B. Gambaran Umum Masalah Kalimat Efektif
1. Definisi Kalimat
Semua bahasa mempunyai unsur kalimat. Kalimat merupakan satuan bahasa yang terkecil, dalam wujud lisan atau tulis yang minimal terdiri dari
subjek S dan predikat P, jika tidak memiliki S dan P, pernyataan itu bukanlah kalimat, melainkan frase. Kalimat juga merupakan unsur penting
untuk mengungkapkan fakta, pikiran, sikap, dan perasaan. Hal ini pun harus di ungkapkan dalam kalimat efektif.
28
Untuk lebih jauh lagi kita mengenal dan memahami definisi kalimat, ada baiknya penulis mencantumkan pendapat para tokoh bahasa mengenai
definisi kalimat.Sebagai berikut: a.
Menurut Ramlan, Kalimat ialah satuan gramatikal yang dibatasi oleh
adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
29
b. Menurut Gorys Keraf, kalimat adalah suatu bagian ujaran, yang didahului
dan diikuti oleh senyapan, sedangkan intonasinya menunjukan bahwa
sebagian ujaran itu sudah lengkap.
c. Menurut Sultan Takdir Alihsabana, Kalimat adalah satuan kumpulan kata
yang terkecil yang mengandung pikiran lengkap.
30
d.
Dalam literatur lain menyebutkan:
28
. Minto Rahayu. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo, 2007 h 79
29
. Mansoer Pateda. Linguistik Sebuah Pengantar. Bandung: Angkasa, 2011 hal 98
30
. Mansoer Pateda. Linguistik Sebuah Pengantar. Bandung: Angkasa, 2011 h99
31
. Musthafa al-Ghalayini Jami’u al-durus al-‘arabiyah. Juz 1 Kairo: Maktabah al-sharuq al-
dauliyah, 2008 h. 9
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, kalimat adalah satuan gramatikal yang memiliki pikiran lengkap, secara lisan intonasinya
menunjukan bahwa sebagian ujaran itu sudah lengkap pula.Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik., tanda tanya ?, dan tanda seru dan disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca berupa spasi, koma ,, titik koma ;,
titik dua :, atau sepasang garis yang mengapit bentuk tertentu- -. Sedangkan, dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titik nada,
disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan asimilasi bunyi.
32
Sedangakan, Kalimat dalam bahasa Indonesia sama dengan kata kalam
ما لا dalam bahasa Arab. Kalimat
ةم ْلا dalam bahasa Arab sama
dengan kata dalam bahasa Indonesia. Sebagaimana yang tertulis dalam nadzham
33
Alfiyah Ibnu Malik
“Kalam menurut istilah kami ahli nahwu ialah lafadz yang bermakna lengkap seperti ‘istaqim’ luruslah kamu.Sedangkan isim, fiil, dan huruf,
kalim namanya.
34
” Kalimat itu minimal terdiri dari dua unsur, yaitu subjek dan
predikat. Subjek dalam bahasa Arab bisa berupa ism dhamir pronomina, ism ‘alam nama diri, sedangkan predikatnya bisa berupa ism dalam
32
. Anton Moeliono. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988, h. 254
33
. Nadzam ialah sususnan bait serupa syair yang mengeluarkan kaidah-kaidah keilmuan.
34
.Bahrun Abu Bakar, Terjemah Alfiyah Syah Ibnu Aqil. Bahaud Din Abdullah Ibnu Aqil, Alfiyah Syarah Ibnu Aqil
jilid 1Bandung: Sinar BAru Algesindo, 2009, h. 1
kalimat nominal jumlah ismiyah atau bisa juga beupa fi’il dalam kalimat
verbal jumlah fi’liyah, dan harf dalam kalimat nominal.
35
2. Jenis-jenis kalimat dalam bahasa Indonesia
Menurut strukturnya, kalimat dalam bahasa Indonesia berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Gagasan yang tunggal dinyatakan
dalam kalimat tunggal, gagasan bersegi-segi diungkapkan dalam kalimat majemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara koordinatif, tidak
setara subordinatif atau campuran koordinatif subordinatif.
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat sehingga membentuk konstituen SP.
36
Atau kalimat tunggaladalah kalimat yang hanya memiliki satu klausa.
37
Pada hakekatnya, jika dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang
panjang dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas subjek dan
predikat. Sebaliknya, kalimat yang sederhana pun bisa menjadi kalimat panjang dengan menambahkan keterangan berupa keterangan tempat,
waktu dan alat. Dengan demikian, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek tetapi juga dalam wujud yang panjang yang dapat
ditelusuri setiap polanya. Pola-pola itu dimaksud dengan pola dasar kalimat, sebagai berikut:
35
. Moch Syarif Hidayatullah. Abdullah. Pengantar Linguistik Bahasa Arab Klasik Modern. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010 h. 106
36
. E. Zaenal Arifin. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Presinndo, 1995, h. 84
37
. Abdul Chaer. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2007, h. 243