Fisher Effect yang diperkenalkan oleh Irving Fisher. International Fisher Effect.

c. Fisher Effect yang diperkenalkan oleh Irving Fisher.

Fisher Effect menyatakan bahwa tingkat suku bunga nominal di satu negara akan sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah tingkat inflasi di negara itu.

d. International Fisher Effect.

Pendapat ini menyatakan bahwa pergerakan nilai mata uang satu negara dibanding negara lain pergerakan kurs disebabkan oleh perbedaan suku bunga nominal yang ada di kedua negara tersebut. Implikasi dari International Fisher Effect adalah bahwa orang tidak bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana mereka ke negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang negara yang suku bunganya tinggi tersebut akan terdepresiasi turun nilainya sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang mempunyai suku bunga nominal lebih rendah.

2.1.6 Nilai Tukar dan Neraca Perdagangan

Berdasarkan konsep Purchasing Power Parity PPP, harga barang-barang ekspor dan impor suatu negara dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing. Devaluasi atau depresiasi nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing mengakibatkan harga barang impor lebih mahal dan harga barang ekspor menjadi lebih murah. Sebaliknya, apabila kebijakan revaluasi atau apresiasi dilakukan harga barang impor menjadi lebih murah dan harga barang ekspor lebih mahal. Kebijakan devaluasi atau penurunan nilai tukar mata uang lokal dapat digunakan untuk memperbaiki neraca perdagangan. Devaluasi nilai tukar mengakibatkan penurunan harga barang ekspor dan pada lanjutannya mendorong Universitas Sumatera Utara peningkatan daya saing barang-barang ekspor dan pada akhirnya dapat meningkatkan volume barang-barang ekspor. Dari sisi barang impor, devaluasi dapat mengakibatkan semakin mahalnya barang impor dan pada akhirnya dapat mengurangi permintaan impor. Dasar pemikiran tersebut mendorong beberapa negara menerapkan kebijakan devaluasi untuk memperbaiki neraca perdagangannya, seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1978, 1983, dan 1986. Dalam praktek tidak semua negara yang nilai tukarnya mengalami depresiasi atau devaluasi selalu menunjukkan perbaikan di sisi neraca perdagangan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan devaluasi terhadap neraca perdagangan, terutama berkaitan dengan elastisitas barang impor dan ekspor. Jika elastisitas barang impor atau barang ekspor terhadap harga elastis, maka kebijakan devaluasi ataupun depresiasi akan sulit untuk memperbaiki neraca perdagangan. Kebijakan devaluasi dapat berhasil memperbaiki neraca perdagangan jika elastisitas barang ekspor dan impor lebih dari satu dan persyaratan ini disebut dengan Marshall Lerner Condition. Terdapat beberapa alasan melemahnya respons perubahan nilai tukar terhadap harga, antara lain: Terdapat lag kebijakan karena penyampaian informasi tidak sempurna sehingga importir baru menyadari bahwa telah terjadi perubahan harga akibat kebijakan tersebut. Terdapat lag antara pengambilan keputusan dan waktu pemesanan, seperti persediaan bahan baku untuk produksi akan habis dua atau tiga bulan kemudian sehingga perusahaan tidak perlu mengimpor. Universitas Sumatera Utara Terdapat lag antara impor baru dengan produksi dan penyampaian barang sebelum dipenuhi, misalnya, perusahaan yang telah memesan barang-barang modal, seperti mesin, tidak dapat membatalkan pesanannya karena telah terikat kontrak. Pengaruh devaluasi atau depresiasi nilai tukar akan dirasakan dalam jangka waktu yang lebih panjang, sementara dalam jangka pendek neraca perdagangan cenderung memburuk. Pengaruh dari devaluasi sebagaimana telah dikemukakan di atas dapat digambarkan dalam bentuk kurva J J-Curve pada Gambar 2.1. Pada daerah 1 neraca perdagangan akan memburuk akibat kebijakan devaluasi. Hal ini dapat terjadi karena dalam jangka pendek kebutuhan impor perusahaan masih tinggi sementara ekspor belum meningkat. Pada daerah 2 elastisitas barang ekspor dan impor meningkat secara bertahap, dan daerah 3 neraca perdagangan akan melampaui titik awal ketika Marshall-Lerner condition dipenuhi. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Kurva J 2.2 Produksi 2.2.1 Pengertian Produksi