sikap negatif cenderung untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu dalam kehidupan masyarakat Purwanto, 1999.
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup untuk seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, manifestasi sikap tidak ada
langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus dalam kehidupan sehari-hari. Selain bersifat positif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda
sangat benci, agak benci, dst.. Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering sekali terjadi
bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya, sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang
objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya Notoatmodjo,2003.
Allport 1954 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu:
1. Kepercayaan keyakinan, ide, konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.
Sikap ini terdiri dari 4 tingkatan yaitu:
a. Menerima Receiving
Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
Universitas Sumatera Utara
b. Merespon Responding
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai Valuing
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab Responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap ada dilakukan secara
langsung dengan mengatakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek Notoadmojo,2003.
2.1.3 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan over behavior, untuk terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas, disamping fasilitas juga diperlukan faktor pendukung support dari pihak lain.
Tingkat-tingkat praktek tindakan: 1.
Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek pada tingkat ini.
Universitas Sumatera Utara
3. Mekanisme, apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai tingkat ini.
4. Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik, artinya sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.2 Kesulitan Makan 2.2.1 Pengertian Kesulitan Makan
Makan merupakan kegiatan rutin sehari-hari yang jika dilihat sepintas tampaknya sangat sederhana, namun sebenarnya makan merupakan salah satu
kegiatan biologis yang kompleks, melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis dan lingkungan. Selain sebagai upaya pemenuhan kebutuhan terhadap nutrien, makan
juga memiliki fungsi psikologis dan sosialedukasi yang dapat memberikan kepuasan bagi anak itu sendiri maupun bagi pemberinya. Kesulitan makan
merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkomsumsi sejumlah makanan yang diperlukan, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulut secara
sukarela. Masalah kesulitan makan sering dihadapi baik oleh para orangtua, dokter
atau petugas kesehatan yang lain. Sekitar 25 sampai 40 anak dilaporkan mengalami kesulitan makan. Penelitian terhadap anak prasekolah usia 4-6 tahun di
jakarta didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6, 44,5 diantaranya menderita malnutrisi ringan
– sedang serta 79 telah berlangsung lebih dari 3 bulan. Penelitian di Belgia menemukan 17 anak yang dirujuk dengan kesulitan
Universitas Sumatera Utara
makan yang parah ditemukan mengalami esofagitis refluks tanpa disertai penyakit lain. Penyebab kesulitan makan secara garis besar dibedakan oleh faktor organik,
nutrisi, dan psikologis Soedibyo,2007. Jika anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau
pemberian makan akan segera mengundang kekhawatiran ibu. Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam, diantaranya :
a. Penerimaan makanan yang tidakkurang memuaskan.
b. Makan tidak mau ditelan.
c. Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan.
d. Penolakan atau melawan pada waktu makan.
e. Kebiasaan makan makanan yang anehsiap saji.
f. Hanya mau makan jenis makanan tertentu saja.
g. Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan.
h. Keterlambatan dalam tingkat keterampilan makan.
2.2.2 Penyebab Kesulitan Makan
Kesulitan makan dapat terjadi pada semua kelompok usia anak, tetapi jenis kesulitan makan dan penyebabnya berlainan, juga mengenai derajat dan lamanya.
Penyebab kesulitan makan mungkin karena disebabkan oleh satu penyakit atau kelainan tertentu, tetapi bisa juga beberapa macam penyakit atau faktor bersama-
sama.
Universitas Sumatera Utara
Faktor yang merupakan penyebab kesulitan makan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:
A. Faktor nutrisi
Berdasarkan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan, memilih jenis makanan dan menentukan jumlah makanan, anak-anak dapat dikelompokkan :
1. Konsumer pasif : pada bayi berusia 0-1 tahun Pada bayi umumnya kesulitan makan karena faktor mekanis berkaitan
dengan keterampilan makan biasanya disebabkan oleh cacat atau kelainan bawaan pada mulut dan kelainan neuro motorik. Selain itu dapat juga oleh
kekurangan pembinaan pendidikan makan antara lain: a. Manajemen pemberian ASI yang kurang benar.
b. Usia saat pemberian makanan tambahan yang kurang tepat, terlalu dini atau lambat.
c. Jadwal pemberian makan yang terlalu ketat. d. Cara pemberian makan yang kurang tepat.
2. Konsumer semi pasifsemi aktif : anak balita usia 1-5 tahun. Kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin
meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan, mereka lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut
maupun yang menahun, infestasi cacing dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
3. Konsumer aktif : anak sekolah dan remaja 6-18 tahun. Pada usia ini berkurangnya nafsu makan disamping karena sakit juga oleh
karena faktor lain misalnya waktu kesempatan untuk makan karena kesibukan belajar atau bermain dan faktor kejiwaan.
Kesulitan makan karena faktor kejiwaan biasanya pada anak gadis usia sekitar 10-12 tahun sesuai dengan awal masa remaja. Kesulitan makan mungkin mereka
lakukan dengan segaja untuk mengurangi berat badan untuk mencapai penampilan tertentu yang diabaikan. Sebaliknya mungkin terjadi nafsu makan yang
berlebihan yang mengakibatkan kelebihan berat yang berlanjut menjadi obesitas.
B. Faktor penyakitkelainan organik.
Berbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan, sistem saraf,
sistem hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan
gangguan atau kesulitan makan, untuk praktisnya dikelompokkan menjadi: a.
Kelainan penyakit gigi geligi dan unsur lain dalam rongga mulut. b.
Kelainan penyakit pada bagian lain saluran cerna. c.
Penyakit infeksi pada umumnya. a
akut : infeksi saluran pernafasan. b
kronis : tubercolosis paru, malaria. d. Penyakit kelainan non infeksi.
Penyakit bawaan diluar rongga mulut dan saluran cerna: a
Penyakit jantung bawaan, sindroma down.
Universitas Sumatera Utara
b Penyakit neuromauskuler : cerebral palsy.
c Penyakit keganasan : tumor willems.
d Penyakit hematologi : anemia, leukemia.
e Penyakit metabolikendokrin : diabetes mellitus.
f Penyakit kardiovaskuler.
C. Faktor gangguankelainan psikologis.
a. Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya.
Suatu kehendakkeinginan atau kemauan karena ada kebutuhan atau kekurangan yang menimbulkan ketidakseimbangan. Orang membutuhkan
makanan selanjutnya muncul perasaan lapar karena di dalam tubuh ada kekurangan zat makanan. Atau sebaliknya seseorang yang didalam tubuhnya
sudah cukup makanan yang baru atau belum lama dimakan, maka tubuh belum membutuhkan makanan dan tidak timbul keinginan makan.
Hal ini sering tidak disadari oleh para ibu atau pengasuh anak, yang memberikan makanan tidak pada saat yang tepat, apalagi dengan tindakan
pemaksaan, ditambah dengan kualitas makanan yang tidak enak, misalnya terlalu asin atau pedas dan dengan cara menyuapi yang terlalu keras, memaksa
anak untuk membuka mulut dengan sendok. Hal ini semua menyebabkan kegiatan makan merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.
b. Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang
kebetulan tidak disukai. Hal ini perlu pendekatan yang tepat dalam melatih anak mau memakan makanan yang mungkin tidak disukai.
Universitas Sumatera Utara
c. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak dalam keadaan demam, mual atau
muntah dan dalam keadaan ini anak dipaksa untuk makan. d.
Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola interaksi antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik.
Tidak tertutup kemungkinan sikap menolak makan sebagai sikap protes terhadap perlakuan orang tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras,
pemaksaan untuk belajar dan sebagainya.
2.2.3 Dampak Kesulitan Makan
Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang
anak. Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari
jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A. Bila hanya
mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein KEP.
2.2.4 Upaya Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak
Menurut Irianto 2007 anak-anak sering mengalami kesulitan atau tidak mau makan meskipun orang tua sudah menyiapkan makanan terbaik. Hal tersebut
dapat diatasi dengan berbagai upaya, antara lain:
a. Porsi kecil
Berikan makanan dalam porsi secukupnya jangan banyak sekaligus, Karena anak akan bangga jika berhasil menghabiskan porsi makannya.
Universitas Sumatera Utara
b. Beri pujian
Apabila anak mampu menghabiskan porsi makannya, berilah pujian sehingga menyenangkan hati anak.
c. Biarkan anak mengambil porsinya sendiri
Berikan kebebasan kepada anak untuk mengambil makanannya sendiri sebab anak akan merasa dihormati dan bertanggung jawab terhadap habisnya
makanan tersebut.
d. Beri makan saat lapar
Apabila hendak menyajikan jenis makanan baru yang belum dikenal anak, sebaiknya diberikan pada saat anak lapar.
e. Hindari rasa bersalah
Apabila anak memecahkan peralatan makan, jangan dimarahi. Untuk itu, gunakan peralatan yang terbuat dari plastik.
f. Sajikan hanya makanan yang terbaik
Berikan makanan yang padat kalori seperti daging, ikan, selai kacang, keju, pisang, kacang-kacangan.
g. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Biarkan anak makan sambil bermain-main atau apa saja yang disukainya.
h. Kurangi Hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian
Telivisi sering mengganggu perhatian anak pada waktu makan meskipun anak tidak sungguh-sungguh menonton. Demikian juga halnya kehadiran kakak atau
anak lain juga menyebabkan anak kurang perhatian pada makanannya.
Universitas Sumatera Utara
i. Biarkan anak makan lambat