Definisi diksi Sekilas Masalah Diksi

Keraf 2010, berpendapat bahwa kesesuaian kelayakan diksi dapat dilihat berdasarkan pemakaian ragam formal ragam baku, ragam tak formal ragam tak baku, dan ragam cakapan. Agar tercipta suatu kalimat yang efektif dan efesien, pemahaman yang baik ihwal penggunaan diksi atau pilihan kata sangatlah penting, bahkan mungkin vital, untuk menghindari terjadinya kesalapahaman. Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frasa atu kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya.

2. Macam-macam Diksi

a. Pemakaian kata berdenotasi dan berkonotasi Dalam studi linguistik ditegaskan bahwa kata yang tidak mengandung makna tambahan atau perasanaan tambahan makna disebut denotasi.Adapun maknanya disebut makna denotatif, makna denotasioanl, makna kognitif, makna konseptual, ideasional, makna referensial atau makna profosional. Jadi, makna denotatif itu disebut makna sebenarnya, makna yang ditunjuk oleh yang disimbolkan itu. Sebuah peranti duduk dalam perkantoran, misalnya saja, namanya ‘kursi’ maka peranti untuk duduk itu disebut ‘kursi’. Kata ‘kursi’ dalam hal ini memiliki makna apa adanya, sesuai yang disimbolkan, tidak ada nuansa makna lain di luar makna sesungguhnya. Jadi, makna demikian itulah yag dimaksud makna denotatif. Karya-karya jurnalistik harus mengutamakan kata-kata denotatif demikian ini dibandingkan dengan kata-kata denotatif. Makna konotatif adalah makna yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum. Konotasi atau konotatif sering disebut makna konotasional, makna emotif , atau makna evaluative. Dapat juga dikatan makna konotatif adalah makna kias, bukan makna sesungguhnya. Maka, sebuah kata diartikan berbeda dengan masyarakat lainnya.Makna konotatif memiliki makna yang subjektif dan cenderung digunakan dalam situasi tidak formal. b. Pemakaian kata bersinonimi atau berantonimi Kata ‘bersinonim’ berarti kata sejenis, sepadan, sejajar, serumpun dan memiliki arti sama. Secara lebih gamblang dapat dikatan bahwa sinonim sesunggahnya adalah persamaan makna kata. Adapaun yang dimaksud adalah dua kata atau lebih yang berbeda bentuknya, ejaannya, pengucapan dan lafalnya tetapi memiliki makna sama atau hampir sama. Contoh: kata “’hamil’, ‘mengandung’ dan ‘bunting’. Ketiga bentuk kebahasaa itu dapat dikatan bersinonim karena bentuknya berbeda tetapi maknanya sama. Kata berantonim berlawan dengan kata bersinonim. Bentuk kebahasaan tertentu akan dapat dikatakan berantonim kalau bentuk itu memiliki makna yang tidak sama dengan makna lainnya. Dalam linguistik dijelaskan bahwa antonim menunjukan bentuk-bentuk kebahasaan itu memiliki relasi antarmakna yang wujud logisnya berbeda atau bertentagan antara satu degan yang lainnya. c. Pemakaian kata konkret dan abstrak Kata-kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk pada objek yang dapat dipilih, didengar, dirasakan, diraba, atau dicium. Kata-kata konkret lebih mudah dipahami dari pada kata-kata abstrak. Kata-kata konkret akan dapat lebih efektif jika dipakai dalam deskripsi sebab kata- kata demikian itu akan mendapat ransang pancaindera. Jadi sesungguhnya kata-kata konkret menunjukan kata-kata yang dapat diindera.Lazimnya, kata-kata konkret dalam ilmu bahasa merupakan kata yang bukan kata jadian atau kata bentukan. Dengan perkataan lain, kata-kata yang sifatnya konkret itu melambangkan atau menimbolkan sesuatu, misalnya kata ‘kursi’ merupakan kata konkret yang sudah diketahui referennya. Kata abstrak menunjuka pada konsep atau gagasan.Kata-kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan yang cenderung rumit. Kalau kata-kata konkret lazim digunakan untuk membuat deskripsi, beberapa juga untuk narasi, maka kata-kata abastrak lazim digunakan untuk persuasi danatau argumentasi bentuk-bentuk kebahasaan yang merupakan konsep tentu saja lebih tepat digunakan untuk meyampaikan gagasan, argumentasi, persuasi, bukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan barang atau benda. Bentuk kebahasaan seperti ‘pembodohan’ dan ‘kemiskinan’ tentu saja merupakan kata-kata abstrak yang hanya ditangkap maknanya dengan