Produksi Total, Produksi Rata-Rata, dan Produksi Marginal Kolom 4 menunjukkan nilai produksi marginal, yaitu tambahan produksi
yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. Apabila ∆L
adalah pertambahan tenaga kerja, ∆TP adalah pertambahan produksi total, maka
produksi marginal MP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: MP =
L TP
∆ ∆
Besarnya produksi rata-rata, yaitu produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja, ditunjukkan dalam kolom 5. Apabila produksi total adalah TP,
jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi rata-rata AP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
AP =
L TP
b. Teori Produksi dengan dua faktor berubah
Dalam analisis ini dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya. Misalnya yang dapat diubah adalah tenaga kerja dan modal.
Misalkan pula bahwa kedua faktor produksi yang dapat berubah ini dapat dipertukar- tukarkan penggunaannya, yaitu tenaga kerja dapat mengganti modal atau sebaliknya.
Analisis mengenai kegiatan produksi dapat dilakukan dengan memaksimumkan produksi dan meminimumkan biaya. Analisis memisalkan ada dua
faktor produksi yang dapat diubah penggunaannya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan jumlah produksi yang maksimum dan jumlah biaya yang minimum dapat dilakukan dengan menggabungkan dua kurva, yaitu:
a. Kurva Produksi Sama Isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan gabungan
tenaga kerja dan modal yang akan menghasilkan satu tingkat produksi tertentu. b.
Garis Biaya Sama Isocost, yaitu garis yang menggambarkan gabungan faktor- faktor produksi yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah biaya
tertentu.
2.2.4 Hubungan Produksi dan Ekspor
Di Indonesia istilah industri lebih banyak dipergunakan dalam konteks produksi barang. Di dalam proses produksi barang terdapat tahapan-tahapan, dimana
barang tersebut langsung dapat dimanfaatkan kegunaannya, ataupun masih berupa bahan baku, ataupun produk antara yang masih harus diproses lebih lanjut sebelum
menjadi suatu customer product atau barang jadi. Apabila rupiah mengalami depresiasi terhadap mata uang negara-negara mitra
dagang, misalnya terhadap Dollar AS, akan menyebabkan harga komoditi ekspor bisa lebih kompetitif di pasar internasional terutama komoditi yang bahan-bahan
produksinya berasal dari dalam negeri sendiri dan bahan mentah dari sumber-sumber alam menjadi lebih murah dibanding produksi sejenis negara lain sehingga pada
akhirnya dapat mendorong peningkatan ekspor.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Ekspor 2.3.1 Pengertian Ekspor
Kegiatan ekspor merupakan hal yang terpenting bagi setiap negara baik negara maju maupun negara berkembang, bahkan mendapat perhatian utama dalam
kegiatan ekonomi mengingat peranannya yang sangat besar dalam menunjang setiap program pembangunan yang dilaksanakan yakni sebagai penggerak kegiatan ekonomi
dan pembangunan. Ekspor merupakan arus keluar sejumlah barang dan jasa dari satu negara ke pasar internasional.
Menurut Soekartawi 1991:126, alasan yang mendesak mengapa suatu negara perlu menggalakkan ekspor adalah untuk meningkatkan kekayaan negara yang berarti
pula meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat. Dengan demikian, perbincangan mengenai ekspor sudah menjadi bahan pembicaraan umum baik di
media massa maupun dalam kehidupan sehari-hari, sehingga istilah ekspor bukan lagi istilah yang asing bagi masyarakat.
Menurut Michael P. Todaro 1983:620, ekspor adalah kegiatan perdagangan internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam
negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar bersama dengan struktur politik yang stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Dengan kata lain,
ekspor mencerminkan aktivitas perdagangan antar bangsa yang dapat memberikan dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga suatu
negara yang sedang berkembang kemungkinan untuk mencapai kemajuan perekonomian setara dengan negara-negara yang lebih maju.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, menurut G. M. Meiner 1965:313, ekspor adalah salah sektor perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara
beberapa negara dimana dapat mengadakan perluasan dalam suatu industri sehingga mendorong sektor lain dalam perekonomian.
Ada tiga hal yang menjadi landasan untuk kemungkinan memperdagangkan komoditi dalam pasaran internasional Amir, 2003:7, antara lain:
a. Bila komoditi atau produk itu mempunyai keunggulan mutlak atau keunggulan
komparatif dalam biaya produksi dibandingkan dengan biaya produksi komoditi yang sama di negara lain. Asas ini lebih ditekankan pada masalah biaya produksi,
tingkat produktivitas dan efisiensi dari komoditi yang bersangkutan. Sesuatu produk yang biaya produksinya lebih rendah dibandingkan dengan negara lain
dapat dikatakan mempunyai potensi untuk diekspor ke negara-negara yang biaya produksi untuk komoditi itu lebih mahal atau lebih tinggi. Suatu komoditi
dikatakan mempunyai keunggulan mutlak, bila produk itu merupakan produk langka secara alamiah, misalnya karena terikat pada iklim tertentu atau wilayah
tertentu. b.
Bila komoditi tersebut sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen di luar negeri. Asas yang kedua ini dengan sendirinya dipandang dari sudut kepentingan
konsumen. Komoditi yang mempunyai potensi ekspor dipandang dari sudut selera konsumen ini adalah komoditi yang mutu desain, ketepatan waktu penyerahan,
pengaturan packing dan standardisasi produksi itu sesuai dan memenuhi selera konsumen.
Universitas Sumatera Utara
c. Bila komoditi tersebut diperlukan untuk diekspor dalam rangka pengamanan
cadangan strategi nasional, misalnya pada suatu saat kita kekurangan beras, maka untuk menutupi kekurangan ini, justru kita lakukan ekspor beras yang bermutu
tinggi dengan harga mahal dan pada waktu yang bersamaan diimpor beras dengan mutu yang lebih rendah dalam kuantum lebih besar, namun dengan nilai yang
setaraf dengan nilai beras yang diekspor. Dengan cara ini kita dapat meningkatkan volume cadangan beras dalam negeri. Sebaliknya bisa juga yaitu mengekspor beras
surplus dan mengimpor gandum misalnya untuk meningkatkan gizi atau mengubah pola konsumsi.
Bidang ekspor sebagai salah satu dari perdagangan luar negeri meliputi bidang aktivitas seperti berikut:
a. Bidang produksi.
b. Bidang pengumpulan.
c. Bidang sortasi dan up-grading.
d. Bidang angkutan darat.
e. Bidang pembiayaan keuangan.
f. Bidang pergudangan dan pengepakan.
g. Bidang angkutan laut.
h. Bidang perasuransian.
i. Persoalan prosedur dan peraturan pemerintah.
j. Persoalan administrasi perusahaan.
k. Persoalan organisasi produksi dan pemasaran.
Universitas Sumatera Utara
l. Persoalan khusus disparitas dan subsidi.
m. Persoalan pemasaran.
2.3.2 Manfaat dan Peranan Ekspor
Secara umum, ada beberapa manfaat atau peranan yang dapat diperoleh dari kegiatan ekspor Djamin, 1994:5, antara lain:
a. Keuntungan komparatif comparative advantage, didasarkan pada hukum
keuntungan komparatif yakni suatu negara akan mengekspor hasil produksi yang darinya terdapat keuntungan yang lebih besar dan mengimpor barang-barang yang
darinya terdapat keuntungan yang lebih kecil. b.
Sektor ekspor menjadi penggerak dari kegiatan perekonomian leading sector. c.
Ekspor merupakan sumber devisa bagi negara. Bila ekspor naik mengakibatkan penerimaan dalam negeri akan meningkat.
d. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru, akibatnya permintaan barang-
barang di pasar dalam negeri meningkat. Terjadinya persaingan mendorong industri-industri dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikkan
produktivitas. e.
Perluasan kegiatan ekspor mempermudah pembangunan . Karena industri tertentu tumbuh tanpa membutuhkan investasi dalam kapital sosial sebanyak yang
dibutuhkan seandainya barang-barang itu akan dijual di luar negeri, misalnya karena sempitnya pasar dalam negeri akibat tingkat pendapatan riil yang rendah
atau hubungan transportasi yang belum memadai.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Menurut Darmansyah dalam Soekartawi, 1991:128, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan ekspor antara lain:
a. Harga internasional. Semakin besar selisih antara harga di pasar internasional
dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak.
b. Nilai tukar uang exchange rate. Semakin tinggi nilai tukar mata uang suatu
negara maka harga ekspor negara itu di pasar internasional menjadi mahal. Sebaliknya, semakin rendah nilai mata uang suatu negara, harga ekspor negara itu
di pasar internasional menjadi lebih murah. c.
Quota ekspor-impor yakni kebijakan perdagangan internasional berupa pembatasan kuantitas barang ekspor.
d. Kebijakan tarif dan non tarif. Kebijakan tarif adalah untuk menjaga harga produk
dalam negeri dalam tingkatan tertentu yang dianggap mampu atau dapat mendorong pengembangan komoditi tertsebut. Sedangkan kebijakan non tarif
adalah untuk mendorong tujuan diversifikasi ekspor.
2.3.4 Kebijakan Ekspor
Kebijakan perdagangan internasional di bidang ekspor diartikan sebagai berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung
maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan devisa ekspor suatu negara.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dari kebijakan ekspor adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan ekspor sehingga dapat menutupi defisit transaksi berjalan dan neraca pembayaran.
Untuk mencapai sasaran atau tujuan tersebut, dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain:
a. Kebijakan Devaluasi, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dengan
menurunkan nilai mata uang sendiri terhadap mata uang negara lain. Akibat kebijakan ini, harga barang-barang ekspor negara tersebut menjadi murah di luar
negeri dan mampu bersaing dengan produk saingan dari negara lain. Sedangkan harga barang-barang impor bagi negara tersebut menjadi mahal. Akibatnya, hasrat
mengimpor dapat ditekan sebagai upaya penghematan penggunaan devisa. Akan tetapi, bila kebijakan ini sering dilakukan akan menimbulkan ketidakpercayaan
masyarakat internasional terhadap negara tersebut karena merugikan negara lain untuk berkompetisi di pasar internasional.
b. Subsidi Ekspor, merupakan salah satu kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam
meningkatkan ekspor dengan memberikan bantuan kepada para produsen, sehingga biaya produksinya dapat ditekan. Hal tersebut akan membuat harga barang ekspor
lebih murah di pasar internasional sehingga dapat memenangkan persaingan dengan negara lain. Akan tetapi, kebijakan ini melanggar perjanjian umum
mengenai tarif dan perdagangan internasional GATT yang menggambarkan subsidi ekspor sebagai persaingan yang tidak adil dan mengizinkan negara-negara
pengimpor untuk membalasnya dengan bea balasan counter duties yang bersifat proteksionis.
Universitas Sumatera Utara
c. Diversifikasi Ekspor, yakni kegiatan penganekaragaman hasil ekspor. Hal ini juga
salah satu cara yang ditempuh dalam meningkatkan ekspor. Ini berarti komoditas ekspor tidak hanya terfokus pada satu jenis komoditi saja, tetapi dari berbagai jenis
komoditi lainnya. Agar kebijakan-kebijakan tersebut dapat lebih efektif dan efisien
penerapannya, sekurang-kurangnya ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan Soediyono, 1996:23, antara lain:
a. Daya saing sesama negara produsen yang pada dasarnya berkisar pada masalah
kemampuan pemasaran, tingkat efisiensi dan produktivitas produksi serta mutu dari komoditi.
b. Tindak tanduk dan taktik serta teknik yang dijalankan oleh konsumen untuk
memperoleh komoditi yang murah dan bermutu tinggi serta penawaran supply yang berkesinambungan.
c. Campur tangan pemerintah negara konsumen dan pemerintah negara produsen
yang menjadi saingan yang bersifat proteksionistis. d.
Kemajuan teknologi negara konsumen dalam menciptakan barang pengganti barang substitusi atau perkembangan teknologi dalam teknik produksi dari
negara produsen saingan yang akan mempengaruhi biaya produksi dan mutu komoditi.
Sementara itu, menurut Soedrajad Djiwandono 1992:56, keberhasilan dalam peningkatan ekspor tergantung oleh tiga faktor, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Perkembangan ekspor dan perdagangan dunia terutama mitra dagang dan negara-
negara yang mempunyai pengaruh besar terhadap perdagangan dunia serta terbukanya kesempatan akses ke pasar negara-negara tersebut, misalnya Amerika
Serikat. b.
Iklim usaha yang baik yakni iklim usaha yang memungkinkan dunia usaha untuk bertumbuh dan berkembang secara wajar menurut prinsip-prinsip ekonomi
rasional. Penciptaan iklim ini banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah seperti penyederhanaan dan pengurangan berbagai bentuk pengaturan berupa
perizinan, pembatasan serta terbinanya kerjasama yang terpadu antara berbagai instansi terkait dalam peningkatan ekspor.
c. Perilaku dan kemampuan serta kesiapan dunia usaha dalam bersaing merebut pasar
di luar negeri.
2.3.5 Aneka Cara Ekspor
Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara Amir MS, 1993:49, antara lain sebagai berikut:
a. Ekspor Biasa