Hasil Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi .1Kurva Kalibrasi Hasil Penentuan Kandungan Kafein dan Asam Sitrat dalam Sampel Minuman Berenergi

50 adalah nol, sedangkan nilai absorbansi untuk asam sitrat dan larutan campuran keduanya memiliki nilai serapan sama yaitu 0,00130, sehingga untuk asam sitrat panjang gelombang analisisnya adalah pada 236,0 nm. Panjang gelombang analisis kafein yang dipakai adalah 293,60 nm karena pada panjang gelombang tersebut, nilai serapan kafein dan campuran kafein dengan asam sitrat memiliki kedekatan yang lebih tinggi dibandingakan dengan nilai serapan pada panjang gelombang zero crossing kafein yang lain yaitu 222,6 nm dan 274 nm. Pada panjang gelombang analisis kafein 293,60 nm, nilai absorbansi dari asam sitrat adalah nol, sedangkan nilai absorbansi untuk kafein dan larutan campuran kafein dan asam sitrat memiliki nilai serapan sama yaitu 0,00293. Spektrum dan absorbansi kafein dan asam sitrat dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 91 - 92. Hasil pengukuran serapan derivat kedua kafein, asam sitrat dan campuran kafein dan asam sitrat pada panjang gelombang 200-300 nm dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 93 – 97. 4.6 Hasil Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi 4.6.1Kurva Kalibrasi Linearitas kurva kalibrasi menunjukkan hubungan yang linier antara absorbansi dengan konsentrasi. Persamaan regresi kafein, Y = 298,9X – 6,1 x 10 -6 dengan korelasi r = 0,9997 dan asam sitrat, Y = 3 x 10 -6 X dengan korelasi r = 0,9999. Nilai r 0,99 menunjukkan adanya korelasi linier antara X dan Y Watson, 2005. Kurva kalibrasi kafein dan asam sitrat pada masing-masing panjang gelombang 239,60 nm dan 236,0 nm dapat dilihat pada Gambar 4.26 dan Gambar 4.27. 51 Standard Curve Conc. mgl 0.00000 5.00000 10.00000 15.00000 Ab s . 0.00400 0.00300 0.00200 0.00100 0.00000 52 konsentrasi 10 μgmL dan asam sitrat dengan konsentrasi 500 μgmL dapat terdeteksi dan terukur menggunakan metode spektrofotometri derivatif. Batas deteksi merupakan parameter uji batas yang dilakukan untuk mendeteksi jumlah terkecil analit dalam sampel yang masih memberikan respon signifikan dengan blanko sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama Harmita, 2004.

4.7 Hasil Penentuan Kandungan Kafein dan Asam Sitrat dalam Sampel Minuman Berenergi

Seperti yang tertera pada komposisi label kemasan minuman berenergi merek Kratingdaeng ® dan Kratingdaeng-S ® mengandung kafein dengan kadar 50 mg per sajiannya sedangkan kadar kandungan asam sitrat tidak dicantumkan pada label kemasan tersebut. Sampel yang telah disiapkan kemudian diukur pada panjang gelombang 200 – 400 nm. Selanjutnya spektrum hasil serapan ditransformasikan menjadi spektrum serapan derivat kedua dengan Δλ = 4 nm. Berdasarkan spektrum tersebut dapat ditentukan absorbansi kafein dan asam sitrat pada panjang gelombang analisis yang telah diperoleh sebelumnya, yaitu 293,60 nm dan 236,0 nm. Absorbansi kafein dan asam sitrat dalam sampel pada masing-masing panjang gelombang analisis dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Absorbansi kafein dan asam sitrat dalam sampel pada masing-masing panjang gelombang analisis Sampel Absorbansi Kafein pada λ 293,60nm Absorbansi Asam sitrat pada λ 236,0 nm Kratingdaeng ® 0,00118 -0,00079 Kratingdaeng-S ® 0,00119 -0,00078 Absorbansi asam sitrat dalam sampel yang dianalisis didapat nilai negatif, serapan 53 ini disebut sebagai serapan background. Absorbansi asam sitrat pada sampel berbeda dengan absorbansi asam sitrat baku, dimana absorbansi asam sitrat baku yang diukur memiliki nilai positif. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena: i Tidak terdapat kandungan asam sitrat dalam sampel minuman yang diuji. ii Terdapatnya gangguan matriks dengan konsentrasi lebih besar sehingga menutupi spektrum absorbansi asam sitrat dalam sampel. iii Gangguan dari matriks ini mungkin juga bereaksi dengan sebagian asam sitrat dalam proses kesetimbangan membentuk senyawa lain sehingga terbentuk molekul yang lebih besar. Molekul yang lebih besar mengarahkan kepada efek batokromik yaitu pada peningkatan panjang gelombang senyawa ke arah yang lebih besar. Perubahan panjang gelombang tersebut akan merubah panjang gelombang analisis sehingga pengukuran jumlah zat pada panjang gelombang awal tidak bisa dilakukan. Berdasarkan pada alasan diatas, untuk membuktikan adanya kandungan asam sitrat dalam sampel seperti yang tertera dalam komposisi label kemasan sampel minuman berenergi, dilakukan uji kualitatif asam sitrat pada sampel minuman berenergi. Uji kualitatif dilakukan dengan pereaksi Deninges yang menunjukkan adanya asam sitrat yang terkandung dalam sampel tetapi hasil uji tersebut positif untuk asam sitrat bebas, bentuk sitrat terikat dan bentuk garam sitrat. Uji kualitatif asam sitrat dengan pereaksi deninges dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 69. Menurut Nurhidayati 2013, kontribusi gangguan serapan background, yang dapat digambarkan sebagai polynomial derivatif kedua dan ketiga hilang pada derivatif keempat. Pada prakteknya, matriks pengganggu tidak selalu bisa dihilangkan dengan menaikkan orde. Pada kondisi tertentu metode standar adisi 54 perlu digunakan untuk mengkompensasikan pengaruh matriks, oleh karena itu estimasi kandungan asam sitrat dalam sampel dilanjutkan dengan teknik adisi yaitu penambahan sejumlah baku ke dalam sampel dan diukur secara spektrofotometri derivatif ultraviolet pada panjang gelombang analisisnya. Prinsip adisivitas menurut hukum Lambert-Beer adalah absorbansi sebanding dengan jumlah molekul yang menyerap radiasi pada panjang gelombang tertentu. Prinsip ini berlaku jika ada lebih dari satu senyawa yang dapat menyerap radiasi. Semua metode kuantitatif multikomponen didasarkan pada prinsip bahwa absorbansi pada setiap panjang gelombang campuran adalah sama dengan jumlah absorbansi dari masing-masing komponen dalam campuran pada panjang gelombangnya Owen, 2000. Berdasarkan prinsip adisivitas tersebut, jumlah asam sitrat yang menyerap radiasi pada panjang gelombang analisis dapat dihitung seperti berikut: A = Perubahan A setelah diadisi – A baku pengadisi A = A setelah diadisi – A sebelum diadisi – A baku pengadisi A asam sitrat = 0,00076 – -0,00078 – 0,00150 A asam sitrat = 0,0004. Absorbansi kafein dan asam sitrat setelah penamabahan baku asam sitrat dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. 55 Tabel 4.3 Absorbansi kefein dan asam sitrat setelah penambahan baku asam sitrat 500 μgmL pada derivat kedua Sampel Absorbansi Kafein pada λ 293,60 nm Absorbansi Asam sitrat setelah penambahan baku asam sitrat 500 μgmL pada λ 236,0 nm Kratingdaeng ® 0,00119 0,00004 Kratingdaeng-S ® 0,00118 0,00007 Tabel 4.4 Absorbansi kefein dan asam sitrat setelah penambahan baku asam sitrat 600 μgmL pada derivat kedua Sampel Absorbansi Kafein pada λ 293,60 nm Absorbansi Asam sitrat setelah penambahan baku asam sitrat 600 μgmL pada λ 236,0 nm Kratingdaeng ® 0,00119 0,00005 Kratingdaeng-S ® 0,00118 0,00007 Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, penambahan baku asam sitrat dalam sampel ternyata dapat mengembalikan serapan asam sitrat pada panjang gelombang 236,0 nm ke daerah absorbansi positif dan hasil pengukuran ini tidak mempengaruhi absorbansi kafein. Hasil pengukuran kafein dan asam sitrat dengan metode penambahan baku tersebut setelah dihitung kadarnya selanjutnya diuji validasi untuk menunjukkan kebenaran dan keabsahannya valid. Hasil analisis kandungan jumlah kafein dan asam sitrat dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 113 dan 114. Kurva tumpang tindih kafein konsentrasi 10 μgml dan asam sitrat 500 μgml dengan sampel dapat dilihat pada Gambar 4.28 dan Gambar 4.29. Kurva tumpang tindih kafein konsentrasi 10 μgml dan asam sitrat 500 μgml dengan sampel setelah penambahan baku asam sitrat dapat dilihat pada Gambar 4.30 dan Gambar 4.31. 56 nm. 202.49 250.00 300.00 3 A bs . 0 0090 0.00500 0.00000 -0.00500 -0.00944 57 nm. 202.91 250.00 300.00 3 A bs . 0.00889 0.00500 0.00000 -0.00500 -0.00851 58 gelombang analisis asam sitrat terdapat di daerah negatif. Pada Gambar 4.30 dan 4.31 setelah penambahan baku asam sitrat dalam sampel didapat pita serapan sampel pada panjang gelombang analisis asam sitrat 236,0 nm kembali ke daerah positif. Penambahan baku asam sitrat kedalam sampel tidak mempengaruhi pita serapan sampel pada panjang gelombang analisis kafein pada 293,6 nm. Kandungan kafein dan asam sitrat pada sampel setelah diadisi dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tab el 4.5 Kandungan kafein dan asam sitrat dalam sampel setelah penambahan baku asam sitrat 500 μgml Sampel Kandungan Kafein Kandungan Asam Sitrat Kratingdaeng ® 49,4713 ± 0,5109 mg 1050,7729 ± 79,9639 mgkg Kratingdaeng-S ® 50,9210 ± 0,3524 mg 1746,9913± 352,1797 mgkg Berdasarkan tabel di atas, kandungan kafein dan asam sitrat pada minuman berenergi merek Kratingdaeng ® adalah 49,4713± 0,5109 mg dan 1050,7729 ± 79,9639 mgkg secara berturut turut sedangkan kandungan kafein dan asam sitrat pada merek Kratingdaeng-S ® adalah 50,9210 ± 0,3524 mg dan 1746,9913 ± 352,1797 mgkg secara berturut-turut. Kandungan kafein dan asam sitrat dalam minuman berenergi merek Kratingdaeng ® memenuhi persyaratan SNI 01-6684- 2002, sedangkan kandungan kafein pada merek Kratingdaeng-S ® tidak memenuhi persyaratan tersebut. Kandungan asam sitrat dalam minuman berenergi merek Kratingdaeng ® dan Kratingdaeng-S ® sampai saat ini belum dibatasi kadar penggunaannya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Peraturan Kepala BPOM R.I. No. 8 Tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pengatur keasaman yaitu penggunaan asam sitrat dalam 59 minuman secukupnya. Pada label kemasan sampel Kratingdaeng ® dan Kratingdaeng-S ® tidak dicantumkan dengan jelas jumlah komposisi bahan tambahan pangan yang terkandung di dalamnya sehingga hasil pengukuran asam sitrat yang diperoleh tidak dapat dibandingkan dengan kadar asam sitrat yang sebenarnya digunakan dalam formulasi pembuatan sampel minuman tersebut.

4.8 Hasil Uji Validasi