BAB IV FUNGSI YAYASAN YANG DIDIRIKAN OLEH PERSEROAN
TERBATAS
A. Fungsi Yayasan
Pada umumnya, yayasan didirikan oleh beberapa orang atau dapat juga oleh seseorang saja, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing
dengan memisahkan suatu harta dari seseorang atau beberapa orang pendiriannya, dengan tujuan idiilsosial yang tidak mencari keuntungan, mempunyai pengurus
yang diwajibkan mengurus dan mengelola segala sesuatu yang bertalian dengan kelangsungan hidup yayasan.
79
Soemitro berpendapat, Tujuan tertentu merupakan salah satu syarat materiil yang harus dipenuhi
untuk pendirian suatu yayasan. Tujuan itu harus idiil, tidak boleh bertentang dengan hukum, ketertiban umum, kesusilaan, dan kepentingan umum. Tujuan itu
tidak boleh diarahkan pada pencapaian keuntungan atau kepentingan kebendaan lainnya bagi pendirinya. Dengan demikian, tidak diperkenankan pendirian suatu
yayasan yang pada hakikatnya bertujuan sebagai suatu badan usaha perdagangan.
80
79
Ibid.
80
Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan, dan Wakaf,Jakarta: Erosco,1993, hlm. 161.
bahwa yayasan lebih tepat disebut sebagai organisasi tanpa tujuan laba OTTL sebagai terjemahan dari Non-Profit
Organization. Menurut Soemitro, istilah OTTL lebih tepat daripada nirlaba, karena kata “Nir” yang berasal dari bahasa Jawa berarti tanpa, sehingga nirlaba
berarti tanpa laba, sedangkan yayasan adakalanya memperoleh laba atau
76 71
keuntungan, tetapi hal ini tidak menjadi tujuan yang utama. Lebih jauh dijelaskan bahwa istilah OTTL ini lebih luas daripada istilah yayasan. Yayasan adalah
OTTL, tetapi sebaliknya OTTL tidak selalu merupakan yayasan. Jadi yayasan merupakan salah satu organisasi tanpa tujuan laba. Oleh karena itu, kata “tujuan”
harus dicantumkan dalam istilah. Negara Belgia dan Jerman terdapat juga istilah semacam itu untuk
organisasi yang tidak mencari keuntungan. Di Belgia misalnya ada tambahan singkatan “Vzw” dibelakang nama organisasi yang tidak mencari keuntungan.
Vzw ini merupakan singkatan dari “Vereniging Zonder Winstdoel”. Sedangkan di Jerman digunakan kata “e.V” yang merupakan singkatan dari “eingetragener
Verein” atau lengkapnya “eingetragener frei gemeinnutziger Verein” yang artinya suatu perkumpulan untuk kepentingan umum yang telah didaftar, yang sama
artinya dengan OTTL.
81
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan maka Yayasan hanya dapat didirikan dan disahkan menjadi badan
hukum jika maksud dan tujuan yayasan adalah kegiatan yang bergerak dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
82
81
Ibid. hlm. 162.
82
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan Pasal 1.
konsep tersebut yaitu bahwa yayasan hanya dapat bergerak dalam kegiatan yang bersifat sosial, keagamaan dan
kemanusiaan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa semua yayasan yang telah didirikan dan bergerak dalam bidang kegiatan yang berada diluar maksud dan
tujuan dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan harus menyesuaikan diri
dan mengubah anggaran dasarnya sehingga sesuai dengan maksud dan tujuan yang diperbolehkan tersebut
83
Demikian juga dengan rumah sakit, praktik menunjukkan bahwa ada rumah sakit yang didirikan untuk melayani mereka yang menginginkan pelayanan
yang prima, tidak berdesak-desakan, dan berada di rumah sakit seolah-olah berada di hotel mewah. Oleh karena itu, sulit untuk menentukan secara sederhana apa
yang dipahami sebagai kegiatan sosial yang benar-benar merupakan kegiatan sosial yang sama sekali terhindar dari aspek komersial.
Fungsi untuk memajukan pendidikan sudah pasti termasuk di dalam tujuan sosial kemanusiaan, tanpa mempersoalkan asal penerimaan sumbangan
pendidikan, atau dengan kata lain sumber penghasilannya, tetapi yang penting adalah fungsinya. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang paling
banyak mengunakan bentuk badan hukum yayasan, karena memang diwajibkan harus dalam bentuk yayasan. Tujuannya adalah mencerdaskan bangsa,
memajukan pendidikan, danatau meningkatkan mutu pendidikan. Dalam praktiknya yayasan pendidikan memungut biaya pendidikan SPP yang tidak
sedikit jumlahnya. Sebagai contoh perguruan tinggi yang ada di ibu kota provinsi khususnya yang ada dipulau Jawa, jumlah SPP selalu menyebutkan angka jutaan
rupiah.
84
Bidang kesehatan, apabila hendak mendirikan rumah sakit swasta kebanyakan mendirikan rumah sakit dalam bentuk yayasan. Hal ini disebabkan di
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 523 Men.kesPerXI
83
Gunawan Widjaya, Suatu Panduan Komprehensif Yayasan diIndonesia, Jakarta: PT.Gramedia, 2004, hlm.23.
84
Ibid, hlm. 3.
1982 tanggal 29 November 1982, Pasal 8 Bab IV tentang Perizinan, menyatakan untuk memperoleh izin penyelenggaraan pelayanan medis swasta disyaratkan atau
hanya dapat diberikan kepada pemohon yang berbentuk badan hukum. Jika hendak memilih bentuk badan hukum lain seperti, Perseroan Terbatas atau badan
hukum lainnya, maka akan terbentur pada persyaratkan yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, bentuk badan hukum yang selalu dipilih adalah yayasan, karena alasan-
alasan keuntungan dan kemudahan jika memakai bentuk yayasan dibandingkan dengan bentuk badan hukum lainnya. Jadi alasan pendirian rumah sakit dengan
bentuk hukum yayasan, tidak lagi murni untuk sosial, idiilfilantropis, melainkan karena ada faktor keterpaksaan, sehingga dalam kegiatannya sangat mungkin
sosok tujuan sosial, idiilfilantropisnya tidak diutamakan.
85
Salah satu bukti, jika disimak surat pembaca yang ada dikoran, sering kali dikeluhkan oleh masyarakat tentang mahalnya biaya rumah sakit. Bahkan tidak
jarang pasien meninggal dunia karena penanganan yang terlambat disebabkan pasien tersebut belum mampu untuk membayar uang muka jaminan perawatan.
Kesan yang muncul adalah baik lembaga pendidikan maupun lembaga pelayanaan kesehatan sudah mengutamakan profit dibandingkan tujuan sosial kemanusiaan.
86
Menurut Soemitro yayasan sebaiknya tidak dikaitkan dengan adanya perusahaan, tetapi dengan adanya maksud tidak bertujuan untuk mencari
keuntungan atau laba. Badan sosial jika melakukan usaha, tujuannya bukan untuk mencari keuntungan, melainkan melaksanakan sesuatu yang idiil atau filantropis
atau amal walaupun tidak mustahil bahwa yayasan itu mandapat keuntungan.
85
Ibid.
86
Ibid.
Saat ini terlihat jumlah yayasan yang semakin bertambah dengan tujuan yang sangat beragam. Ada yang bergerak di bidang lingkungan, bantuan hukum,
perlindungan konsumen dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap aspek hidup dan kehidupan manusia selalu ada yayasan yang mengikutinya.
Hanya saja keberadaan yayasan sering menimbulkan kecurigaan tudingan yang negatif dari masyarakat, apalagi jika dikaitkan dengan kejadian akhir-akhir ini,
yaitu banyaknya yayasan yang melakukan penyimpangan bermiliaran rupiah dengan mengatasnamakan rakyat, seperti salah satunya penyimpangan bantuan
Kredit Usaha Tani. Kecuriagaan dan tudingan masyarakat ini semakin kuat jika dikaitkan antara kekayaan yang dipisahkan dengan tujuan yang hendak dicapai
sangat tidak seimbang.
87
Hakekat dari pendirian yayasan bukanlah mencari keuntungan bagi pendiri atau pengurus-pengurusnya tetapi adalah untuk maksud kepentingan suatu
kelompok masyarakat atau anggota kelompok masyarakat diluar yayasan. Kelompok masyarakat atau anggota masyarakat itu memang dirasakan perlu untuk
ditolong atau dibantu.
88
Undang-Undang Yayasan menganut asas nirlaba yaitu tidak mencari labakeuntungan. Modal yang ada tidak diolah untuk mendapatkan
keuntungan melainkan untuk melakukan suatu kegiatan yang bermamfaat bagi masyarakat.
89
Taufik Abdullah berpendapat kegiatan-kegiatan yang mengatas namakan yayasan atau lembaga swadaya masyarakat selalu menimbulkan kecurigaan, sebab
87
Ibid.
88
Abdul Muis, Yayasan Sebagai Wadah Kegiatan Masyarakat, Medan: USU, 1991, hlm. 95.
89
Ibid.
disamping overhead cost-nya selalu demikian tinggi, juga para pengurusnya selalu memperlihatkan gaya hidup yang mapan. Kecurigaan yang sama juga
dikemukakan oleh Rachmawati Soekarnoputri, bahwa memang tidak tertutup kemungkinan banyak yayasan hanya digunakan sebagai kedok untuk mencari
uang. Jumlah yang menjalankan praktik kamuflase ini cukup banyak. Penyebab dari semua, antara lain: karena kesempatan kerja yang sudah
semakin sulit, tidak terkecuali bagi para sarjana. Oleh karena itu, banyak di antara mereka menciptakan kegiatan sendiri. Agar kelihatan formal dan mudah mencari
dukungan dana, mereka membentuk yayasan. Abdul Rahman berpendapat untuk mendapatkan bantuan dari luar negeri
sangat mudah. Cukup hanya mendirikan yayasan yang dibuktikan dengan akta. Dengan melampirkan akta ini para proposal kegiatan, pihak pemberi bantuan
melakukan semacam studi kelayakan. Setelah itu pihak pemberi bantuan mengucurkan bantuannya. Setelah kegiatan selesai dilaksanakan pihak yayasan
hanya diminta untuk membuat laporan pelaksanaan kegiatan. Laporan ini tidak pernah dipersoalkan oleh pemberi bantuan. Sedangkan menurut pendapat Gordon
R. Hein mengatakan bahwa tidak apa-apa paling banyak menerima permintaan dana untuk kegiatan yang penting mereka memberikan bukti kegiatan meskipun
tidak meyakinkan. Sejak zaman Romawi telah dikenal praktik yayasan yang dilakukan oleh
lembaga publik, yaitu dengan meninggalkan kekayaan pada suatu lembaga atau kotapraja dengan tujuan sosial. Selain itu dikenal pula dan bahkan dapat dikatakan
lebih banyak dikenal yayasan dibidang keagaamaan. Contoh terakhir adalah
sejumlah orang mewariskan hasil tahunannya untuk digunakan mendirikan kuil- kuil dan untuk melaksanakan upacara keagamaan pada hari tertentu atau
mengadakan selamatan sebagai peringatan bagi pewaris. Didalam sebuah digestenteks
dapat diartikan, bahwa didalam harta itu sebenarnya tidak diberikan kepada para pendeta yang harus bertugas untuk melaksanakan upacara
keagamaan, tetapi diwariskan pada gereja.
90
Hukum Yustinianus, sebagai kekayaan yang digunakan untuk tujuan sosial. Sebagian besar biasanya berbentuk bangunan seperti: rumah yatim piatu,
rumah jompo, panti wreda atau rumah sakit, tetapi disamping itu orang juga menemukan “uang kas untuk pemeriharaan orang, kas untuk menebus tawanan
perang, dan sebagainya. Sebagai nama kelompok digunakan istilah “piae causae” tujuan kepatuhan kepada agama.
91
Undang-undang di Belanda tidak menentukan secara tegas, bahwa tujuannya harus idiil atau sosial dan kemanusiaan, tetapi hanya melarang yayasan
untuk melakukan pembayaran berupa apa pun kepada para pendiri atau pengurusnya, ataupun kepada pihak ketiga, kecuali pembayaran kepada pihak
ketiga dilakukan untuk tujuan yang bersifat idiil atau sosial. Hal ini dilihat dalam Pasal 285 ayat 3 NBW. Di inggris dan juga Amerika Serikat, yayasan ini
terutama dikenal dalam bentuk charitable trust. Di Inggris tujuannya adalah untuk sosial kemanusiaan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mendefinisikan tujuan
sosial kemanusiaan, dan hal ini selalu dikaitkan dengan pengertian charity. Dalam Charity Act 1993, seksi 97 1 yang merupakan pengundangan kembali seksi 46
90
R. Feenstra, Romeinsrechtelijke Grondslagen van het Nederlands Privaatrecht, Universitaire Pers: Leiden, hlm. 28.
91
Ibid.
Charity Act 1960, tidak terdapat definisi yang lengkap apa yang merupakan tujuan amal. Untuk defenisi dari terminilogi dasar, perlu melihat bentuk asli perkara
hukum yang tumbuh selama beberapa abad. Negara Amerika Serikat yayasan sebagai organisasi nirlaba juga diatur
dalam “Nonprofit Corporation Act”. Dalam Revised Model Nonprofit Corporation Act 1987 selanjutnya disebut Act 1987 yang menggantikan The Old
Model Act Old Act 1964, maka ada tiga kategori dari organisasi nirlaba yaitu: 1.
Beroperasi untuk kepentingan umum atau tujuan-tujuan sosial public benefit corporation;
2. Memberikan mamfaat kepada anggota-anggotanya atau sekelompok orang
yang dilayaninya atau diwakilinya mutual benefit corporation; dan 3.
Beroperasi terutama atau secara eksklusif untuk tujuan-tujuan keagamaan religious corporation.
92
Negara Jepang, tipe hukum utama organisasi nirlaba adalah badan hukum untuk kepentingan publik yang meliputi yayasan, dan asosiasi berbadan hukum,
badan hukum sekolah swasta, badan hukum kesejahtraan sosial, badan hukum keagamaan, dan badan hukum kesehatan. Mengingat bahwa pada dasarnya
organisasi ini dibentuk untuk memenuhi kepentingan publik, dalam arti melayani semua orang, sehingga tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
93
92
Ibid.
93
Lester M.Salamon, The Internastional Guide To Nonprofit Law, New York: John Wiley Soan, Inc, 1997, hlm. 315.
dari uraian ini dapat disimpulkan baik hukum Romawi, Inggris, Amerika Serikat dan
Indonesia ternyata pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama, bahwa pendirian yayasan ini adalah untuk tujuan sosial, kemanusian dan keagamaan.
Sebagai aturan umum, badan hukum untuk kepentingan publik dimungkinkan untuk melakukan berbagai tujuan yang tidak untuk mencari
keuntungan dan untuk kepentingan masyarakat secara umum atau untuk orang- orang yang tidak ditentukan. Mengingat badan hukum seperti itu harus secara
aktif menjalankan kepentingan orang banyak yang tidak dikhususkan, maka pendirian badan hukum untuk kepentingan publik, tidak diizinkan untuk tujuan
kepentingan bersama seperti : 1 membantu perkembangan pertemanan, komunikasi dan pertukaran pandangan antar anggota dari alumni perkumpulan
atau perkumpulan orang-orang sealiran; 2 mempromosikan kesejahtraan dan mamfaat bersama anggota dari organisasi tertentu atau jabatan tertentu; atau 3
meningkatkan dukungan spiritual ekonomi pada individu tertentu.
94
Sekalipun sebagian besar kegiatan organisasi tersebut untuk kepentingan publik, tetapi menurut penilaian pemerintah yang berwenang, kegiatan tersebut
tidak dipertimbangkan sebagai kepentingan publik, maka tidak dapat diklasifikasikan sebagai badan hukum publik. Contoh usaha promosi
perlindungan bahaya nuklir dan mendidik orang tentang bahaya sistem kapitalis. Memang untuk menentukan sebuah tujuan memenuhi status kepentingan publik
atau tidak, pada akhirnya tergantung pada kebijakan dan wewenang pemerintah.
95
Bentuk hukum yayasan ini mulai banyak digunakan untuk lapangan- lapangan di luar tujuan sosial pada pertengahan abad ke-20. Dalam
perkembangannya, bentuk yayasan tidak hanya terbatas tujuan sosial semata, bahkan sudah memasuki pula lapangan perusahaan sehingga sifat komersialnya
94
Anwar Borahima, Op.Cit, hlm. 199.
95
Ibid, hlm. 200.
sudah mulai menonjol sekali. Walaupun pada hakikatnya yayasan ini bukan untuk kepentingan bisnis, tetapi selama ini juga tidak ada undang-undang yang melarang
yayasan untuk menjalankan perusahaan. Apalagi untuk kegiatan atau operasional yayasan dibutuhkan dana yang kadang tidak kecil, sehingga tidak mungkin selalu
mengharapkan bantuan secara terus-menerus dari donatur. Sementara jumlah kekayaan yang dipisahkan terkadang sangat kecil, sehingga untuk mengatasi hal
ini, terpaksa yayasan harus mencari dana sekalipun itu dengan jalan berbisnis. Keikutsertaan yayasan untuk berbisnis telah lama menjadi perdebatan, termasuk
besarnya modal yang dapat diikutsertakan di dalam perusahaan.
96
Pergeseran badan hukum yang berbentuk yayasan ini, yang semula didirikan semata-mata untuk tujuan idiilsosial, yang kemudian bergerak di bidang
komersial dan bertujuan mencari laba, menimbulkan kesan tujuan sebenarnya yang idealistissosial sudah bergeser pula atau terlupakan. Memang sangat
dilematis, sebab di satu sisi yayasan di dalam operasionalnya memerlukan dana atau sumber-sumber pemasukan yang tetap untuk mendukung operasionalnya,
terutama jika yayasan tersebut bersifat pelayanan masyarakat, sedang di sisi lain yayasan tidak diperkenankan untuk mencari keuntungan, sehingga pengurus
yayasan akan sangat kesulitan di dalam menjaga kontinuitas bantuannya.
97
Undang-Undang Yayasan tidak dijelaskan pengertian sosial, keagamaan dan kemanusiaan, bahkan di dalam penjelasan dikatakan sudah jelas. Didalam UU
Yayasan pengaturan tentang tujuan yayasan tidak diatur dalam pasal tersendiri, melainkan hanya diatur dalam defenisi. Walaupun didalam penjelasan Pasal 8
96
Ibid.
97
Ibid.
disebutkan bahwa kegiatan usaha yayasan mencakup antara lain hak asasi manusia, kesenian, olahraga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan
hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan, tetapi hal ini masih membuka kemungkinan untuk melakukan penafsiran.
Sehubungan dengan keadaan yang demikian ini Hikmahanto mengatakan, bahwa ketidaktajaman formulasi tentang tujuan yayasan dapat berakibat pada
dilakukannya praktik-praktik masa silam. Hikmahanto menyarankan agar tujuan yayasan seharusnya tidak didasarkan pada bidang kegiatan sebagaimana diatur
dalam Undang-Uundang Yayasan, melainkan pada kegiatannya.
98
Untuk mengetahui bahwa yayasan tersebut tidak melakukan penyimpangan, maka dapat diketahui dengan melihat pada maksud dan tujuan
yayasan. Maksud dan tujuan yayasan merupakan atau berlaku sebagai pembatasan kewenangan bertindak dari yayasan yang bersangkutan. hal ini dapat
dikaitkan dengan pendapat Tumbuan tentang maksud dan tujuan perseroan terbatas yang berlaku sebagai pembatasan kewenangan. Walaupun ada beberapa
pakar yang tidak ingin membedakan antara manusia dan badan hukum, namun menurut Tumbuan tetap ada pembedaan antara manusia dan badan hukum.
Perbedaan tersebut adalah bahwa manusia dapat melakukan apa saja yang tidak dilarang oleh hukum, sedangkan badan hukum hanya dapat melakukan apa saja
yang secara eksplisitimplicit diizinkan oleh hukum atau anggaran dasarnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan Perseroan
98
Ibid.
Terbatas sekaligus merupakan sumber kewenangan bertindak Perseroan Terbatas yang bersangkutan.
99
a. Mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan;
Fungsi yayasan di Indonesia setelah munculnya Undang-Undang Yayasan ini harus memenuhi ketentuan:
b. Fungsi yayasan harus bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan;
c. Fungsi sosial wajib dicantumkan dalam anggaran dasar.
100
Sehingga untuk disebut sebagai Yayasan dengan kegiatan usaha badan usaha Yayasan mempunyai cakupan yang luas, paling tidak harus memiliki
beberapa unsur sebagai berikut: a.
Mempunyai harta kekayaan sendiri, yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan;
b. Mempunyai tujuan tertentu;
c. Mempunyai alat-alat perlengkapan.
Bidang-bidang kegiatan yang dapat dipilih ketika Yayasan didirikan dalam bidang sosial sebagai berikut:
101
a. Pendidikan formal dan non formal;
b. Panti asuhan, panti jompo dan panti wreda;
c. Rumah sakit, poliklinik dan Laaboratorium;
d. Pembinaan olahraga;
e. Penelitian dibidang ilmu pengetahuan;
99
F.B.G.Tumbuan. Perseroan Terbatas dan Organ-organnya sebuah sketsa, Surabaya, 1988, hlm. 3.
100
Arie Kusumasturi dan Maria Suhardiadi, Op.Cit, hlm. 17
101
Adib Bahari, Op.Cit, hlm. 3.
f. Studi banding.
Dalam kegiatan keagamaan antara lain: a.
Mendirikan sarana ibadah; b.
Mendirikan pondok pesantren dan madrasah; c.
Menerima dan menyalurkan amal zakat, infaq dan sedekah; d.
Meningkatkan pemahaman keagamaan; e.
Melaksanakan syiar agama; f.
Studi banding keagamaan.
102
Kalau Yayasan bergerak dalam bidang kemanusian, antara lain dapat melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Memberi bantuan kepada korban bencana alam;
b. Member bantuan kepada pengungsi akibat perang;
c. Member bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin dan gelandangan;
d. Mendirikan dan menyelenggarakan rumah singgah dan rumah dukan;
e. Memberikan perlindungan konsumen;
f. Melestarikan lingkungan hidup.
103
Negara Indonesia, dalam praktiknya selama ini, tidak hanya individu yang dapat mendirikan yayasan, tetapi banyak pula perusahaan yang terlibat langsung
mendirikan yayasan. Keadaan ini memberikan peluang bagi badan hukum untuk mendirikan yayasan, karena di dalam UU Yayasan telah diatur bahwa perusahaan
dapat mendirikan yayasan. Dalam UU Yayasan Pasal 9 1 disebutkan, bahwa yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta
102
Ibid.
103
Ibid .
kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Di dalam penjelasan dikatakan bahwa maksud dengan “orang” adalah perseorangan atau badan hukum. Dengan
demikian, perusahaan yang berbentuk badan hukum dapat mendirikan yayasan. Sekalilah lagi ditekankan, bahwa hal yang perlu dipahami adalah pendiri yayasan
bukanlah pemilik dari yayasan yang didirikan, sehingga baik perseorangan maupun badan hukum yang merupakan pendiri tidak akan berpengaruh pada
keberadaan yayasan. Negara Belanda Pasal 21 yang mengatur tentang Yayasan, tidak satu pun
di antaranya yang menyebutkan dengan jelas bahwa perusahaan dapat mendirikan yayasan, tetapi tidak ada pula yang melarang perusahaan untuk terlibat di dalam
yayasan. Negara-negara lain seperti: Inggris, Amerika Serikat, dan Jepang
keterlibatan perusahaan swasta didalam yayasan telah lama berlangsung. Carnegie Corporation of New York, Ford Foundation, Rockefeller Brothers Fund
merupakan contoh yayasan yang didirikan oleh perusahaan di Amerika Serikat. Sementara di Inggris dikenal Welcome Trust, Gatsby Charitable foundation,
Royal Society, dan di Jepang ada Toyota Foundation yang didirikan oleh perusahaan Toyota dan perusahaan Yamaha yang mensponsori pendirian Yayasan
Musik Indonesia YMI, serta di Indonesia yang didirikan oleh perusahaan adalah Chairul Tanjung Fondation.
B. Penyimpangan Fungsi Yayasan Yang Didirikan Oleh Perseroan Terbatas