Organ-Organ Yayasan PENGATURAN HUKUM YAYASAN DIINDONESIA MENURUT UU

hambatan, baik dalam melaksanakan kegiatannya, posisi keuangan, maupun permasalahan terhadap organ yayasan sendiri secara internal atau masalah dengan pihak ketiga luar secara eksternal. Kegiatan hukum yayasan dengan pihak ketiga, seperti jual beli, utang piutang, sewa-menyewa dan sebagainya kadang bisa juga menyisakan permasalahan yang menyebabkan kondisi yayasan menjadi ambaradul. Namun, tentu saja hak dan kewajiban yang timbul berkaitan dengan pihak ketiga ini harus diselesaikan karena bisa bermasalah secara hukum, baik pidana maupun perdata, yang harus ditanggung yayasan, bahkan bisa juga bermasalah bagi organ pengurus yayasan bila memang karena kelalaiannya. 37 Berdasarkan Undang-Undang Yayasan, ada beberapa alasan yayasan bubar, yakni: 38 1. Berakhirnya jangka waktu berdirinya yayasan, sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar Yayasan; 2. Tujuan yayasan sudah tercapai atau malah tujuan yayasan tidak tercapai; 3. Yayasan bubar berdasarkan keputusan pengadilan karena yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan, tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit, maupun harta kekayaan yayasan tidak cukup untuk melunasi utang setelah pernyataan pailit dicabut.

D. Organ-Organ Yayasan

Yayasan sebagai badan hukum harus mempunyai organ yang nantinya akan mewakili Yayasan dalam menjalankan hak dan kewajiban dari Yayasan itu. 37 Adib Bahari, Op.Cit. hlm. 51. 38 Ibid. Dalam Undang-Undang Yayasan, sudah ditentukan ada 3 organ yang harus ada yaitu pembina, pengurus dan pengawas. 1. Pembina Pembina dalam suatu yayasan merupakan organ tertinggi. Jika dalam koperasi ada Rapat Anggota Tahunan dan dalam Perseroan Terbatas ada Rapat Umum Pemegang Saham, maka dalam yayasan ada pembina. Kedudukan pembina sebagai organ tertinggi dalam Undang-Undang Yayasan diatur dalam Pasal 28 ayat 1, bahwa pembina memiliki kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undang-undang atau anggaran dasar. Pembina dalam sebuah yayasan memiliki kewenangan untuk mengangkat maupun memberhentikan pengurus maupun pengawas yang dianggap tidak menjalankan amanahnya dengan baik. Selain itu, kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh pengurus dan pengawas Yayasan harus dipertanggung jawabkan kepada pembina. Kriteria siapa yang akan diangkat menjadi pembina, Undang-Undang Yayasan menggariskan sebagai berikut: a. Pendiri yayasan selaku pribadi, b. Orang yang bukan pendiri yayasan, atau c. Pendiri yayasan selaku pribadi dan orang yang bukan pendiri Yayasan. Untuk menjadi seseorang Pembina pada prinsipnnya tidak melalui proses pemilihan, tapi dilakukan melalui proses pengangkatan. Pengangkatan anggota Pembina dilakukan melalui Rapat Pembina. Kecuali untuk yayasan yang baru didirikan, maka yang mengangkat adalah pendiri atau para pendiri yayasan. Pasal 28 ayat 3 Undang-Undang Yayasan secara lengkapnya menyebutkan orang perorangan sebagai pendiri yayasan dan atau mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Dalam hal nanti terjadi kekosongan sama sekali Pembina, bisa karena mengundurkan diri ataupun meninggal dunia, maka Undang-Undang Yayasan memberikan jalan keluar yaitu paling lambat 30 hari sejak terjadi kekosongan tersebut, maka harus segera diangkat Pembina untuk memgisi lowongan tersebut melalui rapat gabungan yaitu Rapat yang dilakukan oleh Pengurus dan Pengawas. Hal ini diatur dalam Pasal 28 ayat 4 Undang-Undang Yayasan. Seorang pembina diberhentikan atau tidak lagi menjabat sebagai seorang pembina karena disebabkan oleh: 39 1. Meninggal dunia; 2. Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis; 3. Tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4. Diberhentikan berdasarkan rapat pembina; 5. Dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengambuan berdasarkan suatu penetapan pengadilan; 6. Dilarang menjadi anggota pembina karena peraturan perundang- undangan yang berlaku. 39 Anggaran Dasar Yayasan Tri Karsa Utama, pasal 7 dari www.google.com, diakses pada bulan Desember 2012. Menjalankan tugasnya sebagai pembina memiliki beberapa kewenangan sebagai berikut: 40 1. Mengambil keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar Yayasan; 2. Melakukan pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas; 3. Memberikan penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan; 4. Pengesahan program kerja dan Rancangan Anggaran Tahunan Yayasan; 5. Mengambil keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan. Untuk melaksanakan kewenangannya tersebut, pembina harus melakukan rapat tahunan yang diatur dalam Undang-Undang Yayasan disebutkan paling sedikit 1 satu kali dalam satu tahun, namun demikian undang-undang tidak mengatur kapan waktunya. Dalam Rapat Tahunan tersebut, sesuai dengan Pasal 30 ayat 1 pembina dapat melakukan evaluasi tentang kekayaan yayasan, hak dan kewajiban yayasan tahun yang lampau sebagai prakiraan perkembangan yayasan tahun berikutnya. Menjadi anggota pembina ada larangannya, yaitu merangkap pengurus maupun pengawas. Larangan ini diatur dalam Undang-Undang Yayasan Pasal 29. Begitupun sebaliknya untuk pengurus dan pengawas dilarang untuk merangkap jabatan sebagai pembina. Hubungan dengan kekuasaan atau wewenang pembina yayasan yang amat besar, perlu dipertanyakan apakah pembina dapat memperoleh imbalan atau 40 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan, Pasal 28 ayat 2. keuntungan yang bersifat materi dari yayasan. Pendapat yang umum, seperti yang diikuti oleh Undang-Undang No.16 Tahun 2001 bahwa para organ yayasan itu pada dasarnya adalah pekerja sosial sehingga tidak seharusnya memperoleh kontra prestasi dari yayasan. Chatamarrasjid Ais menyatakan bahwa terhadap 150 seratus lima puluh yayasan hanya 5 lima Yayasan 3,3 tiga koma tiga persen yang mencantumkan dalam Anggaran Dasarnya, ketentuan yang menyatakan bahwa kepada Pembina dan Pengurus tidak diberi imbalan atau keuntungan yang bersifat materi dari yayasan. Tidak banyak atau hanya sedikit yang menyatakan secara tegas bahwa pembina dan pengurus tidak memperoleh imbalan atau keuntungan yang bersifat materi dari yayasan, memberikan kesan terselubung bahwa ada pembina atau pengurus yang memperoleh kontra prestasi dari yayasan yang bersangkutan. 41 2. Pengurus Pengurus yayasan memiliki tugas utama untuk melaksanakan kegiatan dan program kerja Yayasan sesuai dengan tujuan pendiriannya. Untuk diangkat menjadi pengurus yayasan tidak ada ketentuan yang spesifik sebagaimana halnya syarat untuk diangkat menjadi pengawas. Namun demikian tata cara maupun kriteria untuk diangkat menjadi pengurus dapat ditambah juga dalam Anggaran dasar Yayasan. Pengurus yayasan diangkat oleh pembina berdasarkan Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 lima tahun dan dapat diangkat kembali. penggantian 41 Chatamarrasjid Ais, Op Cit, hlm. 61. pengurus harus diberitahukan kepada Mentri Kehakiman dan HAM paling lambat 30 tiga puluh hari setelah dilakukannya penggantian pengurus. Pengangkatan, pemberhentian dan penggantian pengurus yang tidak sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dapat dibatalkan oleh Pengadilan atas permohonan yang berkepentingan atau atas nama permintaan kejaksaan yang mewakili kepentingan umum. Susunan Pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas: 42 a. Seorang ketua; b. Seorang sekretaris; dan c. Seorang bendahara. Kewenangan Pengurus dibatasi oleh Undang-Undang yaitu Pasal 37 ayat 1 dalam hal: a. Mengikat yayasan sebagai penjamin hutang; b. Mengalihkan kekayaan yayasan kecuali dengan persetujuan pembina; c. Membebani kekayaan yayasan untuk kepentingan lain. Sesuai dengan asas persona standi in judicio maka pengurus yayasan mewakili yayasan didalam dan diluar pengadilan. Pengurus yayasan menerima pengangkatannya berdasarkan kepercayaan atau berdasarkan fiduaciary duty hal ini terlihat dalam Pasal 35 ayat 2. Selain itu juga terdapat larangan bagi pengurus yang diatur dalam Pasal 38 Undang-Undang Yayasan yang berbunyi sebagai berikut: 42 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan, Pasal 32 ayat 3. 1. Yayasan dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi atau pihak yang terafiliasi dengan yayasan, pembina, pengawas dan pengurus atau pihak yang bekerja pada yayasan, 2. Larangan tersebut tidak berlaku dalam hal perjanjian itu bermamfaat bagi maksud dan tujuan yayasan. Anggota pengurus tidak berwenang mewakili yayasan jika terjadi perkara didepan Pengadilan antara yayasan dengan anggota pengurus yang bersangkutan. Juga dalam hal terdapat conflict of inferest antara anggota tersebut dengan yayasan. Jika pengurus melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama yayasan, Anggaran dasar dapat membatasi kewenangan tersebut dengan menentukan bahwa untuk perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari pembina dan atau pengawas misalnya, untuk menjamin kekayaan yayasan guna membangun sekolah atau rumah sakit. Pengurus juga dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan yayasan, organ yayasan dan karyawan yayasan kecuali bila perjanjian tersebut bermamfaat bagi tercapainya tujuan yayasan. 43 3. Pengawas Organ yang terakhir adalah pengawas. Dalam Pasal 40 ayat 1 disebutkan bahwa pengawas bertugas untuk mengawasi pekerjaan pengurus yayasan, selain itu pengawas juga memiliki tugas untuk member nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Jumlah pengawas yayasan ditentukan dalam undang-undang, berbeda dengan pembina yang tidak diatur jumlahnya. Pasal 40 43 Chatamarrasjid Ais, Op Cit. ayat 2 Undang-Undang Yayasan ditetapkan minimal 1 satu oleh pengawas. Mungkin pembuatan undang-undang ini tidak menghendaki beban yang terlalu besar bagi yayasan jika pengawas ditetapkan angka minimal lebih dari 1 satu orang, juga pembuat undang-undang tidak ingin dalam yayasan justru tidak ada pengawas yang akan menjalankan fungsi pengawasan atas jalannya kegiatan yayasan tersebut. Persyaratan untuk diangkat menjadi pengawas, dimana undang-undang hanya menyebutkan yang dapat diangkat menjadi pengawas adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum Pasal 40 ayat 3 Undang-Undang Yayasan. Namun demikian, anggaran dasar yayasan dapat menambahkan persyaratan atau kriteria bagi seseorang yang akan diangkat menjadi seseorang pengawas sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat 2 huruf F Undang-Undang Yayasan. pengawas diangkat oleh pembina untuk jangka waktu 5 lima tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 satu kali masa jabatan, hal ini diatur dalam Pasal 44 ayat 1 Undang-Undang Yayasan. Larangan untuk merangkap jabatan sekaligus sebagai pembina dan pengurus juga berlaku bagi pengawas. Kewenangan yang diberikan oleh undang- undang kepada pengawas adalah dapat memberhentikan sementara pengurus dengan menyebutkan alasannya. Tentu saja hal ini adalah sebagai penguat fungsi pengawasan yang diberikan oleh undang-undang kepada Pengawas. Namun demikian, setelah melakukan pemberhentian sementara pengurus yayasan, pengawas wajib melaporkan tindakannya kepada pembina paling lambat 7 tujuh hari, setelah itu kewajiban pembina untuk melakukan klarifikasi dan pemeriksaan untuk mengambil keputusan apakah akan memberhentikan pengurus atau memulihkan nama baiknya. Hal ini diatur dalam Pasal 43 Undang-Undang Yayasan. Pengawas di dalam melakukan tugasnya haruslah berdasarkan duty of skill and care yaitu harus berdasarkan kecakapan dan kehati-hatian yang seharusnya dimiliki oleh seorang pengawas. Oleh karena itu, bila terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian seperti juga pada pengurus setiap anggota pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut, kecuali anggota yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaian anggota tersebut. Anggota pengawas yang dinyatakan bersalah berdasarkan Putusan Pengadilan dalam jangka waktu 5 lima tahun sejak putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat diangkat menjadi pengawas yayasan manapun. 44 1. Pengawas berhak melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, keuangan, pembukuan yayasan. Oleh karena itu selayaknya ditunjuk orang yang memiliki keahlian dan pengalaman yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, sehingga dapat mengawasi pelaksanaan tata kelola yayasan yang baik; Tugas dan wewenang pengawas adalah sebagai berikut: 2. Pengawas berhak mengetahui segala tindakan yang telah di jalankan oleh pengurus; 44 Ibid. 3. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara pengurus, apabila Pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan; 5. Pengawas berwenang : a. Memasuki bangunan, halaman atau tempat lain yang dipergunakan yayasan, b. Memeriksa dokumen, c. Memeriksa pembukuan dan mencocokkannya dengan uang kas, d. Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh pengurus, e. Memberi peringatan kepada pengurus. 6. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 satu orang atau lebih pengurus, apabila pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku; 7. Pemberhentian sementara itu harus diberhentikan secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasannya; 8. Dalam jangka waktu 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara itu, pengawas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis kepada pembina; 9. Dalam jangka waktu 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal laporan diterima oleh pembina sebagaimana dimaksud ayat 6, maka Pembina wajib memanggil anggota pengurus yang bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri; 10. Dalam jangka waktu 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri sebagaimana dimaksud ayat 7, pembina dengan keputusan rapat pembina wajib: a. Mencabut keputusan pemberhentian sementara, atau b. Memberhentikan anggota pengurus yang bersangkutan. 11. Dalam hal pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 7 dan 8, maka pemberhentian sementara batal demi hukum dan yang bersangkutan menjabat kembali jabatannya semula; 12. Dalam hal seluruh pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara pengawas diwajibkan mengurus yayasan. Pengawas menempati kedudukan sentral dalam mengendalikan yayasan dan hal ini memberikan tanggung jawab yang besar, baik kedalam maupun keluar. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, maka berbagai ketentuan di atur didalamnya mengenai tugas dan pertanggung jawabab organ yayasan baik internal maupun eksternal. 45 Pengawas bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan serta berhak mewakili yayasan baik didalam maupun diluar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, mengingat yayasan dengan pihak lain dengan yayasan serta menjalankan 45 Chatamarrasjid Ais, Op Cit, hlm. 93. tindakan, baik yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan, akan tetapi dengan pembatasan bahwa: 46 1. Pengawas tidak boleh mengikat yayasan sebagai peminjam utang dan atau membebani kekayaan yayasan untuk kepentingan pihak lain; 2. Pengawas tidak boleh mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafilisasi dengan yayasan, pembina, pengurus, dan pengawas atau seseorang yang bekerja pada yayasan kecuali dalam hal perjanjian tersebut bermamfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yayasan dan dengan mendapat persetujuan tertulis lebih dahulu dari bantuan pembina. 47 46 Nindyo Pramono, Op Cit, hlm. 24. 47 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan, Pasal 35.

BAB III HUBUNGAN HUKUM ANTARA PERSEROAN TERBATAS DENGAN