 mengemukakan adanya unsur-unsur utama
dalam belajar. Unsur-unsur tersebut secara singkat dapat kami jelaskan sebagai berikut:
a Tujuan.
Belajar diarahkan kepada pencapaian suatu tujuan dan untuk memahami suatu kebutuhan.
b Kesiapan.
Untuk dapat belajar dengan baik seorang individu perlu memiliki kesiapan, baik fisik maupun psikis, kesiapan yang berupa kematangan
untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
c Situasi.
Belajar berlangsung dalam situasi belajar yang melibatkan tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang
turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar.
d Interpretasi.
Dalam menghadapi situasi, individu mengadakan interpretasi, yaitu melihat hubungan antara komponen-komponen situasi belajar, melihat
makna hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan pencapaian tujuan.
e Respon.
Berpegang dari hasil interpretasi, maka individu memberikan respon dalam belajar.
f Konsekuen.
Setiap usaha pasti akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi entah itu berhasil ataupun kegagalan, demikian juga dengan usaha belajar
siswa. g
Reaksi terhadap kegagalan. Selain keberhasilan, kemungkinan lain yang akan terjadi adalah
kegagalan yang dialami siswa. Bagaimana reaksi siswa saat menerima suatu kegagalan tersebut.
Dari berbagai tinjauan tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses kegiatan yang ditandai
dengan adanya suatu perubahan yang terjadi pada individu, baik berupa tingkah laku, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan yang sifatnya
menetap dalam waktu yang lama. Perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar yang dilakukan individu dalam upaya mencapaian tujuan dari
belajar.
3 Pengertian Motivasi Belajar
Mc. Donald dalam Sardiman, A.M, 1992: 73, menyatakan bahwa “Motivasi adalah perubahan energi psikis diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Dalam kaitannya dengan pengertian tersebut motivasi
mempunyai tiga 3 komponen yakni: a
Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap individu manusia, walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri
manusia, namun penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik. b
Motivasi ditandai dengan munculnya rasa atau feeling, dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang
dapat menentukan tingkah laku manusia. c
Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, yang sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan yang menyangkut soal
kebutuhan. Sardiman A. M 1992: 72 menyatakan bahwa “Motivasi belajar
merupakan faktor psikis yang bersifat non intelek. Peran khasnya dalam menumbuhkan gairah, merasa senang, dan semangat unit belajar”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa gairah dan semangat belajar seseorang akan tumbuh apabila secara psikologis terdapat dorongan yang
timbul dari dalam diri sendiri. Menurut Hamzah B. Uno 2007: 23 “Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”.
Sedangkan W. S Winkel dalam Soemarsono, 2007: 13 menyatakan bahwa: “Motivasi belajar diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak
psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan”. Pendapat
tersebut menggambarkan bahwa dorongan dan kemauan belajar dari dalam diri seseorang akan membangkitkan keseluruhan jiwa raga untuk selalau
berusaha belajar. Dengan demikian maka penulis menarik kesimpulan bahwa motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri anak yang telah menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan kegiatan belajar. Seorang anak
akan giat belajar apabila di dalam dirinya tumbuh motivasi belajar. Akan tetapi, motivasi yang ada pada diri anak tersebut tidak dapat diamati secara
langsung, yang dapat diamati adalah manifestasi dari motivasi yaitu dalam bentuk tingkah laku dan sikap yang nampak dalam bentuk hal yang baru.
Pada intinya bahwa motivasi belajar merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, dalam kegiatan belajar,
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan
arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
b. Faktor Penyebab