Rumah tangga yaitu seluruh urusan keluarga untuk hidup bersama dikerjakan bersama dibawah pimpinan seseorang yang ditetapkan menurut tradisi. Konstruksi sosial
yang menggunakan ideologi gender menetapkan bahwa pimpinan keluarga adalah ayah suami. Namun walaupun demikian, pada beberapa daerah di pedesaaan di Jawa,
keputusan-keputusan yang menyangkut hidup anggota keluarga, ayah suami selalu mengajak bermusyawarah ibu istri, serta anak-anak yang dianggap sudah mampu.
Urusan-urusan pokok untuk mendapatkan suatu kehidupan dilaksanakan keluarga sebagai unit-unit produksi yang sering kali mengadakan pembagian kerja di antara
anggota-anggotanya. Jadi, keluarga bertindak sebagai unit yang terkoodinir dalam produksi ekonomi. Ini dapat menimbulkan adanya industri-industri rumah di mana semua
anggota keluarga terlibat di dalam kegiatan pekerjaan atau mata pencaharian yang sama. Dengan adanya fungsi ekonomi maka hubungan di antara anggota keluarga bukan hanya
sekedar hubungan untuk melanjutkan keturunan, akan tetapi juga memandang keluarga sebagai sistem hubungan kerja.
2.3 Perspektif Perekonoian Keluarga
Analisis alternatif mengenai peran perempuan dapat dilihat dalam tiga perspektif dalam kaitannya sebagai individu yang memiliki banyak peranan. Hubeis dalam Toety
Herati Noerhadi 1990:152 menyatakan tiga perspektif yang dimaksud meliputi:
Universitas Sumatera Utara
1. Peran Tradisi
Peran tradisi merupakan peran domestik yang menjadi urusan perempuan, semua pekerjaan rumah dari membersihkan rumah, memasak, merawat anak, dan hal lain
yang berkaitan dengan rumah tangga.
2. Peran Transisi
Peran transisi merupakan peran peralihan dari peran domestik mulai bergeser kepada peran publik yang dilakukan perempuan. Kondisi ekonomi menjadi
determinan utama bagi seorang perempuan mengambil keputusan untuk melakukan suatu kegiatan yang menghasilkan yang dapat membantu
perekonomian keluarga.
3. Peran Kontemporer
Merupakan peran yang dijalankan perempuan tanpa menjalankan peran domestiknya. Artinya seorang perempuan hanya memiliki peran di luar rumah
tangga atau yang sering kita sebut sebagai perempuan wanita karir. Perempuan yang terlibat dalam peran ini biasanya memilih untuk tidak menikah dan mencari
nafkah hidup sendiri.
Perspektif perempuan sebagai tulang punggung keluarga menunjukkan bahwwa kaum perempuan adalah aset. Dalam hal ini, perempuan harus mempunyai kemampuan
untuk melihat potensi maupun peluang yang mungkin dapat dikembangkan. Besarnya peran perempuan untuk memanfaatkan potensi merupakan pendekatan praktis yang dapat
Universitas Sumatera Utara
dilakukan pada saat kondisi perekonomian keluarga memaksa perempuan memainkan peranannya sebagai penyangga ekonomi keluarga. Sukesi, 2010
2.4 Hasil-Hasil Penelitian mengenai Peranan Perempuan Pesisir
Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan peranan perempuan pesisir dalam perekonomian nelayan antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Slamet
Widodo 2012, dalam penelitiannya yang berjudul Peran Perempuan dalam Sistem Rumah Tangga Nelayan. Penelitian ini mengkaji tentang kegiatan dan peranan
perempuan terutama istri di dua desa yaitu Desa Kwanyar Barat dan Desa Karang Agung. Penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki hal-hal yang bermanfaat dalam
membantu suami untuk menunjang kelangsungan ekonomi rumah tangga mereka. Pada kondisi ini, istri dituntut untuk ikut berperan dalam mencari tambahan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga mereka tidak hanya tinggal diam di rumah untuk menanti dan membelanjakan penghasilan suami mereka dari melaut.
Peranan perempuan dalam penelitian ini terlihat ketika perahu kembali dari laut dan membawa hasil tangkapan. Pada saat itu, perempuan terlibat dalam penjualan
tangkapan. Di Kwanyar Barat maupun di Karang Agung, perempuan mempunyai peran yang berarti terjualnya hasil tangkapan. Pada masyarakat di kedua desa ini, bukanlah hal
yang baru apabila istri terlibat dalam aktifitas dalam menambah nafkah rumah tangga. Justru keterlibatan mereka mendapa dukungan dari para suami, karena mereka suami
melihat bahwa pekerjaan ini tidak menggangu tugas utama mereka sebagai istri dan ibu.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Aminah Nuraini 2004 membahas mengenai peranan perempuan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat pesisir di Muara Angke yang ditinjau dari
perspektif gender. Penelitian ini terdiri dari 10 orang responden perempuan, 10 orang suami responden dan 27 anak responden. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode studi kasus dan jenis pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa telah banyak
perempuan yang aktif dalam kegiatan produktif dan sosial kemasyarakatan. Hal ini terlihat dari total alokasi curahan waktu pada perempuan pada ketiga jenis kegiatan
peran reproduktif, peran produktif, dan sosial kemasyarakatan yaitu sebesar 17,91 jamhari atau sekitar 74,63 dan total curahan waktu laki-laki pada ketiga jenis kegiatan
ini adalah sebesar 17,96 jamhari atau sekitar 74,83. Kegiatan produktif yang dilakukan perempuan berpengaruh pada penghasilan keluarga dan menyebabkan beban yang
ditanggung laki-laki sebagai pencari nafkah utama keluarga lebih ringan. Dalam penelitian ini, terlihat bahwa tidak ada persaingan pendapatan antara suami istri, selama
tujuannya adalah untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yanti Puji, Sri Hartati, Nur Isnaeni 2008 yang berjudul Peran dan Potensi Wanita Pesisir dalam
Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi Rumah Tangga di Kota Tegal. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalan bahwa wanita pesisir hampir seluruhnya bekerja untuk
menambah penghasilan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga. Berbagai macam jenis pekerjaan dilakukan baik yang berhubungan dengan sektor perikanan
maupun yang bukan sektor perikanan. Sebagian besar wanita pesisir 83 bekerja di sektor perikanan seperti: menjadi buruh fillet ikan 57, menjual ikan 12, dan
Universitas Sumatera Utara
sisanya bekerja di luar sektor perikanan yaitu sebesar 17. Kontribusi penghasilan wanita pesisir ini mencapai 50 dari tingkat pemenuhan kebutuhan rumah tangga.
Penelitian yang juga mengkaji tentang perempuan pesisir adalah penelitian yang di lakukan oleh Achmad Mulyadi 2011 dengan penelitian yang berjudul Perempuan
Madura Pesisir Meretas Budaya Mode Produksi Patriarkat. Achmad melihat perempuan pesisir dalam perspektif Gender Equality dimana perspektif ini memberikan pandangan
yang luas bagi istri nelayan untuk terlibat aktif dalam kegiatan publik dengan tidak mengorbankan tanggung jawab domestiknya. Dasar dari keterlibatan mereka adalah atas
kesadaran dan kemauan mereka sendiri. Keterlibatan istri dalam dunia publik, khususnya bekerja yang berkaitan dengan ikan baik menjual, menjemur, mengelola hasilnya home
industry, maupun yang lainnya, menjadi kebanggaan bagi suami. Ini disebabkan keterlibatan tersebut dapat memberi kontribusi yang bermakna bagi keluarga mereka dan
dapat menopang derajat ekonomi serta kelangsungan hidup mereka sehingga kesejahteraan hidupnya menjadi meningkat.
2.5 Penyebab Kemiskinan Nelayan