Peranan Perempuan Pesisir Dalam Meningkatkan Daya Tahan Ekonomi Keluarga Nelayan (Survei Pada Perempuan Pesisir di Desa Mela I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanauli Tengah)

(1)

PERANAN PEREMPUAN PESISIR DALAM MENINGKATKAN

DAYA TAHAN EKONOMI KELUARGA NELAYAN

(Survei Pada Perempuan Pesisir di Desa Mela I, Kecamatan Tapian Nauli,

Kabupaten Tapanauli Tengah)

SKRIPSI

Diajukan oleh : Onkaruna Nainggolan

090901036

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Medan 2013


(2)

ABSTRAK

Kajian tentang perempuan tidak akan pernah habis untuk dibahas. Perkembangan penelitian tentang perempuan semakin hari semakin mengalami peningkatan, terutama khusunya dalam aspek pertanian dan kelautan. Keadaan pendapatan nelayan yang tidak menentu secara langsung mempengaruhi berbagai aspek kehidupan para nelayan di Kabupaten Tap-Teng, khususnya di daerah Mela I, mulai dari segi ekonomi, kesehatan, tingkat pendidikan yang dapat diperoleh keluarga nelayan, gaya hidup, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga nelayan tidak akan pernah tercukupi apabila hanya mengandalkan pekerjaan pokok saja. Gambaran kondisi seperti ini akhirnya membuat ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya menjalankan peran reproduktif (peran domestik/ peran dalam rumah tangga), kemudian terjun dalam sektor produktif dengan uang menjadi salah satu alternatif untuk menyiasati kekosongan penghasilan ikut serta menopang perekonomian keluarga. Peran serta perempuan dalam menghasilkan nelayan di musim paceklik, dan meningkatkan daya tahan ekonomi rumah tangga nelayan. Penelitian ini membahas tentang sejauh mana peranan yang dilakukan oleh perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan perekonomian keluarga. Selain itu, penelitian ini juga melihat tentang keseimbangan antar peranan yang di jalankan oleh para perempuan pesisir dan alokasi waktu yang mereka gunakan dalam bekerja. Penelitian ini berlokasi di Desa Mela I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanauli Tengah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan teknik pemilihan sampel didasarkan pada purposive sampling techniques yaitu pemilihan sampel yang didasarkan pada karakteristik tertentu sesuai sasaran penelitian dan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 77 orang. Penelitian ini menunjukkan adanya peranan yang dilakukan para perempuan pesisir melalui sektor produktif yang mereka kerjakan guna meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat kasih-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Rasa terima kasih yang mendalam saya sampaikan kepada kedua orang tua (O. Nainggolan dan K.br Siahaan) yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil sehingga sampai saat ini saya dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Skripsi ini saya persembahkan sebagai wujud ucapan terimakasih atas kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan, saya diajari untuk bekerja keras, terbuka terhadap pendapat orang lain, memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan mengevaluasi diri. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara; Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; Bapak Drs. T. Ilham Saladin, MSP selaku Sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang selama ini memberikan saran dan evaluasi. Pada penulisan skripsi ini, Bapak banyak memberikan motivasi, pengetahuan dan mengarahkan saya mulai dari awal pemilihan judul sampai skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu Dosen Sosiologi dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan materi perkuliahan selama menjalani pendidikan di FISIP USU. Terimakasih kepada seluruh staf pendidikan Departemen Sosiologi, Kak Feny, Kak Betty, Kak Sugi terimakasih untuk bantuan dalam urusan administrasi selama


(4)

ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Kepala desa dan Sekretaris Desa Mela 1 yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk melaksanakan penelitian dan meluangkan waktu untuk menemani saya dalam melakukan survey. Terimakasih kepada Masyarakat Desa Mela I yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Saya juga mengucapkan terimakasih untuk orang-orang terkasih yang selalu menyemangati saya daya dan mendukung saya dalam doa. Terimakasih kepada saudara-saudara saya, kepada Kakak tercinta, Lasma Rumondang, A.md dan adik terkasih, Yehezkiel Rizki yang selalu menyemangati, mengingatkan saya untuk tetap fokus, kepada sahabat-sahabatku: Dina Mariana. S.Sos; Suartri Welly Harefa. S.Sos; Widya Marbun. S.Sos; dan Lely Lumban Toruan. S.Sos yang mengajari banyak hal dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kepada keluarga besar Yayasan Giving Indonesia (YGI) dan Yayasan Giving Ministry (YGM) yang senantiasa mendorong saya untuk tetap bergerak maju. Terimakasih kepada senior-senior Sosiologi FISIP USU, teman-teman stambuk 2009, khususnya kepada Tim ANBU Research (syahid ismail, tian, yoan reza, welly,dll).

Saya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2013 Onkaruna Nainggolan


(5)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... Lembar Pengesahan ...

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Kerangka Teori ... 5

Teori Peranan ... 7

Teori Gender ... 9

Teori Struktural Fugsional ... 12

1.6 Hipotesis Penelitian ... 15

1.7 Defenisi Operasional ... 16

1.8 Operasionalisasi Variabel………... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18


(6)

2.2 Manajemen Rumah Tangga ... 19

2.3 Perspektif Perekonomian Keluarga... 20

2.4 Hasil-Hasil Penelitian ... 22

2.5 Penyebab Kemiskinan Nelayan……….. . 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………. . 27

3.2 Lokasi Penelitian ... 27

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.5 Instrumen dan Aspek Pengukuran ... 31

3.6 Pengolahan dan Analisa Data ... 31

3.7 Jadwal Kegiatan ... 33

3.8 Keterbatasan Penelitian ... 34

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Desa.... …………... 35

4.2 Kondisi Demografis Desa ... 38

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi...40

4.4 Kondisi Sosial Budaya ... 41

4.5 Sarana dan Prasarana...42

4.6 Temuan Data ...44

4.6.1 Karakteristik Responden ...44

4.7 Hasil Analisa Data ...46


(7)

BAB V PENUTUP ... 63

6.1 Kesimpulan... 63

6.2 Saran ... 64

Daftar Pustaka ... viii


(8)

ABSTRAK

Kajian tentang perempuan tidak akan pernah habis untuk dibahas. Perkembangan penelitian tentang perempuan semakin hari semakin mengalami peningkatan, terutama khusunya dalam aspek pertanian dan kelautan. Keadaan pendapatan nelayan yang tidak menentu secara langsung mempengaruhi berbagai aspek kehidupan para nelayan di Kabupaten Tap-Teng, khususnya di daerah Mela I, mulai dari segi ekonomi, kesehatan, tingkat pendidikan yang dapat diperoleh keluarga nelayan, gaya hidup, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga nelayan tidak akan pernah tercukupi apabila hanya mengandalkan pekerjaan pokok saja. Gambaran kondisi seperti ini akhirnya membuat ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya menjalankan peran reproduktif (peran domestik/ peran dalam rumah tangga), kemudian terjun dalam sektor produktif dengan uang menjadi salah satu alternatif untuk menyiasati kekosongan penghasilan ikut serta menopang perekonomian keluarga. Peran serta perempuan dalam menghasilkan nelayan di musim paceklik, dan meningkatkan daya tahan ekonomi rumah tangga nelayan. Penelitian ini membahas tentang sejauh mana peranan yang dilakukan oleh perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan perekonomian keluarga. Selain itu, penelitian ini juga melihat tentang keseimbangan antar peranan yang di jalankan oleh para perempuan pesisir dan alokasi waktu yang mereka gunakan dalam bekerja. Penelitian ini berlokasi di Desa Mela I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanauli Tengah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan teknik pemilihan sampel didasarkan pada purposive sampling techniques yaitu pemilihan sampel yang didasarkan pada karakteristik tertentu sesuai sasaran penelitian dan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 77 orang. Penelitian ini menunjukkan adanya peranan yang dilakukan para perempuan pesisir melalui sektor produktif yang mereka kerjakan guna meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga.


(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Saat ini pembahasan mengenai peran perempuan menjadi topik yang amat sering di perbincangkan. Perempuan yang dulunya dianggap sebagai kanca wingking, pada zaman modern ini beralih peran menjadi perempuan yang memiliki peran dalam peningkatan ekonomi. Perempuan ikut berkontribusi terhadap ketahanan ekonomi dalam sebuah keluarga. Bukan hanya di daerah perkotaan saja, melainkan juga di daerah yang perkembangannya belum terlalu pesat. Contoh kasus yang paling sering kita temukan dimana perempuan/istri turut mengambil bagian dalam meningkatkan pendapatan keluarga adalah dalam keluarga nelayan. Tingkat penghasilan yang diperoleh nelayan seringkali tidak sesuai dengan harapan, terlebih lagi jika nelayan tersebut memiliki tingkatan sebagai nelayan buruh. Para nelayan buruh ini menggantungkan nasib sepenuhnya pada hasil tangkapan dan kebaikan hati para toke (pemilik kapal,pemilik alat produksi).

Kabupaten Tapanuli Tengah adalah bagian wilayah di Kepulauan Sumatera Utara yang terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 200 km dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil dengan luas wilayah 2.188 Km². Sebagian besar wilayah Kabupaten Tapanauli Tengah dikelilingi oleh pegunungan dan lautan yang terbentang luas. Letaknya yang strategis membuat daerah ini menjadi salah satu daerah objek wisata bahari yang menarik untuk dikunjungi dan merupakan daerah penghasil komoditi laut yang cukup unggul di sepanjang Pantai Barat Sumatera Utara. Salah satu daerah tempat bermukimnya


(10)

para nelayan adalah Desa Mela I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tap-Teng. Desa Mela I merupakan sebuah desa kecil pecahan wilayah dari kecamatan Tapian Nauli, dimana desa ini masih sarat dengan sikap keramah-tamahan dan sikap saling peduli antara satu penduduk dengan penduduk yang lain. Penduduk desa Mela I mayoritas terdiri dari suku Batak, kemudian suku Nias, Minang dan Jawa. Dan agama yang dianut adalah agama Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik.

Tingkat penghasilan yang diperoleh para nelayan di Desa Mela I sangat tergantung pada fluktuasi musim. Ada musim ketika ikan-ikan sangat banyak dan mudah ditangkap (musim panen), tetapi di musim berikutnya adalah musim paceklik bagi para nelayan, atau sering disebut dengan musim terang bulan yang berlangsung pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret. Ketika musim terang bulan tiba, maka ikan-ikan menjadi sulit ditangkap sehingga hasil diperoleh jauh lebih sedikit. Kondisi kemiskinan yang dialami keluarga nelayan semakin diperparah dengan status mereka yang lebih banyak bekerja sebagai nelayan buruh, yaitu nelayan yang pendapatannya sangat bergantung pada jumlah hasil laut yang di peroleh dan dari kemurahan hati toke (pemilik modal dan alat produksi).

Keadaan pendapatan nelayan yang tidak menentu secara langsung mempengaruhi berbagai aspek kehidupan para nelayan di Kabupaten Tap-Teng, khususnya di daerah Mela I, mulai dari segi ekonomi, kesehatan, tingkat pendidikan yang dapat diperoleh keluarga nelayan, gaya hidup, dan lain-lain. Pemenuhan kebutuhan hidup dalam keluarga nelayan tidak akan pernah tercukupi apabila hanya mengandalkan pekerjaan pokok saja.

Gambaran kondisi seperti ini akhirnya membuat ibu rumah tangga yang sebelumnya hanya menjalankan peran reproduktif (peran domestik/ peran dalam rumah tangga),


(11)

kemudian terjun dalam sektor produktif dengan ikut serta menopang perekonomian keluarga. Peran serta perempuan dalam menghasilkan uang menjadi salah satu alternatif untuk menyiasati kekosongan penghasilan nelayan di musim paceklik, dan meningkatkan daya tahan ekonomi rumah tangga nelayan.

Begitu pula halnya yang dialami oleh para perempuan pesisir Desa Mela I. Perempuan pesisir di Desa Mela I memilih untuk bekerja ditengah kesibukan yang harus mereka jalankan sebagai ibu rumah tangga. Kebanyakan dari mereka memilih bekerja sebagai penjual dan pengolah hasil laut demi meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga. Alasan utama mereka memilih pekerjaan ini adalah karena waktunya yang tidak terikat (fleksibel) dan bahan bakunya mudah untuk didapatkan. Jadi mereka masih memiliki waktu untuk mengerjakan pekerjaan mereka sebagai ibu rumah tangga yang bertugas untuk mengurus kebutuhan pribadi anak-anak beserta suami. Mereka menyadari bahwa mereka harus berperan aktif agar kebutuhan dalam keluarga mereka bisa terpenuhi. Mereka tahu sebagian besar tanggungjawab kelangsungan hidup sehari-hari pada keluarga tersebut ada ditangan perempuan sebagai ibu sekaligus ayah (temporal single parent).

Namun masalah yang sering muncul adalah ketika peran yang dilakukan oleh para perempuan di sektor publik masih dianggap sebelah mata. Kontribusi yang diberikan perempuan melalui sektor publik dianggap tidak sepadan dengan pengeluaran keluarga. Begitu pun halnya dengan sistem pengupahan yang diterima oleh perempuan ketika mereka bekerja. Kaum perempuan cenderung menerima upah yang lebih rendah dibandingkan upah diterima kaum pria. Belum lagi adanya anggapan bahwa ketika


(12)

perempuan yang sudah bekerja cenderung akan melupakan tanggung jawabnya secara kodrati.

Adanya proses peralihan peran serta masalah yang harus dialami oleh perempuan, khususnya perempuan pesisir inilah yang mendasari peneliti tertarik untuk memilih penelitian dengan judul Peranan Perempuan dalam Meningkatkan Daya Tahan Ekonomi Keluarga Nelayan.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang tersebut, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peranan perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga nelayan dan sejauh apa peranan tersebut mempengaruhi peningkatan daya tahan ekonomi dalam keluarga nelayan.

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta mengukur keterlibatan/ peranan perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga nelayan.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu sosiologi seperti kajian sosiologi gender.


(13)

2. Memberi manfaat bagi peneliti agar lebih memahami bagaimana sebenarnya peranan perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarganya.

3. Sebagai sumbangan bagi pihak yang ingin memperluas wacana dan pengetahuan seputar peranan yang dilakukan perempuan pesisir bagi pemenuhan kebutuhan keluarganya.

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Teori Peranan

Peranan (role) merupakan proses dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Kedudukan dengan peranan tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.(Soekanto, 2009:212-213). Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.


(14)

Wirutomo mengemukakan pendapat David Berry bahwa dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat di dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan yanglain.lain.

Peranan sosial yang ada dalam masyarakat dapat diklasifikasikan menurut bermacam-macam cara sesuai dengan banyaknya sudut pandang. Secara garis besar peranan dibagi menurut pelaksanaannya dan cara memperolehnya yaitu:

Berdasarkan pelaksanaannya:

1. Peranan yang diharapkan (expected roles): cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan yang diharapkan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan.

2. Peranan yang disesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana peranan itu dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih luwes, dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi tertentu.


(15)

1. Peranan bawaan (ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena usaha, misalnya: peranan sebagai seorang ibu, nenek, dan lain-lain.

2. Peranan pilihan (achieved roles), yaitu peranan yang diperoleh atas dasar keputusannya sendiri, misalnya seseorang yang memilih untuk kuliah.

1.5.2 Teori Gender

1.5.2.1 Konsep Gender

Istilah gender pada awalnya dikembangkan sebagai suatu analisis ilmu sosial oleh Ann Oakley dan sejak saat itu gender lantas dianggap sebagai alat analisis yang baik untuk memahami persoalan diskriminasi terhadap kaum perempuan secara umum. Gender berbeda dengan jenis kelamin (seks). Seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara biologis dan melekat pada jenis kelamin tertentu. Oleh karena itu, konsep jenis kelamin digunakan untuk membedakan laki-laki dan perempuan berdasarkan unsur biologis dan anatomi tubuh (Tuttle, Lisa, Encyclopedia of Feminism, 1968). Sedangkan gender adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan pembedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Gender adalah kelompok atribut dan perilaku yang dibentuk secara kultural yang ada pada laki-laki dan perempuan.

Gender adalah konsep hubungan sosial yang membedakan (memisahkan) fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan. Pembedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan. Pembedaan fungsi antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan oleh karena keduanya terdapat perbedaan biologi atau kodrat, melainkan dibedakan


(16)

menurut kedudukan, fungsi dan peranan masing-masing dalam berbagai kehidupan dan pembangunan.

Engles (dalam Fakih, 1997) rmenjelaskan perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang seperti proses sosialisasi, penguatan, konstruksi sosial, kultural, keagamaan, bahkan melalui kekuasaan Negara Karena melalui proses yang sedemikian panjang, maka perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan seolah-olah menjadi ketentuan Tuhan. Demikian pula sebaliknya, sosialisasi konstruksi sosial tentang gender secara evolusi pada akhirnya mempengaruhi perkembangan fisik dan biologis masing-masing jenis kelamin. Seperti misalnya, gender laki-laki harus kuat dan agresif, sehingga dengan konstruksi sosial semacam itu menjadikan laki-laki termotivasi mempertahankan sikap tersebut.

Dengan demikian gender sebagai suatu konsep merupakan hasil dari pemikiran manusia, dibentuk oleh masyarakat sehingga gender bersifat dinamis dan tidak berlaku secara universal, melainkan sesuai dengan situasional masyrakatnya. Untuk mengetahui lebih jelas tentang perbedaan antara seks (jenis kelamin) dan gender, dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 1.5.1 Perbedaan Seks dan Gender

SEKS GENDER

Biologis Kultur, adat istiadat


(17)

Kodrat (alami) Kontruksi sosial

Tidak dapat diubah Dapat diubah (dinamis) Peran Seks:

Laki-laki: Produksi

Perempuan: Reproduksi (haid, hamil, melahirkan, menyusui dan lain-lain)

Peran Gender: memasak, mencuci, merawat anak dan orangtua, mendidik anak, bekerja diluar rumah, menjadi tenaga professional, dan sebagainya.

Perbedaan konsep gender secara sosial telah melahirkan perbedaan peran perempuan dan laki- laki dalam masyarakat. Secara umum adanya gender telah melahirkan perbedaan peran, tanggung jawab, fungsi dan bahkan ruang tempat dimana manusia beraktifitas.

1.5.2.2 Ketimpangan Gender dalam Masyarakat

Perbedaan gender (gender differences) tidak menjadi masalah selama hal tersebut tidak memunculkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun dalam aplikasi gender yang terdapat di masyarakat belumlah sesuai dengan yang diharapkan, hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh budaya setempat yang masih cenderung menganut sistem patriarkat. Adapun beberapa bentuk ketidakadilan gender yang terdapat dalam masyarakat antara lain:

1. Gender dan Marginalisasi Perempuan

Marginalisasi perempuan adalah proses pemiskinan atas perempuan yang disebabkan oleh perbedaan gender. Marginalisasi perempuan dapat bersumber dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, tradisi atau kebiasaan, dan ilmu pengetahuan. Revolusi hijau (green revolution) misalnya, secara ekonomis


(18)

telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya dan kehilangan pekerjaan sehingga terjadilah proses pemiskinan terhadap perempuan.

2. Gender dan Subordinasi

Secara umum subordinasi sering diartikan sebagai penomorduaan terhadap suatu jenis kelamin yang disini adalah perempuan. Adanya anggapan dalam masyarakat bahwa perempuan itu emosional, irasional dalam berpikir, perempuan tidak bisa tampil sebagai pemimpin (sebagai pengambil keputusan), maka akibatnya perempuan ditempatkan pada posisi yang tidak penting dan tidak strategis (second person). Contohnya pada masyarakat Jawa, ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, karena pada akhirnya akan ke dapur. Terlebih lagi karena nilai-nilai tradisional yang dianut oleh masyarakat Jawa yaitu masak, macak, manak (memasak, bersolek, dan melahirkan anak) adalah sebagai tugas utama perempuan.

3. Gender dan Stereotip

Streotip adalah pelabelan terhadap pihak tertentu yang sifatnya negatif dan selalu berakibat merugikan pihak lain serta menimbulkan ketidakadilan. Sebagai contoh, adanya anggapan bahwa perempuan yang bersolek atau memakai rok mini akan memancing perhatian lawan jenis dan bila terjadi pelecehan seksual, maka perempuan tersebut akan disalahkan.

4. Gender dan Kekerasan

Kekerasan (violence) adalah suatu serangan baik terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan yang bersumber anggapan gender ”gender-reated violence”, yang pada dasarnya disebabkan oleh kekuasaan.


(19)

Kekerasan terhadap perempuan sering terjadi karena budaya dominasi laki-laki terhadap perempuan.

5. Gender dan Beban Ganda

Ada anggapan dalam masyarakat kita bahwa kaum perempuan memiliki sifat rajin, senang memelihara, dan tidak cocok menjadi kepala rumah tanggayang mengakibatkan semua pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab perempuan. Kondisi perekonomian yang tidak menentu saat ini menjadi tambahan beban (double burden) bagi perempuan dimana mereka diperhadapkan pada tanggung jawab yang lain yaitu ikut serta menyokong perekonomian keluarga walaupun dengan upah yang jauh lebih sedikit daripada upah ang diterima laki-laki. Bahkan Mosser (1999) berpendapat bahwa perempuan tidak saja memiliki peran ganda (double burden), melainkan tiga peran (triple burden) : peran reproduksi, yaitu peran yang berhubungan dengan peran tradisional yang berkaitan di sektor domestik; peran produktif, yaitu peran ekonomis di sektor publik, dan peran sosial, yaitu peran dalam komunitas atau masyarakat.

1.5.3 Teori Struktural Fungsional

Teori atau pendekatan struktural-fungsional merupakan teori sosiologi yang diterapkan dalam melihat institusi keluarga. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa suatu masyarakat terdiri atas beberapa bagian yang saling mempengaruhi. Teori ini mencari unsur-unsur mendasar yang berpengaruh di dalam suatu masyarakat, mengidentifikasi fungsi setiap unsur, dan menerangkan bagaimana fungsi unsur- unsur tersebut dalam masyarakat. Teori struktural-fungsional mengakui adanya segala keragaman dalam


(20)

kehidupan sosial. Keragaman ini merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat dan menentukan keragaman fungsi sesuai dengan posisi seseorang dalam struktur sebuah sistem. Perbedaan fungsi ini bertujuan untuk mencapai tujuan organisasi, bukan untuk kepentingan individu. Struktur dan fungsi dalam sebuah organisasi ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat (Ratna Megawangi, 1999: 56).


(21)

Menurut para penganutnya, teori struktural-fungsional tetap relevan diterapkan dalam masyarakat modern. Talcott Parsons dan Bales menilai bahwa pembagian peran secara seksual adalah suatu yang wajar (Nasaruddin Umar, 1999: 53). Dengan pembagian kerja yang seimbang, hubungan suami-isteri bisa berjalan dengan baik. Jika terjadi penyimpangan atau tumpang tindih antar fungsi, maka sistem keutuhan keluarga akan mengalami ketidakseimbangan. Keseimbangan akan terwujud bila tradisi peran gender senantiasa mengacu kepada posisi semula. Struktur sosial terdiri dari berbagai komponen dari masyarakat, seperti kelompok-kelompok, keluarga-keluarga, masyarakat setempat/lokal dan sebagainya. Kunci untuk memahami konsep struktur adalah konsep status (posisi yang ditentukan secara sosial, yang diperoleh baik karena kelahiran (ascribed status maupun karena usaha (achieved status) seseorang dalam masyarakat). Setiap status memiliki aspek dinamis yang disebut dengan peran (role) tertentu, misalnya seorang yang berstatus ayah memiliki peran yang berbeda dengan seseorang yang berstatus anak. Kedudukan seseorang dalam keluarga akan menentukan fungsinya, yang masing-masing berbeda. Namun perbedaan fungsi ini tidak untuk memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan, tetapi untuk mencapai tujuan organisasi sebagai kesatuan. Tentunya, struktur dan fungsi ini tidak akan pemah lepas dari pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang melandasi sistem masyarakat itu (Megawangi, 2001).


(22)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Parsons dengan Bales, mereka membuat kesimpulan bahwa institusi keluarga serta kelompok-kelompok kecil lainnya, dibedakan (didiferensiasikan) oleh kekuasaan atau dimensi hierarkis. Umur dan jenis kelamin biasanya dijadikan dasar alami dari proses diferensiasi ini. Parsons menekankan pula pentingnya diferensiasi peran dalam kesatuan peran instrumental-ekspresif. Dalam keluarga harus ada alokasi kewajiban tugas yang harus dilakukan agar keluarga sebagai sistem dapat tetap ada. Struktural-fungsional berpegang bahwa sebuah struktur keluarga membentuk kemampuannya untuk berfungsi secara efektif, dan bahwa sebuah keluarga inti tersusun dari seorang laki-Iaki pencari nafkah dan wanita ibu rumah tangga adalah yang paling cocok untuk memenuhi kebutuhan anggota dan ekonomi industri baru.


(23)

1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua variabel akibat, atau dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari dari hipotesis dua arah yaitu hipotesis alternative (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y, dan hipotesis nol (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel X dan Y

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesa dalam penelitian ini adalah:

Ha : Perempuan pesisir memiliki peranan dalam meningkatkan daya tahan ekonomi ekonomi keluarga nelayan

Ho : Tidak adanya peranan perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan ekonomi ekonomi keluarga nelayan

Dan hipotesa sementara peneliti adalah bahwa perempuan pesisir memiliki peranan dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga nelayan.

1.7 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masing-masing terhadap batasan konsep yang akan digunakan. Tujuan dari defenisi konsep adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya tumpang tindih atas variabel yang menjadi objek penelitian. Adapun yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah:


(24)

1. Peran

Peran (role) merupakan perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang tergabung dan terkait pada status ini oleh Merton, dinamakan perangkat peran (role set).

2. Perempuan Pesisir

Perempuan pesisir adalah suatu istilah yang merujuk pada perempuan yang hidup di lingkungan keluarga nelayan baik sebagai istri maupun dari anak nelayan pria. Dimana kaum perempuan dalam keluarga nelayan terlibat dalam aktivitas mencari nafkah untuk keluarganya.

3. Perekonomian Keluarga

Defenisi dari ekonomi adalah segala aturan maupun urusan keuangan rumah tangga suatu kelompok yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah atau adopsi. Perekonomian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah segala hal yang berurusan dengan keuangan rumah tanggga berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari didalam keluarga seperti: kebutuhan pangan, pemenuhan kesehatan keluarga, biaya pendidikan formal (sekolah) bagi anak-anaknya dan lain sebagainya.

4. Nelayan Buruh

Nelayan buruh merupakan nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Biasanya para nelayan buruh harus membagi hasil tangkapan pada toke (pemilik alat produksi) sampai dengan 65% dengan pembagian 50% untuk toke dan 15% untuk mengatasi kerusakan.


(25)

Suatu gejala yang menunjukkan keadaan turun-naik atau ketidaktetapan yang terjadi dalam musim tertentu dan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perolehan hasil tangkapan laut para nelayan.

6. Terang Bulan

Adalah kondisi alam dimana keadaan bulan berada dalam posisi penuh (memiliki bulatan yang sempurna dan memiliki cahaya yang sangat terang). Pantulan sinar bulan ini mengakitbatkan ikan-ikan di laut tidak bergerak naik ke permukaan sehingga pada kondisi ini, hasil tangkapan yang diperoleh nelayan menjadi berkurang.

1.8 Operasional Variabel

Definisi operasional adalah spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional memberikan batasan atau arti suatu variabel dengan merinci hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut (Sarwono, 2006:12). Dalam penelitian kuantitatif, secara umum terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah peranan perempuan pesisir dan yang menjadi variabel terikatnya yaitu daya tahan ekonomi keluarga

1.8.1 Bagan Operasional Variabel

Variabel Bebas (X)

Peranan perempuan pesisir

Variabel Terikat (Y)

Daya tahan ekonomi keluarga


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai

Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa posisi perempuan dalam struktur produksi tidak hanya berfungsi domestik atau komplementer terhadap peran laki-laki, tetapi semakin signifikan terkait dengan semakin luasnya keterlibatan perempuan dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat mendatangkan penghasilan untuk memperkuat daya tahan ekonomi rumah tangga nelayan.

Sampai saat ini, sebagian besar perempuan cenderung diposisikan untuk berkutat di sekitar domestik yaitu melaksanakan kegiatan yang sifatnya rumahan yang tidak menghasilkan uang (unpaid worker). Pemberian upah yang rendah kepada perempuan yang bekerja di sektor publik atau produktif lebih dikarenakan masih adanya perlakuan bekerja di dalam rumah tangga tanpa bayaran dan dikuatkan dengan alasan mayoritas perempuan bekerja adalah untuk mengurangi beban tanggungan keluarga.

Konsep matripoduksi sendiri dibingkai dari padanan kata matriarki, matrilineal dan produksi yang memiliki pengertian yaitu sebagai pola pemberdayaan perempuan melalui upaya penyeimbangan peran dan posisi antar jenis kelamin dalam struktur sosial ekonomi. Matriproduksi ini dapat di telusuri, salah satunya melalui curahan waktu yang dibedakan bekerja secara mandiri penuh waktu, bekerja sambilan dan memperoleh


(27)

pendapatan, serta bekerja dengan sistem upahan. Lebih jelasnya, konsep matriproduksi digambarkan melalui skema berikut:

Bagan 2.1. Model Matrproduksi dan Perubahan Masyarakat Pantai

2.2 Manajemen Rumah Tangga

Pengertian ’’keluarga’’ dan ’’rumah tangga’’seringkali dicampuradukkan. Dalam hal ini, manajemen rumah tangga lebih meninjau keluarga sebagai sebuah lembaga maupun organisasi dan bukan sebagai hubungan kekerabatan. Kata keluarga yang dibahas disini adalah sebagai kelompok manusia yang menjadi anggota dalam sebuah rumah tangga. MATRIPRO DUKSI Perubahan Relasi Gender Nelayan (Patriproduksi ) STRATEGI dan KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

WILAYAH dan

MASYARAKAT PANTAI P em berd a ya a n p erem p u a n Peran Publik+Produksi Integritas Masyarakat Pantai


(28)

Rumah tangga yaitu seluruh urusan (keluarga) untuk hidup bersama dikerjakan bersama dibawah pimpinan seseorang yang ditetapkan menurut tradisi. Konstruksi sosial yang menggunakan ideologi gender menetapkan bahwa pimpinan keluarga adalah ayah (suami). Namun walaupun demikian, pada beberapa daerah di pedesaaan di Jawa, keputusan-keputusan yang menyangkut hidup anggota keluarga, ayah (suami) selalu mengajak bermusyawarah ibu (istri), serta anak-anak yang dianggap sudah mampu.

Urusan-urusan pokok untuk mendapatkan suatu kehidupan dilaksanakan keluarga sebagai unit-unit produksi yang sering kali mengadakan pembagian kerja di antara anggota-anggotanya. Jadi, keluarga bertindak sebagai unit yang terkoodinir dalam produksi ekonomi. Ini dapat menimbulkan adanya industri-industri rumah di mana semua anggota keluarga terlibat di dalam kegiatan pekerjaan atau mata pencaharian yang sama. Dengan adanya fungsi ekonomi maka hubungan di antara anggota keluarga bukan hanya sekedar hubungan untuk melanjutkan keturunan, akan tetapi juga memandang keluarga sebagai sistem hubungan kerja.

2.3 Perspektif Perekonoian Keluarga

Analisis alternatif mengenai peran perempuan dapat dilihat dalam tiga perspektif dalam kaitannya sebagai individu yang memiliki banyak peranan. Hubeis dalam Toety Herati Noerhadi (1990:152) menyatakan tiga perspektif yang dimaksud meliputi:


(29)

1. Peran Tradisi

Peran tradisi merupakan peran domestik yang menjadi urusan perempuan, semua pekerjaan rumah dari membersihkan rumah, memasak, merawat anak, dan hal lain yang berkaitan dengan rumah tangga.

2. Peran Transisi

Peran transisi merupakan peran peralihan dari peran domestik mulai bergeser kepada peran publik yang dilakukan perempuan. Kondisi ekonomi menjadi determinan utama bagi seorang perempuan mengambil keputusan untuk melakukan suatu kegiatan yang menghasilkan yang dapat membantu perekonomian keluarga.

3. Peran Kontemporer

Merupakan peran yang dijalankan perempuan tanpa menjalankan peran domestiknya. Artinya seorang perempuan hanya memiliki peran di luar rumah tangga atau yang sering kita sebut sebagai perempuan (wanita) karir. Perempuan yang terlibat dalam peran ini biasanya memilih untuk tidak menikah dan mencari nafkah hidup sendiri.

Perspektif perempuan sebagai tulang punggung keluarga menunjukkan bahwwa kaum perempuan adalah aset. Dalam hal ini, perempuan harus mempunyai kemampuan untuk melihat potensi maupun peluang yang mungkin dapat dikembangkan. Besarnya peran perempuan untuk memanfaatkan potensi merupakan pendekatan praktis yang dapat


(30)

dilakukan pada saat kondisi perekonomian keluarga memaksa perempuan memainkan peranannya sebagai penyangga ekonomi keluarga. (Sukesi, 2010)

2.4 Hasil-Hasil Penelitian mengenai Peranan Perempuan Pesisir

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan peranan perempuan pesisir dalam perekonomian nelayan antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo (2012), dalam penelitiannya yang berjudul Peran Perempuan dalam Sistem Rumah Tangga Nelayan. Penelitian ini mengkaji tentang kegiatan dan peranan perempuan terutama istri di dua desa yaitu Desa Kwanyar Barat dan Desa Karang Agung. Penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki hal-hal yang bermanfaat dalam membantu suami untuk menunjang kelangsungan ekonomi rumah tangga mereka. Pada kondisi ini, istri dituntut untuk ikut berperan dalam mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga mereka tidak hanya tinggal diam di rumah untuk menanti dan membelanjakan penghasilan suami mereka dari melaut.

Peranan perempuan dalam penelitian ini terlihat ketika perahu kembali dari laut dan membawa hasil tangkapan. Pada saat itu, perempuan terlibat dalam penjualan tangkapan. Di Kwanyar Barat maupun di Karang Agung, perempuan mempunyai peran yang berarti terjualnya hasil tangkapan. Pada masyarakat di kedua desa ini, bukanlah hal yang baru apabila istri terlibat dalam aktifitas dalam menambah nafkah rumah tangga. Justru keterlibatan mereka mendapa dukungan dari para suami, karena mereka (suami) melihat bahwa pekerjaan ini tidak menggangu tugas utama mereka sebagai istri dan ibu.


(31)

Penelitian Aminah Nuraini (2004) membahas mengenai peranan perempuan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat pesisir di Muara Angke yang ditinjau dari perspektif gender. Penelitian ini terdiri dari 10 orang responden perempuan, 10 orang suami responden dan 27 anak responden. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dan jenis pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa telah banyak perempuan yang aktif dalam kegiatan produktif dan sosial kemasyarakatan. Hal ini terlihat dari total alokasi curahan waktu pada perempuan pada ketiga jenis kegiatan (peran reproduktif, peran produktif, dan sosial kemasyarakatan) yaitu sebesar 17,91 jam/hari atau sekitar 74,63% dan total curahan waktu laki-laki pada ketiga jenis kegiatan ini adalah sebesar 17,96 jam/hari atau sekitar 74,83%. Kegiatan produktif yang dilakukan perempuan berpengaruh pada penghasilan keluarga dan menyebabkan beban yang ditanggung laki-laki sebagai pencari nafkah utama keluarga lebih ringan. Dalam penelitian ini, terlihat bahwa tidak ada persaingan pendapatan antara suami istri, selama tujuannya adalah untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yanti Puji, Sri Hartati, Nur Isnaeni (2008) yang berjudul Peran dan Potensi Wanita Pesisir dalam Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi Rumah Tangga di Kota Tegal. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalan bahwa wanita pesisir hampir seluruhnya bekerja untuk menambah penghasilan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga. Berbagai macam jenis pekerjaan dilakukan baik yang berhubungan dengan sektor perikanan maupun yang bukan sektor perikanan. Sebagian besar wanita pesisir (83%) bekerja di sektor perikanan seperti: menjadi buruh fillet ikan (57%), menjual ikan (12%), dan


(32)

sisanya bekerja di luar sektor perikanan yaitu sebesar (17%). Kontribusi penghasilan wanita pesisir ini mencapai 50% dari tingkat pemenuhan kebutuhan rumah tangga.

Penelitian yang juga mengkaji tentang perempuan pesisir adalah penelitian yang di lakukan oleh Achmad Mulyadi (2011) dengan penelitian yang berjudul Perempuan Madura Pesisir Meretas Budaya Mode Produksi Patriarkat. Achmad melihat perempuan pesisir dalam perspektif Gender Equality dimana perspektif ini memberikan pandangan yang luas bagi istri nelayan untuk terlibat aktif dalam kegiatan publik dengan tidak mengorbankan tanggung jawab domestiknya. Dasar dari keterlibatan mereka adalah atas kesadaran dan kemauan mereka sendiri. Keterlibatan istri dalam dunia publik, khususnya bekerja yang berkaitan dengan ikan baik menjual, menjemur, mengelola hasilnya (home industry), maupun yang lainnya, menjadi kebanggaan bagi suami. Ini disebabkan keterlibatan tersebut dapat memberi kontribusi yang bermakna bagi keluarga mereka dan dapat menopang derajat ekonomi serta kelangsungan hidup mereka sehingga kesejahteraan hidupnya menjadi meningkat.

2.5 Penyebab Kemiskinan Nelayan

Ada beberapa faktor umum yang menyebakan kemiskinan dalam keluarga nelaya susah untuk ditanggulangi. Faktor penyebab tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu faktor secara internal dan faktor secara eksternal. Adapun faktor secara internal yaitu:

a. Kebiasaan para nelayan jika kembali dari laut dan memperoleh hasil yang melimpah sehingga memperoleh uang yang relatif cukup besar, yaitu untuk kembali melaut setelah masa istirahatnya berakhir. Mereka cenderung akan menghabiskan terlebih dahulu penghasilan yang mereka peroleh dengan bersantai-santai bersama teman dan bersama


(33)

nelayan-nelayan lain yang tidak sedang melaut. Setelah akhirnya uang yang mereka miliki habis, bahkan ada yang sampai sanggup untuk berhutang dahulu untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya, barulah mereka kembali bekerja untuk mencari ikan.

b. Waktu luang yang tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ketika tidak sedang pergi ke laut nelayan cenderung menghabiskan waktunya dikedai-kedai minuman berbaur dengan teman dan sesama nelayan. Sangat sedikit jumlahnya yang mau memanfaatkan waktu luang mereka untuk melakukan hal-hal yang lebih produktif untuk menambah penghasilan mereka.

Selain itu, faktor eksternal yang menjadi penyebab kemiskinan para nelayan antara lain:

a. Tingkat pengetahuan yang rendah

b. Masih kurangnya kesadaran pemerintah untuk memberikan bantuan yang tepat kepada para nelayan.

c. Faktor cuaca yang sering tidak berpihak kepada nelayan. Saat ini dengan kondisi alam yang katanya tidak menentu lagi (yang diakibatkan “global warming” atau pemanasan global), keadaan cuaca menjadi musuh nelayan. Begitu juga jika memasuki musim hujan, bila hujan turun di sertai petir dan angin maka sudah bisa dipastikan nelayan tidak akan berani pergi melaut. Saat pasang besar juga menjadi masalah tersendiri bagi nelayan, gelombang-gelombang tinggi akan mengancam nyawa nelayan sehingga menghambat niat nelayan untuk pergi mencari nafkah.


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah penelitian survei dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk meneliti tindakan dan bersifat mengukur, mengadakan evaluasi yang dilakukan pada sejumlah individu. Dalam penelitian ini, survei dilakukan untuk mengukur sampai sejauh mana peranan yang dilakukan oleh para perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Mela I, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapteng. Lokasi ini dipilih oleh peneliti karena di wilayah ini hampir sebagian besar penduduknya bekerja sebagai nelayan dan istri-istri mereka terlibat dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan lain sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Burhan


(35)

Bungin, 2004). Populasi yang diambil dalam penelitian adalah seluruh ibu rumah tanggga yang suaminya bekerja sebagai nelayan dan terlibat dalam mencari nafkah.

Tabel 3.1 Tabel Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

N O Jenis Pekerjaan Dusun Dusun I Dusun II Dusun III Dusun

IV Dusun V

Persen (%) 1 Pegawai

Negeri

50 85 67 17 5 6

2 Buruh 43 64 101 32 16 7

3 Karyawan 39 50 68 20 12 5

4 Tukang 27 42 98 39 15 6

5 Nelayan 70 88 131 40 22 11

6 Petani 60 82 120 53 15 9

7 Pedagang 50 61 74 29 9 6

8 Pelajar 296 458 504 154 20 39

9 Tidak Bekerja

85 125 139 43 10 11

JUMLAH 720 1055 1302 427 124 100

Sumber: RPJMDES Mela

3.3.2 Sampel

Sampel adalah kelompok yang dipergunakan peneliti untuk memperoleh informasi (Komaruddin, 2004). Pengambilan sampel bertujuan sebagai representasi dari keseluruhan populasi. Teknik penarikan sampel yang digunakan pada penelitian ini


(36)

adalah dengan sistem purposive sampling techniques. Teknik purposive ini dilakukan untuk memilih siapa subjek yang ada dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang dibutuhkan Peneliti memilih sampel berdasarkan penelitian atas karakteristik anggota sampel yang sesuai dengan maksud penelitian (Ulber Silalahi, 2009). Besaran sampel diperoleh dengan menggunakan rumus dari Taro Yamane.

Rumus yang dikemukakan Taro Yamane adalah:

� = �

�.�2+1

Dimana, n : Besarnya Sampel N : Besarnya Populasi

d : Presisi atau derajat kebebasan (peneliti menetapkan 10% atau d=0,1)

Dari rumus Taro Yamane tersebut, maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah:

� = �

�.�2+ 1

� = 333

333. (0,1)2+ 1

� = 333

3,33 + 1

� = 333

4.33

� = 76,90 77

Jadi, sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebanyak 77 orang.


(37)

Data primer diperoleh melalui observasi dan penyebaran kuesioner.

1. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti untuk memperoleh gambaran mengenai objek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perempuan pesisir yang bekerja dalam sektor produktif.

2. Kuesioner, adalah daftar pertanyaan terstruktur dengan alternatif jawaban yang telah tersedia dan distribusikan oleh peneliti kepada responden. Tujuannya adalah untuk meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden atau untuk mengetahui tentang sifat, pendapat, dan keadaan.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dengan metode :

a. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data, informasi dari buku-buku, jurnal yang diperoleh dari perpustakaan atau pun internet dan beberapa data-data yang diperoleh dari Dinas terkait seperti : Kantor Kepala Desa Mela I, Badan Pusat Statistik (BPS) dan bentuk tulisan lainnya yang mendukung penelitian.

b. Dokumentasi merupakan kumpulan foto yang berisi gambar-gambar selama penelitian berlangsung.

3.4 Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.5.1 Instrumen

Instrumen adalah alat yang dipakai untuk pengumpulan data adalah berupa kuesioner dengan pertanyaan yang bersifat semiterbuka dimana kuesioner tersebut berisi pertanyaan dan jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti, tetapi masih memberikan


(38)

kesempatan untuk variasi jawaban yang lain. Pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya yang berisi pertanyaan mengenai jenis pekerjaan, curahan waktu kerja, tingkat pemenuhan keluarga selama bekerja, serta pengambilan keputusan dalam rumah tangga nelayan.

3.5.2 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dari penelitian didasarkan dari jawaban responden yang disesuaikan dengan skor. Pengukuran dilakukan melalui penggunaan tiga skala dalam penelitian sosial. Skala ordinal yaitu jenis skala yang menunjukkan urutan-urutan tertentu, seperti tingkat pendidikan. Skala nominal yang bertujuan untuk mengelompokkan objek atau peristiwa dalam kategori-kategori (jenis kelamin, umur) dan skala interval/rasio yaitu jenis skala yang berupa angka, contohnya tingkat pendapatan dan tingkat pengeluaran

3.6 Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data kuantitatif secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding) dan proses pembeberan (tabulating).

1. Pengeditan Data (editing)

Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi, berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan,


(39)

relevansi, dan konsistensi jawaban dan koreksi terhadap kesalahan pengisian.

2. Pengkodean Data (Coding)

Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan memberikan kode pada pertanyaan penelitian dalam kuesioner.

3. Pemasukkan Data (Entry)

Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer untuk diolah dan dianalisis melalui program SPSS for window.

4. Pengecekan Data (Cleaning)

Adalah pengecekan data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

3.6.2 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasional yaitu analisis statistik yang berusaha mencari hubungan antara dua variabel atau lebih dengan menggunakan kuesioner yang yang dibagi menjadi tiga bagian pertanyaan yaitu pertanyaan tentang profil kegiatan, profil akses dan kontrol dan faktor-faktor lain yang dianggap memiliki keterkaitan dengan penelitian. Analisis tersebut menyajikan data penelitian yang berupa penjelasan (explanatory) tentang peranan perempuan pesisir dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga yang juga dibantu dengan memanfaatkan software SPSS for windows.


(40)

3.7 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan

Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Proposal √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √ √

4 Seminar Proposal Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penelitian Ke Lapangan √ √

7 Pengumpulan Data dan Analisis

data √ √

8 Bimbingan Skripsi √ √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √

10 Sidang Meja Hijau √

3.8 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengalami banyak kendala yang menjadi keterbatasan dalam penelitian, adapun yang menjadi keterbatasan peneliti antara lain :

1. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakasanakan penelitian ilmiah.

2. Keterbatasan peneliti dalam menentukan teori yang sesuai dengan penelitian.

3. Keterbatasan peneliti dalam menganalisa hasil penelitian sehingga membutuhkan ketelitian dalam menyelesaikannya.


(41)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis Desa

4.1.1 Letak Desa

Desa Mela I merupakan desa kecil yang terbentuk dari 5 Dusun. Desa ini masuk ke dalam wilayah Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanauli Tengah yang memiliki batas-batas sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mela II

• Sebelah Selatan berbatasan dengan perbatasan Kotamadya Sibolga

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Simaninggir

• Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Tapian Nauli


(42)

Desa Mela I berada pada ketinggian antara ± 1 m - 1,5 m diatas permukaan laut. Sebagian besar lahan yang ada di Desa Mela I dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan pertanian dan pemukiman. Secara rinci pemanfaatan lahan di Desa Mela I dapat terlihat pada tabel berikut.

4.1 Tabel Luas Lahan menurut Peruntukan lahan Desa Mela I

No Peruntukan Lahan Luas (m2) Persentase (%)

1 Tegalan/Perladangan 10.000 2, 734

2 Perkebunan 3.000.000 82, 044

3 Perumahan/Pemukiman 400.000 10, 939

4 Kolam/Perikanan 100.000 2, 734

5

Perkantoran/Sarana Sosial

a. Lahan Kantor Kepala Desa 150 0, 004

b. 5 unit Gereja 3000 0, 082

c. 2 unit SDN 15000 0, 410

d. Pasar Desa 400 0, 010

e. Jalan Umum/Jalan Dusun 8000 0, 218

f. Saluran Sungai 15000 0, 410

g. Saluran Parit 15000 0, 410


(43)

Sumber: RPJMDES Mela I

4.1.2 Status Kepemilikan Lahan dan Keadaan Tanah

Di Desa Mela I dikenal adanya sistem pembagian lahan. Status kepemilikan lahan di Desa Mela I terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Milik Rakyat = 363 Ha 2. Milik Desa = 0.004 Ha 3. Milik Pemerintah = 2. 315 Ha

Lahan milik rakyat yang dimaksudkan disini adalah lahan yang dimiliki oleh penduduk desa secara turun-temurun melalui warisan dari nenek moyang mereka atau yang lebih dikenal dengan sebutan tanah adat. Lahan Desa merupakan lahan yang diperuntukkan untuk membangun sarana bersama yang diperoleh dari kesepakatan dari penduduk desa. Sedangkan Lahan Pemerintahan merupakan lahan yang menjadi kewenangan dari pihak pemerintah setempat.

Tanah di Desa Mela I terdiri dari komponen tanah pasir dan tanah endapan sehingga dengan demikian, sebagian besar lahan di Desa Mela I cocok dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan lahan perkebunan.

4.2 Kondisi Demografis Desa

4.2.1 Jumlah Penduduk

Dari data penduduk tahun 2011-2012, tercatat jumlah penduduk Desa Mela I sebanyak 3628 jiwa. Jumlah ini terdiri dari 1795 jiwa laki-laki dan 1833 jiwa perempuan.


(44)

Dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga, maka penduduk Desa Mela I dihuni sebanyak 778 Kepala Keluarga (KK).

4.2.2 Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk Desa Mela I dapat dilihat dari pembagian berdasarkan jenis kelamin dan agama yang dianut.

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin

NO Nama Dusun

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Total

1 Dusun I 350 370 720

2 Dusun II 515 540 1055

3 Dusun III 659 643 1302

4 Dusun IV 205 220 425

5 Dusun V 66 58 124

Jumlah 1795 1833 3628

Sumber: RPJMDES Mela I

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa komposisi penduduk Desa Mela I lebih banyak terdiri dari kaum perempuan yaitu sebanyak 1833 jiwa (50,52%) dan kaum laki-laki sebanyak 1795 jiwa (49,47%).


(45)

NO Nama Dusun

Agama

Islam Protestan Katolik Hindu Budha

1 Dusun I 272 355 95 0 0

2 Dusun II 70 780 205 0 0

3 Dusun

III 92 1044 166 0 0

4 Dusun

IV 16 328 81 0 0

5 Dusun V 11 113 0 0 0

Jumlah 461 2620 547 0 0

Sumber: RPJMDES Mela I

Berdasarkan tabel diatas dipaparkan bahwa komposisi penduduk Desa Mela I lebih besar dianut oleh penduduk beragama Kristen sebanyak 2620 jiwa (72,23%), diikuti oleh penduduk yang beragama Katolik sebanyak 547 jiwa (15.07) dan penduduk beragama Islam sebanyak 461 jiwa (12,70%).

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi

Desa Mela I merupakan desa pertanian/perkebunan dan nelayan dimana letak desa ini berdekatan dengan tepi pantai. Maka perolehan ekonomi penduduk desa sebagian besar dihasilkan dari kegiatan pertanian dan kelautan. Walaupun Desa Mela I berada dalam letak geografis yang strategis, namun hal ini tidak lantas membuat kondisi perekonomian penduduk Desa Mela I berada dalam kondisi yang memuaskan. Malah


(46)

sebagian besar penduduk desa ini masih tergolong dalam kategori miskin. Hal ini disebabkan oleh kondisi pertanian yang kurang menghasilkan yang disebakan oleh kurangnya tenaga terampil yang dapat mengolah lahan pertanian. Hal yang sama juga terjadi dalam sektor perikanan atau kelautan. Faktor tenaga dan peralatan melaut yang masih tradisional, serta faktor alam menjadi faktor utama yang membuat hasil laut yang diperoleh tidak memuaskan. Kendala lain adalah kurangnya tindakan dari pemerintah setempat untuk membantu peningkatan pendapatan penduduk dari kedua sektor ekonomi yang dominan ini. Kondisi ekonomi yang pas-pasan terlihat dari masih banyaknya penduduk desa yang mendirikan rumah diatas perairan laut, yang sebenarnya berbahaya dan tidak diperbolehkan oleh pemerintah. Mereka mendirikan rumah di perairan laut dikarenakan tidak mencukupinya biaya untuk membeli lahan di daerah pemukiman darat.

Indikator kondisi sosial ekonomi lainnya terlihat dari tingkat pendidikan yang telah diselesaikan. Para penduduk Desa Mela I sebagian besar hanya sampai pada jenjang SMA/SMK. Setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA/SMK, penduduk Desa Mela I lebih memilih untuk bekerja karena keterbatasan biaya untuk melanjut ke Perguruan Tinggi. Kebanyakan dari mereka memilih untuk merantau dan daerah rantauan yang paling banyak dituju adalah daerah Batam, Kalimantan, dan Medan.


(47)

4.4 Kondisi Sosial Budaya

Kehidupan penduduk Desa Mela I masih kental dengan tradisi-tradisi peninggalan leluhur. Upacara-upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (lahir-dewasa-berumah tangga-mati), seperti upacara kelahiran, khitanan, perkawinan, dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian, selalu dilakukan oleh penduduk Desa Mela I.

Sikap kegotong-royongan dan rasa empati masih terjalin kuat di desa ini. Hal ini terlihat dari kebiasaan mereka yang saling membantu memperbaiki rumah atau membantu tetangga yang mengadakan perhelatan. Sementara rasa empati mereka ditunjukkan dengan kebiasaan mereka yaitu manjanguk (membesuk, menjenguk) orang sakit. Biasanya ketika mereka menjenguk orang sakit, mereka datang datang bukan hanya membawa makanan, tetapi juga uang yang mereka kumpulkan secara bersama-sama yang bertujuan untuk membantu pengobatan tetangga mereka yang sakit.

Kesenian asli daerah di desa ini seperti marsuling (mainkan alat musik suling) dulu masih sering dilakukan terlebih jika para nelayan berkumpul di kedai kopi, namun seiring dengan perkembangan zaman, para penduduk khususnya pemuda-pemudi desa


(48)

Mela I jadi lebih cenderung menyukai musik dangdut, pop serta musik-musik modern lainnya. Hal ini menyebabkan kelompok kesenian tradisional mulai mengendor kegiatannya, sedangkan kelompok kesenian modern seperti band dan pesunuduk khntas keyboard semakin bermunculan.

4.5 Sarana dan Prasarana

Desa Mela I telah memiliki jalan yang terhubung dengan daerah lain melalui jalan desa. Keadaan jalan desa secara umum masih baik namun apabila musim hujan tiba, d beberapa tempat mengalami kerusakan. Kondisi jalan Desa Mela I dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 4.5 Prasarana Perhubungan Desa

No Jenis Prasarana Kuantitas/Panjang Keterangan

1 Jalan Desa 5 Km Rusak

2 Jalan Dusun 2 Km Bila musim hujan, kondisi jalan becek

3 Jembatan 3 unit Masih layak pakai

Sumber: RPJMDES Mela I

Sarana transportasi yang paling banyak digunakan penduduk Desa Mela I adalah sepeda motor dan becak bermotor. Jaringan listrik PLN sudah tersedia di desa ini, sehingga semua rumah tangga telah menggunakan tenaga listrik untuk keperluan


(49)

penerangan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Di desa ini, pengadaan air diperoleh dari sumber mata air sehingga masalah air bersih masih bisa diatasi.

4.6 Bagan Kelembagaan Desa Mela 1

No Lembaga Kondisi

1 PEMDES Tidak memiliki sarana kantor yang lengkap

seperti komputer

2 BPD Kurang aktif

3 LPM Kurang aktif

4 PKK Kurangnya tenaga yang memiliki keterampilan

5 Karang Taruna Tidak terbentuk

Sumber: RPJMDES Mela I

4.6 Temuan Data

4.6.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.7 Jumlah Responden berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-Laki 20 26


(50)

Jumlah 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin. Responden laki-laki sebanyak 20 orang (26 %) dan perempuan sebanyak 57 orang (74%). Dimana dalam tabel terlihat bahwa responden perempuan memiliki perbedaan yang cukup besar dibandingkan responden laki-laki.

Tabel 4. 8 Jumlah Responden berdasarkan Umur

No Kategori Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

1 16-31 20 26

2 31-45 32 42

3 45-60 25 32

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah responden berdasarkan kategori umur terdiri dari usia 16-31 tahun sebanyak 20 orang (26%), usia 31-45 tahun sebanyak 32 orang (42%) dan usia 45-60 sebanyak 25 orang (32%). Terlihat bahwa sebagian besar perempuan yang bekerja di desa Mela I masih berada dalam usia yang produktif sehingga masih mampu menghasilkan tingkat produksi yang tinggi.


(51)

Tabel 4.9 Jumlah Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 0 0

2 SD 9 11

3 SMP/MTs 27 35

4 SMA/MA 38 49

5 Diploma 3 5

6 Sarjana 0 0

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki responden terdiri dari Tidak Sekolah sebanyak 0 orang (0%), tingkat SD sebanyak 9 orang (11%), tingkat SMP/MTs sebanyak 27 orang (35%), tingkat SMA/MA sebanyak 38 orang (51%), tingkat Diploma sebanyak 3 orang (5%) dan tingkat Sarjana sebanyak 0 orang (0%). Dari data diatas terlihat bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak diselesaikan oleh responden adalah hanya sampai pada tingkat SMA. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang di kecap penduduk desa Mela I masih tergolong rendah.


(52)

4.7 Analisa Data

4.7.1 Jenis Pekerjaan

Perempuan pesisir Desa Mela I memiliki jenis pekerjaan yang cukup bervariasi dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarganya. Namun sebagian besar jenis pekerjaan tersebut masih tetap bergerak dalam bidang perikanan dan pengolahan hasil laut. Hal ini dikarenakan tingkat efisiensi yang mereka dapatkan ketika memilih untuk bekerja di sektor yang berhubungan dengan perikanan seperti contohnya ketika memilih untuk bekerja mengasinkan ikan. Mereka tidak perlu repot-repot ketika belajar untuk mengasinkan ikan karena mereka sudah terbiasa melihat proses pengasinan ikan sedari mereka kecil. Berikut merupakan jenis pekerjaan yang dilakukan perempuan pesisir Desa Mela I.

Tabel 4.10 Jenis Pekerjaan Perempuan Pesisir Desa Mela I

No Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1 Menjual Ikan 36 47

2 Mengasinkan Ikan 21 27

3 Menjahit Jaring/Jala 7 9

4 Membuka Toko/ Warung 4 5

5 Pekerjaan Lain 9 12


(53)

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan yang paling dominan dilakukan oleh perempuan pesisir di Desa Mela I adalah sebagai penjual ikan dengan jumlah 36 orang (47%), mengasinkan ikan sebanyak 21 orang (27%), menjahit jala/jaring sebanyak 7 orang (9%), membuka toko dan warung sebanyak 4 orang (5%) dan pekerjaan lain sebanyak 9 orang (12%). Kecenderungan para perempuan pesisir memilih pekerjaan sebagai penjual ikan dikarenakan mudahnya akses untuk memperoleh ikan segar untuk dijual sehingga tidak memerlukan biaya transport yang besar. Para penjual ikan di desa Mela I biasanya langsung memesan ikan sesuai stok yang hendak dijual kepada tetangganya yang akan berangkat melaut ataupun menjual hasil tangkapan dari suaminya. Selain itu waktu kerja yang dibutuhkan tidak terlalu lama, biasanya hanya memakan waktu 3-5 jam. Berbeda dengan pekerjaan mengasinkan ikan maupun menjahit jala. Proses pengasinan ikan sendiri bisa memakan waktu berhari-hari sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. Proses pengasinan ikan itu sendiri dimulai dengan proses perebusan ikan mentah, penggaraman, dan pengeringan serta penimbangan. Semua proses ini dilakukan oleh kaum perempuan. Begitu juga dengan proses penjahitan jala, tingkat keulitan yang tinggi ketika menjahit jaring membuat pekerjaan ini membutuhkan waktu yang lama


(54)

Tabel 4.11 KurunWaktu Bekerja

No Kurun Waktu Bekerja (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

1 1-5 5 6

2 5-10 20 26

3 10-15 28 37

4 >15 24 31

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kurun waktu bekerja yang dimiliki responden antara lain yang bekerja 1-5 tahun sebanyak 5 orang (6%), bekerja dengan kurun waktu 5-10 tahun sebanyak 20 orang (26%), bekerja dengan kurun waktu 10-15 tahun sebanyak 28 orang (37%) dan lebih dari 15 tahun sebanyak 24 orang.


(55)

Tabel 4.12 Penghasilan Perbulan

No Penghasilan Perbulan (Rupiah) Frekuensi Persentase (%)

1 < 800.000 9 12

2 800.000-1.100.000 36 47

3 1.100.000-1.400.000 25 32

4 >1.400.000 7 9

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pendapatan yang diperoleh para perempuan pesisir di Desa Mela I dimulai dari Rp 500.000- Rp 800.000 dengan jumala sebanyak 9 orang (12%). Pendapatan Rp 800.000- Rp 1.100.000 sebanyak 36 orang (36%), pendapatan Rp 1.100.000- Rp 1.400.000 sebanyak 25 orang (32%) dan lebih besar dari Rp 1.400.000 sebanyak 7 orang (9%). Dari tingkat pendapatan yang diperoleh, terlihat bahwa sebagian besar perempuan pesisir Desa Mela I masih memiliki pendapatan yang cukup rendah.

Tabel 4.13 Jumlah Pengeluaran Perbulan

No Jumlah Pengeluaran Perbulan


(56)

1 < 1.000.000 2 3

2 1.000.000-2.000.000 23 30

3 2.000.000-3.000.000 34 45

4 >3.000.000 18 23

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui jumlah pengeluaran perbulan dalam keluarga nelayan di Desa Mela I yaitu kurang dari Rp 1.000.000 sebanyak 2 orang (3%), pengeluaran Rp 1.000.000- Rp 2.000.000 sebanyak 23 orang (30%), pengeluaran Rp 2.000.000- Rp 3.000.000 sebanyak 34 orang (45%), dan pengeluaran lebih dari Rp 3.000.000 sebanyak 18 orang (23%). Tingkat pemenuhan kebutuhan di desa Mela termasuk dalam kategori yang cukup tinggi. Hal ini lebih dikarenakan banyaknya jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung setiap keluarga. Tingginya tingkat reproduksi di keluarga nelayan sebagian disebabkan kurangnya pemahaman dan kesadaran penduduk pesisir akan program keluarga berencana (2 orang anak cukup) dan adanya anggapan bahwa anak adalah sumber rezeki sehingga semakin banyak anak yang di peroleh maka kesempatan untuk memperoleh rezeki pun semakin besar.

Tabel 4.14 Jumlah Anggota Keluarga


(57)

1 < 5orang 32 41

2 5-9 orang 40 52

3 9-13 orang 5 7

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan keluarga nelayan di Desa Mela I yaitu kurang dari 5 orang sebanyak 32 orang (41%), jumlah tanggungan keluarga 5-9 orang sebanyak 40 orang (52%), jumlah tanggungan 9-13 orang sebanyak 5 orang (7%). Dari data diatas dapat diketahui bahwa keluarga nelayan di Desa Mela I mayoritas memiliki anggota keluarga yang cukup banyak yaitu dalam kisaran 5-9 orang. Dengan jumlah anggota keluarga seperti ini, tentu beban ekonomi yang dirasakan pun semakin berat, sementara pendapatan yang diperoleh tidaklah terlalu tinggi (dalam tabel 4.11). Hal ini menjadi alasan yang utama bagi perempuan pesisir di Desa Mela I untuk bekerja mencari nafkah.

Tabel 4.15 Curahan Waktu Bekerja

No Curahan Waktu Bekerja (Jam) Frekuensi Persentase (%)

1 < 4 jam 62 80


(58)

3 8-12 jam 6 8

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa curahan waktu kerja yang dimiliki perempuan pesisir berkisar antara kurang dari 4 jam sebanyak 9 orang (12%), waktu kerja 4-8 jam sebanyak 62 orang (80%), waktu kerja 8-12 jam sebanyak 6 orang (8%). Curahan waktu kerja disini adalah hanya meliputi kegiatan produktif (kegiatan bekerja mencari nakah). Belum lagi waktu yang digunakan untuk mengerjakan kegiatan reproduktif dan peran publik. Terlihat bahwa perempuan pesisir mengeluarkan energi dan tenaga yang besar untuk dapat memenuhi ketiga beban (triple burden) ini.

Tabel 4.16 Alasan Bekerja

No Alasan untuk Bekerja Frekuensi Persentase (%)

1 Menambah pendapatan keluarga 71 87

2 Ingin lebih mandiri 4 8

3 Untuk mengisi waktu luang 2 5

Total 77 100


(59)

Ada beberapa alasan yang dimiliki perempuan pesisir di Desa Mela I yang menyebabkan mereka harus bekerja antara lain yaitu untuk menambah pendapatan keluarga sebanyak 71 orang (87%), alasan agar lebih mandiri sebanyak 4 orang (8%) dan ingin mengisi waktu luang sebanyak 2 orang (5 orang).

Tabel 4.17 Kondisi Ekonomi Setelah Bekerja

No Kondisi Ekonomi Setelah Bekerja Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat meningkat 4 9

2 Cukup meningkat 73 91

3 Tidak meningkat 0 0

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata kondisi ekonomi keluarga nelayan menjadi meningkat atau lebih baik dari sebelumnya ketika perempuan pesisir (istri nelayan) memutuskan untuk bekerja membantu mencari nafkah. Keluarga nelayan yang kondisi ekonominya sangat meningkat setelah istri nelayan ikut bekerja sebanyak 4 orang (9%), cukup meningkat sebanyak 73 orang (91%), dan tidak meningkat 0%.


(60)

No Respon Keluarga Ketika Bekerja Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat setuju 23 41

2 Setuju 54 48

3 Tidak Setuju 0 11

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar para anggota keluarga nelayan setuju saat istri maupun ibu mereka memilih untuk bekerja mencari tambahan penghasilan.

Tabel 4.19 Tingkat Kepuasan dalam Bekerja

No Tingkat Kepuasan Dalam Bekerja Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Puas 7 9

2 Puas 40 52

3 Tidak Puas 30 39

Total 77 100


(61)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat kepuasan dalam bekerja yang dirasakan oleh perempuan pesisir Desa Mela I dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu kategori sangat puas sebanyak 7 orang (9%), kategori puas sebanyak 40 orang (52 orang) dan kategori tidak puas sebanyak 30 orang (39%).

Tabel 4.20 Masalah yang dihadapi saat Bekerja

No Masalah yang dihadapi saat

Bekerja Frekuensi Persentase (%)

1 Kesulitan membagi waktu 35 45

2 Ketidaknyamanan dalam bekerja 7 10

3 Kelelahan yang berlebihan 35 45

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Adapun masalah atau kendala yang dihadapi oleh perempuan pesisir ketika melakukan pekerjaannya dalam sektor produktif antara lain kesulitan dalam membagi waktu sebanyak 35 orang (45%), ketidaknyamanan dalam bekerja sebanyak 7 orang (10%) dan kelelahan yang berlebihan sebanyak 35 orang (45%). Kesulitan dalam membagi waktu dan kelelahan yang berlebihan merupakan hal yang selalu dirasakan setiap perempuan yang memilih untuk bekerja di sektor pulik. Terlebih lagi para perempuan pesisir yang rata-rata memiliki waktu jam kerja 4-8 jam, ditambah lagi harus mengurusi keperluan rumah tangga dengan anggota keluarga yang cukup banyak.


(62)

Tabel 4.21 Tingkat Keaktifan dalam Kegiatan Sosial Kemasyarakatan

No Tingkat Keaktifan Frekuensi Persentase (%)

1 Sangat Aktif 23 30

2 Aktif 40 52

3 Tidak aktif 14 18

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tingkat keaktifan perempuan pesisir Desa Mela I dalam mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan masih cukup tinggi. Hal ini terlihat dari pembagian kategori tingkat keaktifan dalam sosial kemasyarakatan yaitu sangat aktif sebanyak 23 orang (30%). Kategori aktif sebanyak 40 orang (52%) dan kategori tidak aktif sebanyak 14 orang (18%). Kegiatan sosial kemasyarakatan yang sering dilakukan di Desa Mela I yaitu pertemuan ibadah dalam agama Kristen yang diadakan secara mingguan maupun bulanan yang biasanya dibagi berdasarkan dusun maupun marganya, atau biasa disebut dengan partangiangan. Selain itu kegiatan pengajian juga berjalan aktif di Desa Mela I. Kegiatan lain yang dilakukan yaitu acara perkawinan dan upacara kematian yang sebagian besar dibantu oleh STM ( Serikat Tolong-Menolong) setempat, mulai dari menyediakan tempat untuk acara, barang-barang yang diperlukan dalam acara, sampai kepada bagian bersih-bersih ketika acara telah selesai.


(63)

Tabel 4.22 Rencana Perbaikan Ekonomi

No Rencana Perbaikan Ekonomi Frekuensi Persentase (%)

1 Membuka usaha sampingan 39 51

2 Mencari pekerjaan lain 10 13

3 Tetap pada pekerjaan sekarang 28 36

Total 77 100

Sumber: Data Primer diolah, 2013

Dari tabel diatas terlihat bahwa sebagian perempuan pesisir Desa Mela I memilih untuk membuka usaha sampingan untuk lebih meningkatkan kondisi ekonomi dalam keluarga. Responden yang memilih untuk membuka usaha sampingan sebanyak 39 orang (51%), mencari pekerjaan lain sebanyak 10 orang (13%) dan responden yang memilih tetap pada pekerjaan sekarang sebanyak 28 orang (36%).

Tabel 4.23 Peran Publik dan Pengambilan Keputusan

No Jenis Kegiatan Pengambilan Keputusan

Suami Istri Suami


(64)

1 Pengaturan Menu Makanan • Pengeluaran Untuk Makanan • Pembelian Makanan

15 0 55 40 77 15 12 0

2 • Pembelian Perbaikan Rumah • Pembelian Perabotan

Rumah Tangga 52 10 12 47 13 20

3 Biaya Pendidikan • Biaya Kesehatan • JumlahAnak • Disiplin Anak • Pembagian Tugas • Pendidikan Anak

12 10 25 40 22 17 34 33 20 27 35 25 31 34 32 10 20 35


(65)

4 Kegiatan Produktif • Keputusan Bekerja

28 22 30 26 19 29

5 Kemasyarakatan

Mengadakan Acara selamatan Gotong Royong

Mengikuti dan menghadiri kegiatan

35 18 38 20 27 40 22 48 15 34 17 9

Sumber: Data primer diolah, 2013

Dari data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar pengambilan keputusan dalam rumah tangga nelayan sudah berjalan seimbang antara suami-istri. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penghargaaan terhadap istri dalam keluarga nelayan sudah mulai meningkat beberapa tahun belakangan ini sejalan dengan berkembangnya zaman. Walaupun dalam beberapa hal tertentu, perempuan pesisir harus berkorban lebih banyak karena hal tersebut tidak bisa lepas dari kodratinya sebagai seorang perempuan, contohnya: harus tetap memasak, mencuci, membersihkan rumah dan menyiapkan kebutuhan suami beserta anak-anak.


(66)

Secara umum kehidupan para nelayan di Indonesia identik dengan sikap hidup yang bermalas-malasan, pasrah, dan senang berfoya-foya. Hampir semua keluarga nelayan di pesisir pantai Timur, Selatan, Utara dan Barat memiliki karakteristik yang sama. Namun kondisi yang terjadi di desa Mela I sedikit berbeda dari kebanyakan keluarga nelayan lainnya. Sikap hidup yang bermalas-malasan dan berfoya-foya jarang ditemukan dalam keluarga nelayan di desa Mela I.

Para nelayan di desa Mela I termasuk dalam kategori yang aktif dalam mencari tambahan penghasilan. Hal ini terbukti dari aktifitas yang mereka lakukan ketika tidak melaut. Ketika tidak melaut, para nelayan ini memilih untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan seperti memburu burung dan kelelawar di hutan untuk dijual, mengambil sari aren untuk dijadikan minuman khas batak yang disebut tuak. Selain itu para nelayan juga membantu untuk mengerjakan pembuatan kapal yang akan digunakan untuk melaut.

Hal yang sama juga dilakukan oleh perempuan di desa Mela I. Setiap hari mereka terbiasa bangun pada pukul 05.00 pagi untuk mulai melaksanakan aktivitas mereka. Perempuan di desa Mela I juga tergolong perempuan yang hemat, mereka lebih suka menyisihkan pendapatan mereka untuk ditabung dan di investasikan dalam bentuk emas. Sehingga ketika kondisi keuangan keluarga mereka terdesak, maka mereka dapat menjual emas tersebut. Para perempuan di desa Mela I termasuk dalam kategori perempuan yang senang bekerja. Jika ada waktu yang senggang, mereka membuat kerajinan tangan yang dapat mempercantik rumah mereka, salah satu contohnya adalah menyulam.

Kondisi seperti ini secara langsung dipengaruhi oleh suku mayoritas yang terdapat di desa Mela I yaitu suku Batak yang memang dikenal sebagai orang-orang yang senang bekerja keras


(67)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Desa Mela I merupakan salah satu bagian wilayah yang tergabung dalam Kabupaten Tapanauli Tengah. Desa Mela I merupakan daerah yang memiliki letak strategis yang diapit diantara lautan dan daratan. Seharusnya letak Desa Mela I yang strategis tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan perekonomian penduduk setempat, akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Kondisi perekonomian penduduk Desa Mela I jika dirata-ratakan masih tergolong dalam kategori menengah kebawah, terutama penduduk yang memiliki profesi sebagai nelayan. Perlu diketahui bahwa mayoritas nelayan yang bekerja di Desa Mela I masuk dalam status nelayan buruh dimana sistem pengupahan yang mereka peroleh didasarkan pada persenan yang ditentukan oleh toke.

Kondisi inilah akhirnya yang membuat para istri atau perempuan pesisir harus ikut terjun mencari tambahan penghasilan yang diharapkan dapat meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga nelayan. Namun keputusan untuk bekerja mencari nafkah bukanlah hal yang gampang dilakukan mengingat banyaknya peran yang harus dijalankan oleh seorang perempuan pesisir. Secara garis besar peranan yang dijalankakn tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, peran reproduksi yaitu peran yang berkaitan dengan tugas alamiah sebagai wanita (sektor domestik) seperti melahirkan anak, membesarkan anak, mengurus rumah tangga. Kedua, peran produksi yaitu peran yang berkaitan dengan kegiatan yang sifatnya menghasilkan sesuatu seperti bekerja untuk memperoleh pendapatan dan yang ketiga, peran publik yaitu peran yang dilakukan berkaitan dengan


(1)

Secara umum kehidupan para nelayan di Indonesia identik dengan sikap hidup yang bermalas-malasan, pasrah, dan senang berfoya-foya. Hampir semua keluarga nelayan di pesisir pantai Timur, Selatan, Utara dan Barat memiliki karakteristik yang sama. Namun kondisi yang terjadi di desa Mela I sedikit berbeda dari kebanyakan keluarga nelayan lainnya. Sikap hidup yang bermalas-malasan dan berfoya-foya jarang ditemukan dalam keluarga nelayan di desa Mela I.

Para nelayan di desa Mela I termasuk dalam kategori yang aktif dalam mencari tambahan penghasilan. Hal ini terbukti dari aktifitas yang mereka lakukan ketika tidak melaut. Ketika tidak melaut, para nelayan ini memilih untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan seperti memburu burung dan kelelawar di hutan untuk dijual, mengambil sari aren untuk dijadikan minuman khas batak yang disebut tuak. Selain itu para nelayan juga membantu untuk mengerjakan pembuatan kapal yang akan digunakan untuk melaut.

Hal yang sama juga dilakukan oleh perempuan di desa Mela I. Setiap hari mereka terbiasa bangun pada pukul 05.00 pagi untuk mulai melaksanakan aktivitas mereka. Perempuan di desa Mela I juga tergolong perempuan yang hemat, mereka lebih suka menyisihkan pendapatan mereka untuk ditabung dan di investasikan dalam bentuk emas. Sehingga ketika kondisi keuangan keluarga mereka terdesak, maka mereka dapat menjual emas tersebut. Para perempuan di desa Mela I termasuk dalam kategori perempuan yang senang bekerja. Jika ada waktu yang senggang, mereka membuat kerajinan tangan yang dapat mempercantik rumah mereka, salah satu contohnya adalah menyulam.

Kondisi seperti ini secara langsung dipengaruhi oleh suku mayoritas yang terdapat di desa Mela I yaitu suku Batak yang memang dikenal sebagai orang-orang yang senang bekerja keras


(2)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Desa Mela I merupakan salah satu bagian wilayah yang tergabung dalam Kabupaten Tapanauli Tengah. Desa Mela I merupakan daerah yang memiliki letak strategis yang diapit diantara lautan dan daratan. Seharusnya letak Desa Mela I yang strategis tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan perekonomian penduduk setempat, akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Kondisi perekonomian penduduk Desa Mela I jika dirata-ratakan masih tergolong dalam kategori menengah kebawah, terutama penduduk yang memiliki profesi sebagai nelayan. Perlu diketahui bahwa mayoritas nelayan yang bekerja di Desa Mela I masuk dalam status nelayan buruh dimana sistem pengupahan yang mereka peroleh didasarkan pada persenan yang ditentukan oleh toke.

Kondisi inilah akhirnya yang membuat para istri atau perempuan pesisir harus ikut terjun mencari tambahan penghasilan yang diharapkan dapat meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga nelayan. Namun keputusan untuk bekerja mencari nafkah bukanlah hal yang gampang dilakukan mengingat banyaknya peran yang harus dijalankan oleh seorang perempuan pesisir. Secara garis besar peranan yang dijalankakn tersebut dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, peran reproduksi yaitu peran yang berkaitan dengan tugas alamiah sebagai wanita (sektor domestik) seperti melahirkan anak, membesarkan anak, mengurus rumah tangga. Kedua, peran produksi yaitu peran yang berkaitan dengan kegiatan yang sifatnya menghasilkan sesuatu seperti bekerja untuk memperoleh pendapatan dan yang ketiga, peran publik yaitu peran yang dilakukan berkaitan dengan


(3)

kegiatan sosial masyarakat seperti ikut arisan, PKK dan lain-lain. Dengan jumlah anggota keluarga yang cukup banyak dan orientasi pekerjaan yang sebagian besar masih berkaitan dengan sektor perikanan seperti merebus ikan, menjual ikan, menjahit jala, dan lain-lain jelas lebih banyak menguras banyak tenaga perempuan pesisir sehingga menyebabkan mereka seringkali merasakan kelelahan yang berlebihan dan kesulitan dalam membagi waktu.

Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa perempuan pesisir Desa Mela I memiliki peranan dalam meningkatkan daya tahan ekonomi keluarga nelayan. Terlihat bahwa penghasilan yang diperoleh perempuan pesisir Desa Mela I ketika bekerja di sektor produksi mampu menanggung hampir 50 % dari total pengeluaran keluarga nelayan perbulannya. Dari pembahasan yang terdapat pada bab IV, dapat diketahui juga bahwa walaupun perempuan pesisir Desa Mela I sebagian besar bekerja mencari nafkah, tetapi mereka tidak melupakan kewajiban mereka sebagai ibu rumah tangga dan sebagai bagian dari masyarakat. Terlihat dari persentase tingkat keaktifan perempuan pesisir dalam kegiatan sosial kemasyarakatan Desa Mela I. Diharapkan kedepannya peranan perempuan pesisir lebih meningkat lagi dan sektor kegiatan yang dikelola lebih beragam mengingat masih banyak potensi alam terutama di bidang kelautan yang belum dikembangkan secara maksimal yang pada akhirnya dapat membuat perekonomian keluarga nelayan di Desa Mela I jauh lebih baik lagi dari sekarang.

5.2Saran

1. Diharapkan kepada pemerintah setempat maupun instansi yang terkait di bidang kelautan agar lebih peka terhadap kebutuhan para nelayan di Desa Mela I seperti pengadaan bantuan peralatan penangkapan ikan yang lebih baik.


(4)

2. Agar pemerintah setempat memberikan kesempatan untuk para perempuan pesisir dalam mengelola potensi-potensi alam yang terdapat di sekitar seperti pemberian pelatihan pengelolaan ikan yang baik, koperasi yang dapat menampung hasil pekerjaan mereka dan lain-lain.

3. Perempuan pesisir Desa Mela I harus lebih cermat melihat potensi yang bisa dikelola yang diharapkan dapat semakin memperkuat daya tahan ekonomi keluarga.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Azis, Asamaeny. 2006. Kesetaraan Gender dalam Perspektif Sosial Budaya, Makassar: Yapma

Bungin, Burhan, 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Damsar.2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana

Fakih Mansour.2005. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jhonson, Doyle Paul, 1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Nasution, Arif, dkk, 2005. Isu-Isu Kelautan dari Kemiskinan Hingga Bajak Laut Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Partini, Siti, 2001. Perempuan Kepala Rumah Tangga, Yogyakarta: Penerbit Jendela Silalahi, Ulber, 2009. Metode Penelian Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama Subri, Muliadi, 2005. Ekonomi Kelautan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Soetrisno, Lukman1997. Kemiskinan, Perempuan, & Pemberdayaan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Yacub, H. M. 1996. Wanita, Pendidikan dan Keluarga Sakinah. Medan: C.V. Jabal Rahmat

Sumber Internet dan Jurnal Ilmiah

Sitorus, Henry, 2003. Atribut Matriproduksi dalam Struktur Masyarakat Pantai Provinsi Sumatera Utara dalam Jurnal Wawasan, Februari 2007, Volume 12, Nomor 3


(6)

Irvanus, Edwin, 2 November 2006. Dilema Peran Ganda Wanita Bekerja,

Sudarta, Wayan, 2007. Peranan Wanita dalam Pembangunan Berwawasan Gender,

Yusuf, Puspa Ria, 2007. Karakteristik Dinamis Peran Ganda Wanita,

repository.unhas.ac.id/bitstream/.../242/BAB%20I,II,III,IV,V.docx?...(diakses tanggal 18 November 2012, 11.05 Wib)

repository.ipb.ac.id/.../BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?...4(diakses tanggal 18 November 2012 17.00 Wib)

?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem (diakses 13 januari 2013,Pukul 12.00 Wib)


Dokumen yang terkait

Pemberdayaan Perempuan Dalam Pembangunan Masyarakat Pesisir Pantai (Studi Pada Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai)

9 121 115

Peranan Anak Perempuan Dalam Keluarga Pada Masyarakat Karo, studi Deskriptif di Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.

4 72 147

Analisis keragaan ekonomi dalam pespektif pemberdayaan perempuan di wilayah pesisir Kabupaten Maluku Tengah

1 33 313

Peran Aktivitas Perempuan Pesisir Dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Keluarga Kasus di Kabupaten Tangerang

0 2 123

Strategi Perempuan Pesisir Dalam Mengatasi Kemiskinan Pada Keluarga Nelayan Miskin Studi Kasus : Masyarakat Pesisir di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

0 13 113

Perempuan Pesisir dalam Kemandirian Ekonomi Desa (Studi tentang Motivasi dan Pengaruh Perempuan sebagai Istri para Nelayan di Kabupaten Bangkalan)

0 0 9

Strategi Perempuan Pesisir Dalam Mengatasi Kemiskinan Pada Keluarga Nelayan Miskin Studi Kasus : Masyarakat Pesisir di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

0 0 9

Strategi Perempuan Pesisir Dalam Mengatasi Kemiskinan Pada Keluarga Nelayan Miskin Studi Kasus : Masyarakat Pesisir di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

0 0 1

Strategi Perempuan Pesisir Dalam Mengatasi Kemiskinan Pada Keluarga Nelayan Miskin Studi Kasus : Masyarakat Pesisir di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan

0 0 10

PERAN PEREMPUAN DALAM MEMBANTU EKONOMI KELUARGA DI DESA TANJUNG SETIA KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT - Raden Intan Repository

0 0 114