28 Keterangan : SB
= Simpangan baku LOD = Limit Of Detection, Batas deteksi
LOQ = Limit Of Quantitation, Batas kuantitasi
3.6.8 Penentuan Kandungan Kafein dan Asam Sitrat dalam Minuman
Berenergi
Untuk penentuan kadar kandungan kafein dan asam sitrat digunakan dua merek
minuman berenergi masing-masing sebanyak 6 botol dengan volume 150 mLbotol. Sebanyak 25 mL larutan diambil dari masing-masing botol kemudian
disaring, lebih kurang 10 mL filtrat pertama dibuang, dan filtrat selanjutnya ditampung larutan sampel.
3.6.8.1 Penentuan Kandungan Kafein dalam Minuman Berenergi
Dipipet sebanyak 0,3 mL larutan sampel ke dalam labu tentukur 25 mL dan
dicukupkan dengan larutan HCl 0,1 N lalu dikocok sampai homogen. Larutan kemudian diukur absorbansinya pada serapan derivat kedua dengan panjang
gelombang analisis kafein 293,60 nm. Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi kafein pada panjang gelombang analisisnya, ditentukan konsentrasi kafein dengan
menggunakan persamaan garis regresinya. Selanjutnya Kadar kafein dalam sampel dapat dihitung dengan rumus:
Kadar µgmL = Kandungan kafein yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan
sampel dianalisis untuk mengetahui data ditolak atau diterima menggunakan uji distribusi t dengan rumus:
29 t
hitung
=
Data diterima jika t
hitung
t
tabel
.Tabel distribusi t dapat dilihat pada Lampiran 26 di halaman 136.
Untuk menghitung simpangan baku SB digunakan rumus Sudjana, 2005: SB =
Keterangan : X = Kadar kandungan zat dalam sampel = Kadar kandungan zat rata-rata sampel
n = jumlah pengulangan Untuk menentukan kadar kandungan kafein sebenarnya dalam sampel dengan
interval kepercayaan 99, α = 1, dk = n-1, dapat digunakan rumus Sudjana, 2005:
Kadar kandungan zat : µ =
α2, dk
x SB Keterangan : µ
: Kadar kandungan sebenarnya : Kadar kandungan zat rata-rata sampel
SB : Simpangan baku
dk : derajat kebebasan dk = n-1
t : harga t tabel sesuai dengan dk = n-1
α : tingkat kepercayaan
n : jumlah pengulangan
3.6.8.2 Penentuan Kandungan Asam Sitrat dalam Minuman Berenergi
Dipipet sebanyak 0,3 mL larutan sampel ke dalam labu tentukur 25 mL dan dicukupkan dengan larutan HCl 0,1 N lalu dikocok sampai homogen. Larutan
kemudian diukur absorbansinya pada serapan derivat kedua dengan panjang gelombang analisis asam sitrat 236,0 nm. Berdasarkan hasil pengukuran
30 absorbansi asam sitrat pada panjang gelombang analisnya, ditentukan konsentrasi
asam sitrat dengan menggunakan persamaan garis regresi. Karena absorbansi asam sitrat dalam sampel yang didapat negatif, maka dilanjutkan dengan teknik
penambahan baku asam sitrat dalam sampel. Disediakan 12 buah labu ukur 25 ml kemudian dipipet 0,3 mL masing-masing sampel kedalam labu ukur lalu
ditambahkan 1,25 mL larutan Induk Baku asam sitrat 10000 μgmL yang setara
dengan konsentrasi 500 μgmL. Dicukupkan volume dengan larutan HCl 0,1 N
lalu dikocok sampai homogen. Sebagai pembanding hasil serapan asam sitrat dalam sampel setelah penambahan baku asam sitrat, dilakukan juga penambahan
baku dengan konsentrasi yang berbeda dengan cara yang sama ditambahkan 1,5 mL larutan induk baku asam sitrat 10000
μgmL yang setara dengan konsentrasi 600
μgmL ke dalam labu ukur 25 mL. Dicukupkan volume dengan larutan HCl 0,1 N lalu dikocok sampai homogen. Kemudian diukur absorbansi asam sitrat
pada serapan derivat kedua dengan panjang gelombang 236,0 nm. Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi asam sitrat pada panjang gelombang
analisisnya, ditentukan konsentrasi asam sitrat menggunakan persamaan garis regresi. Kadar asam sitrat dapat dihitung dengan rumus:
Kadar µgml = Kandungan asam sitrat yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing
larutan sampel dianalisis untuk mengetahui data ditolak atau diterima menggunakan uji distribusi t dengan rumus:
t
hitung
=
Data diterima jika t
hitung
t
tabel
.Tabel distribusi t dapat dilihat pada Lampiran 26
31 di halaman 136.
Untuk menghitung simpangan baku SB digunakan rumus Sudjana, 2005: SB =
Keterangan : X = Kadar kandungan zat dalam sampel = Kadar kandungan zat rata-rata dalam sampel
n = jumlah pengulangan Untuk menentukan kadar kandungan asam sitrat sebenarnya dalam sampel dengan
interval kepercayaan 99, α = 1, dk = n-1, dapat digunakan rumus Sudjana, 2005:
Kadar kandungan zat : µ =
α2, dk
x SB Keterangan : µ
: Kadar kandungan zat sebenarnya : Kadar kandungan zat rata-rata dalam sampel
SB : Simpangan baku
dk : derajat kebebasan dk = n-1
t : harga t tabel sesuai dengan dk = n-1
α : tingkat kepercayaan
n : jumlah pengulangan
3.6.9 Uji Validasi