Macam-macam Diksi Sekilas Masalah Diksi
memiliki relasi antarmakna yang wujud logisnya berbeda atau bertentagan antara satu degan yang lainnya.
c. Pemakaian kata konkret dan abstrak
Kata-kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk pada objek yang dapat dipilih, didengar, dirasakan, diraba, atau dicium. Kata-kata
konkret lebih mudah dipahami dari pada kata-kata abstrak. Kata-kata konkret akan dapat lebih efektif jika dipakai dalam deskripsi sebab kata-
kata demikian itu akan mendapat ransang pancaindera. Jadi sesungguhnya kata-kata konkret menunjukan kata-kata yang dapat diindera.Lazimnya,
kata-kata konkret dalam ilmu bahasa merupakan kata yang bukan kata jadian atau kata bentukan. Dengan perkataan lain, kata-kata yang sifatnya
konkret itu melambangkan atau menimbolkan sesuatu, misalnya kata ‘kursi’ merupakan kata konkret yang sudah diketahui referennya.
Kata abstrak menunjuka pada konsep atau gagasan.Kata-kata abstrak sering dipakai untuk mengungkapkan gagasan yang cenderung
rumit. Kalau kata-kata konkret lazim digunakan untuk membuat deskripsi, beberapa juga untuk narasi, maka kata-kata abastrak lazim digunakan
untuk persuasi danatau argumentasi bentuk-bentuk kebahasaan yang merupakan konsep tentu saja lebih tepat digunakan untuk meyampaikan
gagasan, argumentasi, persuasi, bukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan barang atau benda.
Bentuk kebahasaan seperti ‘pembodohan’ dan ‘kemiskinan’ tentu
saja merupakan kata-kata abstrak yang hanya ditangkap maknanya dengan
kejernihan pemikiran dan ketajaman pikir, jadi pemaknaan makna untuk kata-kata abstrak itu bukan melalui indera.
d. Pemakaian keumuman dan kekhususan kata
Kata-kata umum adalah kata-kata yang perlu dijabarkan lebih lanjut dan denga kata-kata yang sifatnya khusus untuk mendapatkan
perincian lebih baik. Kata-kata umum tidak tepat untuk mendeskripsikan sesuatu karena memiliki kadar akurasi yang rendah.
Kata-kata umum demikian ini lebih tepat diguan untuk argumentasi atau persuasi karena pemakaian yang disebutkan terakir itu ka dibuka
kemungkinan-kemungkinan penafsiran yag lebih luas, yang lebih umum, yang lebih konfehensif. Apabila menggunakan kata khusus akan
memberikan makna yang lebih universal, dan makna khusus akan lebih menjelaskan maknanya.
e. Pemakaian kelugasan kata
Diksi juga megajarkan kita ihwal-ihwal kata lugas, apa adanya. Ada juga yang menyebut bahwa kata-kata lugas itu secara langsung to the
point , tegas, lurus, apa adanya, kata-kata yang bersahaja. Kata-kata yang
lugas adalah kata-kata yang sekaligus juga ringkas, tidak merupakan frasa panjang, tidak mendayu-dayu, dan sama sekali tidak berbelit-belit.
Lazimnya, kata-kata lugas itu juga bukan merupakan bentuk-bentuk kebahasaa kompleks. Maka untuk menganalisis data penelitian, menarik
kesimpulan dalam penelitian, pemakaian bentuk-bentuk kebahasaan yang
lugas, apa adanya, sesuai dengan fakta harus digunakan kelugasan dengan sebaik-baiknya.
f. Pemakaian keaktifan dan kepasifan kata
Dalam kerangka diksi atau pemilihan kata, yang dimaksud dengan kata-
kata aktif bukanlah yang berawal ‘me-‘ dan tidak berawalan ‘di-‘. Adapun yang dimaksud dengan kata-kata aktif itu adalah kata-kata
yang banyak atau sering digunakan oleh tokoh masyarakat. Karena banyak diperantikan oleh tokoh masyarakat, para selebritas, para
jurnalis media massa, para dosen, para politisi, maka kata-kata yang semula tidak pernah digunakan itu menjadi semakin banyak digunakan
dalam pemakaian kebahasaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kata-kata demikian itu
telah menjadi aktif lagi dan siap digunakan. Dalam kerangka dinamika bahasa, fakta demikian ini lazim terjadi karena proses kreatif, yakni
kreativitas yang sangat generative itu, bentuk-bentuk kebahasaan yang semula telah terlahir tetapi tidak banyak digunakan, sehingga seperti
tertutup oleh selubung yang samar-samar itu menjadi terbuka lagi untuk digunakan dan dikembangkan. Jadi telah terjadi proses
pengaktifan terhadap kata- kata yang semula telah menjadi ‘pasif’.