Analisa Perbandingan Model Prediksi Kebangkrutan Dengan Menggunakan Model Z – Score Dan O-Score Pada Laporan Keuangan PT PLN (Persero)

(1)

SKRIPSI

Analisa perbandingan model prediksi kebangkrutan dengan

menggunakan model Z – Score dan O-Score pada laporan keuangan

PT PLN (Persero)

Oleh:

Vincent

NIM: 100503056

PROGRAM STUDI S- I AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisa perbandingan Model Prediksi kebangkrutan dengan menggunakan model Z-Score dan O-Score pada laporan Keuangan PT.PLN (Persero)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan perarturan yang berlaku.

Medan, 29 Juni 2014 Yang membuat penyataan Vincent NIM : 100503056


(3)

ABSTRAK

Analisa perbandingan Model Prediksi kebangkrutan dengan

menggunakan model Z-Score dan O-Score pada laporan Keuangan

PT.PLN (Persero)

Pada tahun 2011, sebanyak 17 Badan Usaha Milik Negara mengalami kerugian hingga Rp.700 miliar. Hal ini tentu saja menjadi catatan buruk bagi perekonomian Indonesia dikarenakan begitu banyak Badan Usaha Milik Negara yang merugi. Penelitian ini dilakukan untuk (i) membandingkan hasil perhitungan dari dua model prediksi kebangkrutan yaitu model Altman Z-Score dan O-Score, (ii) untuk mengetahui apakah PT.PLN masuk dalam kategori bangkrut dalam perhitungan dua model tersebut dan (iii) apakah jumlah utang PLN akan mempengaruhi perhitungan O-score.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan keuangan PT.PLN dari tahun 2009 hingga 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan PT.PLN yang didapat dariVariabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel yang terdapat di model Altman Z-Score dan O-Z-Score.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model Altman Z-Score dan O-Score memiliki hasil kesimpulan yang sama dalam memprediksi kebangkrutan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa PT.PLN selama tahun 2009 hingga 2012 masuk kedalam zona kebangkrutan dalam model Altman Z-Score dan model O-Score, selain itu total utang PLN juga memiliki pengaruh terhadap hasil perhitungan O-Score.


(4)

ABSTRACT

Comparative Analysis of Altman Z-Score dan O-Score model to predict

bankruptcy on PT.PLN (persero) Financial Statement

In 2011, at least 17 State-owned company experience loss up to Rp.700 billon. this in turn become a bad record for indonesia economy since there a lot of State-owned company which experience loss. This study is conducted to (i) compare Altman Z-Score and O-Score model to predict bankrupcty, (ii) to determine whether PT.PLN will experience bankruptcy using the two model and (iii) to determine whether PLN’s liabilities will affect O-Score calculation.

This study use PT.PLN financial statement from 2009 to 2012 as its sample.

Data was gather from

variable in the Altman Z-Score model and O-Score.

this study shows that Altman Z-Score model dan O-Score model has the same conclusion in predicting bankruptcy. This study also shows that during the period of 2009 to 2012 PT.PLN is within the bankruptcy zone in Altman Z-Score model and score model. It also shows that PLN total liabilities have a significant effect on O-Score calculation results.


(5)

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati, peneliti menyampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, anugerah, dan karuniaNya yang menyertai, membimbing dan memberikan kekuatan kepada peneliti sehingga penelitian ini dapat diselesaikan. Selama proses penyususnan skripsi ini, peneliti menemui berbagai macam kesulitan, kendala, dan hambatan, akan tetapi berkat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting, MAFIS, Ak., CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih

sebesar-besarnya atas waktu, bimbingan, dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan da penyelesaian skripsi ini.


(6)

5. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak Selaku dosen pembaca yang selalu memberikan masukan atas penulisan skripsi ini.

6. Kedua orang tua peneliti, Bapak Djohan Sitiawan dan Ibu Henny Susantio, atas kasih sayang, dukungan, nasehat, dan motivasi yang tiada hentinya kepada peneliti

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca

Medan, 29 Juni 2014 Penulis

Vincent NIM : 100503056


(7)

DAFTAR ISI

halaman

PERNYATAAN ... ` i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 11

2.1.1 Laporan keuangan ... 11

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 14

2.1.3 Manfaat Laporan keuangan ... 19

2.1.4 Karakteristik Laporan Keuangan ... 22

2.1.5 Keterbatasan Laporan Keuangan ... 24

2.1.6 Komponen Laporan Keuangan ... 25

2.1.7 Analisis Laporan Keuangan ... 34

2.1.8 Manfaat Analisis Laporan Keuangan ... 37

2.1.9 Tujuan Analisis Laporan Keuangan ... 39

2.1.10 Alat- Alat Analisis laporan Keuangan ... 40

2.1.11 Analisis Potensi Kebangkrutan ... 51

2.1.12 Analisis Altman Z-Score ... 57

2.1.13 Analisis O-Score ... 61

2.2 Penelitian Terdahulu ... 65

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 67

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 67

3.3 Batasan Operasional ... 67

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 68

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 71

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... ... 72

3.7 Jenis Data ... 73

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 73


(8)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian ...bv. 77

4.1 Hasil Perhitungan Menggunakan O-Score ... 77

4.2 Hasil Perhitungan Menggunakan Z-Score ... 78

4.2 Uji Statistik Deskriptif ... 79

4.3 Uji Paired Sample T ... 83

4.4 Analisis O-Score ... 85

4.5 Analisis Z-Score ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96


(9)

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Penelitian Terdahulu ... 65

Definisi Operasional dan Pengukuran variabel ... 68

Daftar Sampel Penelitian ... 73

Hasil Perhitungan O-Score ... 77

Hasil Perhitungan Z-Score ... 78

Statistik Deskriptif O-Score ... 79

Stastistik Deskriptif Z-Score ... 82

Paired Sample Statistic ... 84

Paired Sample Correlations ... 84

Paired Sample Test ... 85

Tabel Korelasi O-Score ... 87


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman

Perhitungan working capital to total assets (X01) ... 101

Perhitungan Net income to total assets (X02) ... 102

perhitungan earning before interest and taxes to total assets (X03) 103 Perhitungan market equity to total liabilities (X04) ... 104

Perhitungan size (X05) ... 105

Perhitungan leverage measure (X06) ... 106

Perhitungan inverse current ratio (X07) ... 107

Perhitungan discontinuity for leverage measure (X08) .... 108

Perhitungan Return on assets (X09) ... 109

Perhitungan Fund to debt ratio (X10) ... 110

Perhitungan discontinuity for return on assets (X11) ... 111

Perhitungan change in net income (X12) ... 112

Hasil perhitungan Z-Score ... 113

Hasil perhitungan O-Score... 114

Stastistik deskriptif ... 115


(11)

ABSTRAK

Analisa perbandingan Model Prediksi kebangkrutan dengan

menggunakan model Z-Score dan O-Score pada laporan Keuangan

PT.PLN (Persero)

Pada tahun 2011, sebanyak 17 Badan Usaha Milik Negara mengalami kerugian hingga Rp.700 miliar. Hal ini tentu saja menjadi catatan buruk bagi perekonomian Indonesia dikarenakan begitu banyak Badan Usaha Milik Negara yang merugi. Penelitian ini dilakukan untuk (i) membandingkan hasil perhitungan dari dua model prediksi kebangkrutan yaitu model Altman Z-Score dan O-Score, (ii) untuk mengetahui apakah PT.PLN masuk dalam kategori bangkrut dalam perhitungan dua model tersebut dan (iii) apakah jumlah utang PLN akan mempengaruhi perhitungan O-score.

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan keuangan PT.PLN dari tahun 2009 hingga 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan PT.PLN yang didapat dariVariabel-variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel yang terdapat di model Altman Z-Score dan O-Z-Score.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa model Altman Z-Score dan O-Score memiliki hasil kesimpulan yang sama dalam memprediksi kebangkrutan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa PT.PLN selama tahun 2009 hingga 2012 masuk kedalam zona kebangkrutan dalam model Altman Z-Score dan model O-Score, selain itu total utang PLN juga memiliki pengaruh terhadap hasil perhitungan O-Score.


(12)

ABSTRACT

Comparative Analysis of Altman Z-Score dan O-Score model to predict

bankruptcy on PT.PLN (persero) Financial Statement

In 2011, at least 17 State-owned company experience loss up to Rp.700 billon. this in turn become a bad record for indonesia economy since there a lot of State-owned company which experience loss. This study is conducted to (i) compare Altman Z-Score and O-Score model to predict bankrupcty, (ii) to determine whether PT.PLN will experience bankruptcy using the two model and (iii) to determine whether PLN’s liabilities will affect O-Score calculation.

This study use PT.PLN financial statement from 2009 to 2012 as its sample.

Data was gather from

variable in the Altman Z-Score model and O-Score.

this study shows that Altman Z-Score model dan O-Score model has the same conclusion in predicting bankruptcy. This study also shows that during the period of 2009 to 2012 PT.PLN is within the bankruptcy zone in Altman Z-Score model and score model. It also shows that PLN total liabilities have a significant effect on O-Score calculation results.


(13)

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan semakin berkembangnya ekonomi global, persaingan antara perusahan-perusahaan juga semakin berkembang. Setiap perusahaan berusaha untuk saling bertahan hidup di tengah persaingan global yang semakin lama semakin ketat. pada tahun 2011, sebanyak 17 perusahaan Badan Usaha Milik Negara mengalami kerugian sebesar Rp. 700 miliar. Hal ini tentu saja menjadi catatan buruk bagi perekonomian Indonesia dikarenakan begitu banyaknya Badan Usaha Milik Negara yang merugi.

Dahulu salah satu tujuan utama perusahaan adalah untuk mendapatkan laba sebanyak-banyaknya, namun seiring dengan semakin berkembangnya pemikiran serta kemunculan konsep-konsep ekonomi baru, perlahan-lahan pernyataan bahwa Laba adalah tujuan utama dari suatu perusahaan pun mulai berubah. Sekarang selain mendapatkan laba, perusahaan juga berusaha untuk menjaga eksistensinya dan bertahan untuk waktu yang lama. Bisnis dikatakan Going Concern apabila bisnis tersebut dapat terus berjalan tanpa ada ancaman Likuidasi di masa depan, biasanya dalam jangka waktu 12 tahun (A going concern is


(14)

tujuan dari sebuah perusahaan adalah untuk menjaga eksistensi perusahaannya agar bertahan untuk waktu yang lama dan mendapatkan laba. Salah satu hal yang paling ditakutkan oleh sebuah perusahaan berkaitan dengan Going Concern adalah kebangkrutan.

Kondisi keuangan merupakan indikator yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan ketika melakukan kegiatan operasinya untuk melihat apakah ada gangguan pada kegiatan operasionalnya atau tidak. Untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuanganya. Laporan keuangan tidak hanya mencerminkan kondisi suatu perusahaan pada masa lalu tetapi juga dapat digunakan untuk memprediksi kondisi keuangan suatu perusahaan pada masa mendatang (Pankof dan Virgil, 1970) dalam Suharman (2007). Melalui analisis laporan keuangan, baik pihak internal maupun eksternal dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan serta mengetahui keadaan serta perkembangan financal perusahaan dan hasil kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan. Selain itu dengan melakukan analisis laporan keuangan, dapat ditemukan letak kelemahan dan kekuatan perusaahn serta dapat mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan tersebut. Salah satu hal yang dianalisis dalam laporan keuangan adalah rasio keuangan suatu perusahaan. Melalui analisis rasio keuangan juga dapat dinilai kemampuan dari sebuah perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Short-term Liabilities)

dan kewajiban jangka panjangnya (Long-term Liablities), struktur modal perusahan, perputaran persediaan, tingkat likuiditas, keefektifan penggunaan


(15)

aktiva, tingkat profitabilitas serta dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk memprediksi potensi kebangkrutan yang mungkin akan dialami oleh perusahaan.

Seperti yang telah dituliskan diatas bahwa salah satu hal paling ditakutkan oleh sebuah perusahaan adalah kebangkrutan. Kebangkrutan adalah sebuah keadaan hukum dimana seseorang atau organisasi tidak mampu membayar utangnya kepada kreditor. Ketika jumlah utang dari sebuah organisasi telah melebihi nilai asetnya maka kebangkrutan terjadi (Gitman,1996). Untuk mencegah terjadinya kebangkrutan, suatu perusahaan maka seharusnya menjaga kinerja keuanganya. Menurut Goudie , salah satu hal yang menyebabkan kebangkrutan adalah kesalahan manajemen (Mismanagement). Sementara Menurut Hanafi dan Halim (2009:264), “Ketidakmampuan untuk membaca sinyal-sinyal kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam investasi yang telah dilakukan oleh investor. Untuk mengatasi hal tersebut investor harus bisa mendeteksi kemungkinan kesulitan keuangan dengan menggunakan indikator kesulitan keuangan.” Hal ini juga dapat menjadi contoh dari mismanagement

seperti yang dikatakan oleh Goudie. Oleh karena itu perusahaan harus mampu mengukur apakah kinerja manajemennya baik atau buruk.salah satu caranya adalah dengan melihat kinerja keuangan dari suatu perusahaan. Perusahaan harus menjaga kinerja keuangan agar terhindar dari kebangkrutan. Perusahaan juga memerlukan suatu analisis kebangkrutan untuk memperoleh peringatan awal tentang kebangkrutan. Apabila perushaan mendapatkan tanda-tanda kebangkrutan tersebut, maka pihak manajemen dapat bertindak lebih cepat untuk melakukan


(16)

perubahan-perubahan dalam perusahaan ataupun perbaikan yang memang diperlukan untuk mencegah kebangkrutan itu terjadi. Pihak kreditur juga dalam memberi kredit dapat lebih berhati-hati jangan terjadi penambahan NPL ( non-performing loan).

Untuk memprediksi kebangkrutan , terdapat beberapa model yang sudah dikembangkan oleh para ahli antara lain adalah model Beaver (1966), Altman (1968), Springate (1978), Ohlson (1980), dan Zmijewski (1983) dan CHS model (2010).

Dari semua model tersebut,salah satu model yang paling terkenal dan paling sering digunakan adalah metode Altman Z-Score. Model Altman Z-score merupakan salah satu model analisis multivariate yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan tingkat ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya. Model ini dikembangkan oleh seorang asisten profesor di New York University Edward I. Altman pada tahun 1968. Penelitiannya didasarkan pada perusahaan manufaktur yang terbuka (66 perusahaan dan setengahnya sudah melaporkan kebangkrutan). Altman menghitung 22 rasio keuangan pada semua perusahaan tersebut dan menggunakan analisis Diskriminan berganda ( Multiple Discriminant Analysis) untuk memlilih rasio-rasio keuangan yang paling tepat untuk membedakan perusahaan sehat dan perusahaan yang bangkrut. Berdasarkan hasil pengujian pertamanya, model terseut memiliki tingkat keakuratan hingga 72% dalam memprediksi kebangkrutan 2 tahun sebelum kebangkrutan terjadi dan pada


(17)

pengujian-pengujian berikutnya hingga tahun 1990 oleh berbagai peneliti menunjukan Altman Z-Score memiliki tingkat keakuratan hingga 80-90% dalam memprediksi kebangkrutan 1 tahun sebelum kebangkrutan terjadi.

Dalam modelnya, Altman menggunakan 5 jenis rasio keuangan yaitu working capital to total aset , retained earning total asset, earning before interest and taxes to total asset, market value of equity to book value of total debts, dan sales to total asset.

Z = 1.2T1 + 1.4T2 + 3.3T3 + 0.6T4 + 0.999T5.

Rumus diatas adalah rumus awal yang dirumuskan oleh Altman, namun seiring dengan berjalannya waktu , Altman akhirnya mengembangkan modelnya sehingga model ini tidak hanya digunakan oleh perusahaan manufaktur yang go public namun juga dapat diterapkan dalam perusahaan swasta maupun perusahaan non-manufaktur. Beberapa perkembangan model yang dibuat oleh altman untuk perusahaan non-manufaktur adalah sebagai berikut :

Z = 6.56T1 + 3.26T2 + 6.72T3 + 1.05T4

Sementara untuk perusahaan swasta Altman merumuskan modelnya sebagai berikut :


(18)

Selain Model Altman Z-Score , model untuk memprediksi kebangkrutan yang lain adalah O-Score. Model yang diciptakan dan dikembangkan oleh James Ohlson pada tahun 1980 ini merupakan salah satu model yang masih digunakan oleh para analis. O-Score masih sering dibahas pada beberapa literatur dan merupakan salah satu model yang dikembangkan dengan menggunakan metode regresi Logistik, sebuah metode statistik yang digunakan untuk prediksi probabilitas kejadian suatu peristiwa dengan mencocokan dengan data pada fungsi kurva logistik. Model O-Score ini memiliki kesamaan dengan Z-Score yang menggunakan berbagai macam rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan. Dalam pengembanganya, Ohslon menggunakan sampel yang jauh lebih banyak dibandingkan yang digunakan oleh Altman. Ohlson menggunakan hampir 2000 sampel dan menghasilkan 9 variabel yang digunakan untuk meningkatan keakuratan model ini untuk memprediksi kebangkrutan dari suatu perusahaan. 9 variabel yang dihasilkan antara lain adalah Ukuran perusahaan ( Size), Levergae measure, Working Capital, Inverse current ratio, discontinuity correction for leverage measure, return on assets, fund to debt ratio, discontinuity correction for return on assets, change in net income

( Sumbe


(19)

O = -1.32 - 0.407x1 - 6.03x2 - 1.43x3 - 0.0757x4

- 2.37x5 - 1.83x6 - 0.285x7 - 1.72x8 - 0.521x9

Hasil dari perhitungan model itu kemudian di ubah kedalam bentuk probabilitas untuk menunjukan tingkat kemungkinan kebangkrutan itu terjadi. Sebuah penelitian pada tahun 2007 dari universitas Marquette menunjukan bahwa O-Score memiliki tingkat keakuratan hingga 96% (Sumber : Beberapa penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Mani Shehni Karamzadeh pada tahun 2012 yang berjudul “Application and comparison of Altman and Ohlson Model to Predict Bankrupcty of Companies” menunjukan bahwa Altman memiliki hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan Model Ohlson. Beliau menggunakan sampel yang terdiri dari 90 perusahaan yang tercatat di Iran Stock Exchange dimana 45 perusahaan diantaranya sudah melaporkan kebangkrutan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Altman memiliki tingkat keakuratan untuk memprediksi kebangkrutan 1 tahun sebelum terjadi adalah sebesar 74,4 % sementara Ohlson hanya sebesar 53,3%. Sementara itu pada penelitian lain yang dilakukan oleh Dr.Yin Wang,CPA dalam penelitiannya yang berjudul “Financial Ratios and the Prediction of Bankruptcy : The Ohlson Model applied to Chinese publicly Traded Companies” pada tahun 2010 justru menunjukan bahwa Ohlson memiliki tingkat keakuratan hingga 95%. Kedua penelitian ini menunjukan hasil yang cukup berbeda jauh daripada penelitian yang


(20)

dilakukan sebelumnya oleh Mani. Hal ini menjadi salah satu hal yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

Selain itu Altman Z-score sebagai salah satu model yang masih menjadi favorit dikalangan para analis menurut beberapa penelitian hanya memiliki tingkat keakuratan mendekati 70-80%. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sanoba Anjum berjudul “ Business Bankruptcy Prediciton Models : A Significant study of the Altman’s Z – Score model” yang diterbutkan pada Asian Journal of Management Research pada tahun 2012 menunjukan bahwa untuk keadaan ekonomi global seperti saat ini. Model Altman Z-Score masih cocok untuk digunakan dalam memprediksi kesulitan keuangan dan kebangkrutan 2-3 tahun sebelum terjadinya kebangkrutan. Sanoba menguji 3 model Altman yang dikembangkan secara bersamaan dan ketiga menunjukan tingkat keakuratan yang sama. Sehingga menurutnya Altman masih menjadi prediktor yang tepat untuk digunakan.

Melalui hal-hal yg disebutkan diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap perusahan PLN dengan menggunakan 2 model tersebut karena berdasarkan berbagai macam penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa model Altman Z-Score dan juga model O-Score memiliki tingkat keakuratan yang baik. selain itu hal yang membuat penulis memilih perusahaan PLN adalah penyataan dari Nur Padmudji, direktur Utama PT.PLN (Persero) pada bulan juni 2013 yang secara tegas mengatakan bahwa ditakutkan PT.PLN akan bangkrut dikarenakan jumlah utang ) PLN yang sudah mencapai angka Rp. 210 triliun


(21)

ini terutama di wilayah Sumatera Utara sering terjadi pemadaman listrik oleh PT.PLN.

Berdasarkan gambaran dan uraian diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan pada PT.PLN dengan judul “ Analisa perbandingan Model Prediksi kebangkrutan dengan menggunakan model Z-Score dan O-Score pada laporan Keuangan PT.PLN (Persero)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah Z-Score memiliki kesimpulan yang sama dengan O-Score dalam

memprediksi kebangkrutan

2. Apakah PT.PLN masuk dalam zona bangkrut dalam perhitungan Altman Z-Score dan O-Z-Score

3. Apakah jumlah Utang PLN akan mempengaruhi Perhitungan O-Score

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah hasil perhitungan O-Score memiliki kesimpulan yang sama dengan Z- Score dalam memprediksi kebangkrutan

2. Untuk mengetahui apakah PT.PLN masuk dalam zona bangkrut dalam perhitungan Altman Z-Score dan O-Score


(22)

3. Untuk mengetahui apakah Jumlah utang PLN akan mempengaruhi perhitungan O-score

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai model prediksi kebangkrutan Altman Z-Score dan O-Score

2. Bagi Perusahaan , untuk informasi tambahan sekaligus masukan untuk mengetahui kondisi perusahaan serta melihat potensi kebangkrutan yang mungkin muncul dari hasil perhitungan kedua model prediksi ini.

3. Bagi Peneliti selanjutnya, sebagai referensi serta dasar pemikiran untuk penelitian mengenai kedua model ini.


(23)

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1Tinjauan Teoritis

2.1.1. Laporan Keuangan

Stakeholder dalam melakukan investasi ataupun dalam membuat keputusan membutuhkan informasi yang lengkap mengenai kondisi suatu perusahaan. Informasi tersebut disusun dan disajikan oleh perusahaan dalam bentuk neraca, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan modal dan laporan arus kas serta catatan atas laporan keuangan. Informasi tersebut sangat diperlukan oleh perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar di bursa efek dalam persiapannya untuk melakukan penawaran umum karena salah satu syarat perusahaan yang go public adalah harus menyerahkan laporan keuangannya selama dua tahun terakhir yang sudah diperiksa oleh akuntan publik. Oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk menyusun laporang keuangan yang baik dan benar apabila suatu perusahaan ingin go public. Kemampuan perusahaan-perusahaan dalam memberikan informasi keuangan yang akurat dan tepat waktu memiliki dampak terhadap stakeholder bisnis itu sendiri. Penyusunan laporan keuangan yang baik memerlukan pengetahuan dan ketrampilan akuntansi yang baik. Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat


(24)

digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan dalam suatu perusahaan mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( 2010:2), Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahaan harga.

Menurut PSAK no.1 (2009), laporan keuangan adalah suau penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.

Menurut Harahap (2007:19), laporan keuangan dalam suatu perusahaan sebenarnya merupakan output dari proses atau siklus akuntansi dalam suatu kesatuan akuntansi usaha, dimana, proses akuntansi meliputi kegiatan-kegiatan :

1. Mengumpulkan bukti-bukti transaksi 2. Mencatat transaksi dalam jurnal

3. Memposting dalam buku besar dan membuat kertas kerja 4. Menyusun laporan keuanga


(25)

Menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2011), akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang dapat mengindentifikasiakan, mencatat, dan mengkomunikasikan transaksi-transaksi ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak-pihak yang berkenptingan

Menurut IAI (2007:4) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan , yang meliputi laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan dan menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.Menurut Subramanyam dan Wild (2012:18) laporan keuangan perusahaan juga menginformasikan empat aktivitas utama perusahaan yaitu perencanaan, pendanaan, investasi dan operasi. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari akuntansi yang didalamnya terdiri dari laporan neraca yang mengambarkan jumlah aset beserta kewajiban dan ekuitas , laporan laba rugi yang memperlihatkan pendapatan yang dihasilkan oleh perusahan beserta


(26)

beban-beban yang terjadi, laporan perubahan posisi keuangan dan laporan lain yang mengambarkan kondisi keuangan dari suatu perusahaan serta menginformasikan empat aktivitas utama perusahaan yaitu perencanaan,pendanaan, investasi dan operasi dalam jangka waktu tertentu.

2.1.2. Tujuan laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan output atau hasil akhir dari sebuah proses akuntansi. Penyajian laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi kuantitatif mengenai kondisi keuangan perusahaan pada periode waktu tertentu. Dalam mengambil keputusan ataupun membuat suatu kebijakan pihak manajemen internal maupun eksternal menggunakan laporan keuangan sebagai dasar mereka untuk membuat keputusan . secara umum tujuan laporan keuangan adalah :

• Untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, hasil usaha, aliran keluar masuknya kas, serta perubahan posisi keuangan

• Untuk memberikna informasi yang dapat digunakan sebagai alat estimasi prospek dan potensi perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan

• Untung mengungkapkan sejauh mungkin informasi yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan bagi pemakai laporan keuangan, misalnya kebijakan akutansi yang digunakan perusahaan dalam penyajian laporan keuangan


(27)

Menurut IAI (2007 : 3) , Tujuan akuntansi dan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

a. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan

b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba

c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam

aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi

e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan

Menurut Financial Accounting standard Board (FASB) tahun 2009, untuk tujuan bisnis, laporan keuangan memiliki tujuan :

a. Untuk menyediakan informasi keuangan yang berfungsi untuk membuat keputusan investasi dan kredit

b. Untuk menyediakan informasi keuangan yang dapat dimengerti dan dapat digunakan untuk menilai arus kas di masa yang akan datang

c. Untuk menyedakan informasi keuangan yang berhubungan dengan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dan perubahan yang terjadi di dalamnya

menurut A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) dalam Harahap (2000 : 6), merumuskan empat tujuan laporan keuangan sebagai berikut :

• Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaan yang terbatas dan untuk menetapkan tujuan

• Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya


(28)

• Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan

• Membantu fungsi dan pengawasan sosial

Dalam SAK No. 1 dituliskan bahwa ltujuan laporan keuangan adalah Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahaan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan, sedangkan menurut APB Statement no.4 tujuan laporan keuangan digolongkan sebagai berikut :

a. Tujuan Khusus

Tujuanya untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP b. Tujuan Umum

Tujuan umum dari laporan keuangan adalah memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi, dan kewajiban perusahaan: memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba; menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba, mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan.

c. Tujuan Kualitatif

Tujuan kualitatif menurut APB Statement No.4 adalah sebagai berikut :


(29)

Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan

• Understandability

Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya

• Verifiability

Hasil akuntasi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama

• Neutrality

Laporan akuntansi itu netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan

• Timeliness

Laporan akuntasi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat

• Comparability

Informasi akuntasi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain

• Completeness

informasi akuntasi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai


(30)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002;4) tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam hal pengambilan keputusan ekonomi

b. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebahagian besar pemakai. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan

c. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya

Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggung jawaban manajemen, berbuat demikian agar mereka dapat membaut keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin mencakup misalnya keputusan untuk menahan atua menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen


(31)

2.1.3. Manfaat laporan keuangan

Sebagaimana telah dikemukakan diatas, bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang didalamnya berisi informasi kualitatif tentang kondisi keuangan perusahan. Dikarenakan laporan keuangan berisi informasi ini, maka pihak eksternal maupun pihak-pihak internal perusahan sering menggunakan laporan keuangan sebagai dasar bagi mereka untuk mengambil keputusan. Beberapa pihak yang berkepentingan atau memanfaatkan laporan keuangan antara lain adalah sebagai berikut :

• Pihak Manajemen

Bagi pihak manajemen, laporan keuangan merupakan saran untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Dalam hal ini , dapat dikatakan bahwa manajer adalah orang yang sangat berperan dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. selain itu melalui laporan keuangan maka manajer juga dapat menetapkan rencana , target serta anggaran untuk periode yang akan datang, pengambilan keputusan, dan untuk mengendalikan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Selain sebagai alat untuk mengambil keputusan laporan keuangan juga menjadi dasar yang digunakan oleh manajer untuk melakukan analisis keuangan untuk melihat


(32)

bagaimana kinerja keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu.

• Pemegang saham atau pemilik perusahaan

Bagi pemegang saham, laporan keuangan merupakan alat untuk mengetahui kinerja perusahaan. Dengan mengetahui kinerja dari suatu perusahaan maka para pemegang saham dapat yakin dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahan dan sekaligus menilai kemampuan manajemen serta dapat menjadi acuan untuk mengambil keputusan investasi-investasi dimasa yang akan datang. Tentunya pemegang saham berharap agar laporan keuangan menunjukan hasil yang positif sehingga dapat memperoleh keuntungan yang sepadan dengan nilai yang telah mereka invetasikan dan sekaligus menilai apakah aman untuk berinvestasi di suatu perusahaan

• Kreditor

Bagi pihak kreditor , laporan keuangan mempunyai arti penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban-kewajibannya beserta bunga. Dalam memberikan kredit, kreditor juga perlu melakukan analisis dan mempelajari kemampuan keuangan perusahaan pemohon kredit diperiode yang lalu, saat ini dan prediksi periode yang akan datang. Kreditor tidak


(33)

boleh secara mudah memberikan kredit pinjaman kepada perusahan pemohon tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Bagi kreditor NPL (non-performing Loan) adalah yang tidak baik oleh karena itu mereka harus berhati-hati dalam memberikan kredit. Itulah mengapa kreditor harus melihat kinerja keuangan suatu perusahaan dan untuk melakukan itu mereka memerlukan laporan keuangan sebagai dasar untuk mengambil keputusan apakah akan memberikan kredit atau menolak untuk memberikan kredit.

• Calon investor

Bagi para calon investor, laporan keuangan dapat digunakan untuk mencari informasi yang berhubungan dengan tujuan mereka yaitu mencari keuntungan dari dana yang akan mereka tanamkan dalam rangka investasi, apabila perusahan dapat memberikan harapan yang menarik, maka kemungkinan besar investor akan menanamkan modalnya. Selain itu melalui laporan keuangan para calon investor juga dapat melihat apakah suatu perusahaan memiliki prospek yang bagus dan dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama

• Pemerintah

Bagi pihak pemerintah, laporan keuangan penting dalam rangka untuk pendapatan negara dalam hal pajak. Pajak perusahaan dinilai


(34)

berdasarkan jumlah laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan dalam laporan keuanganya. Melalui laporan keuangan maka perusahaan dapat mengetahui besarnya pajak yang harus disetorkan oleh perusahaan ke kas negara. Selain itu bagi perusahaan-perusahaan yang ingin go public, laporan keuangan harus diajukan kepada BAPEPAM (badan pengawas pasar modal) untuk mendapatkan persetujuan

• Karyawan & serikat pekerja

Bagi karyawan, laporan keuangan yang bernilai positif akan menjamin penghasilan yang memadai, jaminan kesehatan dan jaminan kesehatan yang baik. untuk itu karyawan akan semakin termotivasi untuk memberikan kontribusi yang tinggi kepada perusahaan. Sedangkan untuk pihak serikat pekerja, melalui laporan keuangan mereka dapat menuntut hak-hak para pekerja apabila perusahaan mendapatkan keuntungan sehingga hal ini akan semakin membuat karyawan untuk memberikan kontribusi yang lebih baik lagi.

2.1.4 karakteristik laporan keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5-8), laporan keuangan yang berguna bagi pemakai informasi bahwa harus terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu :


(35)

1. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai.untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntasi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.

2. Relevan

Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegasan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory)

berkaitan satu sama lain. misalnya informasi struktur dan besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (Confirmatoru role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan atau hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan penampilan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya nilai prediktif laporan laba-rugi dapat ditingkatkan kalau akun-akun penghasilan atau badan yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.


(36)

3. Keandalan

Informasi juga hars andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaaan infromasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya jika tindakan hukum masih dipersengkatakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.

4. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antara perisode untuk mengidentifikasikan kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan, transaksi, dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan bersangkutan, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

2.1.5. keterbatasan laporan keuangan

Menurut Munawir (2010:9), keterbatasan laporan keuangan antara lain:

1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report ( laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan buka merupakan laporan yang final


(37)

2. Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatanya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah

3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli uang tersebut menurun, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga knaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan harga-harga

4. Laporan keuangan tidak mencerminkan berbagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang

2.1.6 Komponen laporan keuangan

Laporan keuangan terdiri dari beberapa komponen seperti neraca , laporan laba rugi , laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai komponen-komponen yang telah disebutkan diatas.


(38)

Neraca atau laporan posisi keuangan (balance sheet atau statement of financial position) adalah bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas (Wikipedia).

 Aset / aktiva

Aset adalah harta yang dimiliki perusahaan atau nilai dari sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan. Aset sendiri terbagi kedalam beberapa beberapa kategori antara lain seperti :

 aset lancar yaitu aset yang manfaatnya ekonominya diharapkan akan diperoleh dalam waktu satu atau kurang seperti kas , setara kas , piutang , persediaan, investasi jangka pendek , beban dibayar dimuka)

 aset tetap yaitu aset yang memiliki substansi (wujud) fisik dan digunakan untuk operasi normal perusahaan ( bukan untuk dijual) dan memberikan manfaat ekonomi lebihd ari satu tahun. seperti bangunan, kendaraan bermotor, furnitur, peralatan, mesin produksi dll)


(39)

 aset tidak berwujud yaitu aset yang tidak memiliki substansi fisik dan biasanya dalam bentuk hak istimewa yang memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan biasanya lebih dari satu tahun seperti hak paten , goodwill dan royalti.

 aset lain-lain yaitu aktiva yang tidak dimasukan ke dalam salah satu dari pembagian aset diatas seperti biaya pra-operasi, pabrik yang sedang dibangun dll.

 Liabilitas / Kewajiban adalah

atau pelayanan yang harus dilakukan pada masa datang pada pihak lain. Liabilitas dapat diklasifikasikan lagi menjadi 2 yaitu :

 Liabilitas lancar atau hutang jangka pendek Yaitu kewajiban yang jatuh temponya atau pelunasannya dalam krun waktu kurang dari satu tahun. Yang termasuk kedalam htang lancar adalah hutang dagang, hutang wesel, hutang pajajak, hutang biaya ( biaya yang masih harus dibayar).


(40)

Adalah kewajiban yang akan dilunasi dalam jangka waktu lebihd ari satu tahun. Yang termasuk dalam liabilitas jangka panjang adalah hutang obligasi, pinjaman jangka panjang dll.  Ekuitas

Ekuitas / modal adalah hak pemilik atas aktiva perusahaan yang merupakan kekayaan bersih ( jumlah aktiva dikurangi kewajiban). Ekuitas terdiri dari setoran pemilik dan sisa laba yang ditahan ( retained earnings)

• Laporan laba rugi komprehensif

Menurut Munawir (2010:26) laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut :

1. Bagian yang pertama menunjukan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan ( penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang yang dijual sehingga diperoleh laba kotor. 2. Bagian kedua menunjukan beban-beban operasional yang


(41)

3. Bagian ketiga menunjukan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan beban-beban yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan

4. Bagian keempat menunjukan laba atau rugi yang insidentil ( Extraordinary) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan

Tujuan pokok laporan laba rugi komphrehensif adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Menurut IAI (2009), laporan laba rugi komprehensif minimal mencakup pos-pos berikut dalam satu periode :

a. Pendapatan b. Biaya keuangan

c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint venture yang dicatat dengan metode ekuitas

d. Beban pajak

e. Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan keuntungan setelah pajak diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk


(42)

menjual atau dari pelepasan aset dalam rangka operasi yang dihentikan

f. Laba rugi

g. Total laba rugi komprhensif

Laporan laba rugi pada umumnya terdiri dari 2 bentuk yaitu a. Bentuk single step

Bentuk laporan keuangan ini menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya menjadi satu kelompok sehingga untuk menghitung laba rugi bersih hanya memerlukan satu langkah saja

b. Bentuk multiple step

Komponen-komponen perhitungan laba rugi disajikan secara lebih terperinci sesuai dengan prinsip penyusunan laba rugi sehingga memberikan informasi yang lebih lengkap untuk kepentingan analisis laporan keuangan

• Laporan perubahan ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih dari kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahaan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan. Menurut IAI 2009, :


(43)

a. Total laba atau rugi bersih selama suatu peride yang menunjukan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan pengendali

b. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif yang diakui oleh PSAK 25

c. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari

 Laba rugi

 Masing-masing pendapatan komprehensif lain, dan  Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik, yang menunjukan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian

• Laporan arus kas

Laporan arus kas adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntasi yang


(44)

menunjukan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu:

a. Aktivitas operasi, berupa penerimaan / pengeluaran uang yang didapat dari jual/beli barang atau jasa, juga pembayaran kas untuk pemasok, karyawan, dll.

b. Aktivitas investasi, berupa penerimaan / pengeluaran uang dari komponen yang dianggap sebagai unsur investas. Unsur yang dianggap investasi biasanya kegiatan keuangan lain guna mendapatkan imbal balik baik langsung atau tidak langsung. Kegiatan investasi misalnya pembelian tanah, pembangunan pabrik, atau juga penyertaan modal di perusahaan lain

c. Aktivitas pendanaa, berupa penerimaan / pengeluaran uang dari komponen yang dianggap sebagai pendanaan ( financing) Manfaat laporan arus kas antara lain adalah :

a. Sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya

b. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan

c. Laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan


(45)

bersih / ekuitas dana suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah ( termasuk likuiditas dan solvabilitas)

• Catatan atas laporan keuangan

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah ( apabila disajikan). Laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.

Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (IAI, 2009) : a. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan

keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting

b. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan

c. Memberikan informasi yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.


(46)

2.1.7 Analisis laporan keuangan

Menurut Munawir (2010:35), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkuat. Menurut Harahap (2009:190), analisis lapoaran keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebihd alam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat, Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian ( 2001:37), analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarkan merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan disama lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan proses menelaah informasi-informasi keuangan untuk memahami posisi serta kondisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan antara data-data keuangan dalam suatu laporan keuangan, dengan kata lain analisis laporan keuangan dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.


(47)

Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk mengambil keputusan-keputusan manajemen, seperti :

• Melanjutkan atau tidak melanjutkan operasional suatu usaha atau bagian dari suatu usaha

• Melakukan pembuatan atau pembelian bahan baku dalam proses produksi

• Melakukan pembelian atau menyewa mesin-mesin produksi

• Melakukan penerbutan saham atau melakukan negosiasi untuk memperoleh pinjaman bank guna meningkatkan modal kerja perseroan

• Berbagai keputusan lainnya yang memungkinkan manajemen melakukan pilihan yang tepat terhadap berbaga alternatif yang ada dalam mengelola perusahaan

Dari sudut lain tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein (1983) adalah sebagai berikut :

1. Screening

Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger

2. Forecasting

Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang


(48)

3. Diagnosis

Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi , keuangan atau masalah lain

4. Evaluation

Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajeme, operasional, efisiensi dan lain-lain.

5. Understanding

Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam Ada beberapa jenis analisa yang dapat digunakan dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan, (Supardi dan Mastuti, 2003 :78) yaitu : 1. Analisis Internal

Analisis internal merupakan analisis yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan yang baisa diumumkan pada pihak diluar perusahaan, analisa ini juga menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja. 2. Analisa eksternal

Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak-pihak diluar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan


(49)

calon kreditur lain yang mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang sifatnya diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan untuk menilai kinerja perusahaan sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut

3. Analisis horizontal ( analisis dinamis)

Analisis horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atua dengan kata lain mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan

4. Analisis vertikal ( Analisis statis)

Analisis vertikal merupakan analisis laporan keuangan yang terbata pada satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu saja

2.1.8 manfaat analisis laporan keuangan

Menurut Harahap (2009:195), kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:


(50)

1. Dapat memberika informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dair laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit)

dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit)

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisiten dalam

hubunganya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi peningkatan.

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan kata lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain :

• Dapat menilai prestasi perusahaan

• Dapat memproyeksi laporan perusahaan

• Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekaran dari aspek waktu tertentu :


(51)

 Hasil usaha perusahaan  Likuiditas

 Solvabilitas  Aktivitas

 Rentabilitas atau profitabilitas  Indikator pasar modal

• Menilai perkembangan dari waktu ke waktu

• Menilai komposisi struktur keuangan arus dana

7. Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis

2.1.9 Tujuan analisis laporan keuangan

Menurut kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah :

• Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu peridoe tertentu, baik aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode

• Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan


(52)

• Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini

• Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen kedepan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal

• Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai

Menurut munawir (2010 :31), tujuan analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat dipeoleh data yang akan dapat mendukung keputusan yang akan diambil.

2.1.10 Alat-alat analisis laporan keuangan

Menurut Subramanyam dan wild ( 2012 : 34), terdapat 5 (lima) alat penting untuk melakukan analisis keuangan :

1. Analisis laporan keuangan komparatif

Analisis ini dilakukan dengan cara menelaah neraca, laporan laba rugi, atau laporan arus yang berurutan dari satu peridoe ke periode berikutnya. Analisis ini meliputi penelaahan perubahan saldo tiap=tiap akun dari thaun


(53)

ke tahun atau selama beberapa tahun. Informasi terpenting yang didapat dari analisis laporan keuangan komparatif adalah kecenderungan atau tren. Perbandingan laporan selama beberapa peridoe dapat menunjukan arah, kecepatan, dan jangakuan jarak sebuah tren. Analisis komparatif juga membandingkan tren-tren pos-pos yang berkaitan.analisis komparatif juga sering disebut analisis horizontal karena saat kita menelaah laporan komparatif kita menganalisis saldo akun dengan anlisis dari kiri ke kanan ( atau kanan ke kiri). Terdapat dua teknik analisis komparatif yang populer, yaitu :

• Analisis perubahan tahun ke tahun

Perbandingan laporan keuangan selama periode yang relatif pendek ( 2-3 tahun) biasanya dilakukan dengan analisis perubahan tahun ke tahun dalam tiap-tiap pos. Analisis perubahan tahun ke tahun untuk jangka pendek ini dapat ditangani dan dipahami. Analisis ini memiliki keunggulan penyajian perubahan dalam angka absolut maupun persentase.

• Analisis tren angka indeks

Analisis tren angka indeks dilakukan dengan pemilihan tahun dasar untuk seluruh pos, yang biasanya diberi angka indeks 100. Karena tahun dasar menjadi rujukan untuk semua perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun dengan keadaan bisnis normal. Untuk analisis


(54)

tren angka indeks, kita tidak perlu menganalisis setiap pos dalam laporan keuangan, karena kita ingin befokus pada pos yang signifikan. Kita juga harus berhati-hati dalam menggunakan perbandingan tren angka indeks dimana perubahan mungkin disebabkan oleh faktor ekonomi atau industri. Terlebih lagi, interpretasi persentase perubahan, termasuk yang menggunakan serial tren angka indeks, harus dilakukand engan hati-hati terhadap potensi penerapan prinsip akuntansi yang tidak konsisten sepanjang waktu.

2. Analisis laporan keuangan Common-size

Analisis Common-size sering juga disebut analisis vertikal karena evaluasi pos dari atas ke bawah ( atau bawah ke atas) dalam laporan common size. Analisis laporan keuangan common size berguna dalam memahami pembentuk internal laporan keuangan. Sebagai contoh, dalam analisis neraca, analisis common size menekankan pada dua faktor :

• Sumber pendanaan yang termasuk didalamnya distribusi pendanaan antara kewajiban lancar , kewajiban tidak lancar, dan ekuitas

• Komposisi aset termasuk jumlah untuk masing-masing aset lancar dan tidak lancar


(55)

Perbandingan waktu atas laporan keuangan common-size perusahaan bermanfaat untuk mengungkapkan perubahaan proporsional pos dalam kelompok aset, kewajiban, beban dan kategori lainnya. Laporan common-size terutama berguna untuk perbandingan antar perusahaan karena laporan keuangan perusahaan yang berbeda dibuat dalam format common-size. 3. Analisis rasio keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan salah satu analisis keuangan yang paling populer dan banyak digunakan. Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperolah dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut Simamora (2002:357), analisis rasio merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponen-komponen dari laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan atau menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan.

Menurut Riyanto (2010: 329), dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 maca cara pembandingan, yaitu :


(56)

• Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan dapat diketahui perubahan dari angka rasio tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan serta hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.

• Membandingkan rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis untuk waktu yang sama. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan tertentu berada di atas rata industri, berada pada rata atau terletak dibawah rata-rata industri.

Menurut Fahmi (2011:133), untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio, maka diperlukan adanya pembanding. Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam membandingkan rasio keuangan perusahaan yaitu:

• Cross sectional approach, merupakan suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainya yang sejenis pada saat bersamaan


(57)

• Time series analysis, merupakan suatu cara dengan membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari suatu periode ke periode lainnya. Pembanding antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperhatikan apakah perusahaan mengalmai kemajuan atau kemunduran.

Menurut Riyanto (2010 :330), apabila dilihat dari sumber darimana rasio ni dibuat, maka dapat digolongkan dalam 3 golongan yaitu :

• Rasio neraca (Balance sheet ratios), yang digolongkan dalam kategori adalah semua data yang diambil dari atau bersumber dari neraca, misalnya : current ratio, acid test ratio,dll

• Rasio laporan laba-rugi (income statement ratios), yang tergolong dalam kategori ini adalahsemau data yang diambil dari laba-rugi, misalnya Gross profit margin, net operating margin, dll

• Rasio antar laporan (Interstatement ratios), yang tergolong dalam kategori ini adalah semua data yang diambil dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya inventory turnover, account receiveable turnover,dll

Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokan dalam 4 tipe dasar yaitu :


(58)

• Rasio likuditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. Yang termasuk dalam rasio likuiditas antara lain adalah :

 Rasio lancar ( Current Ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dennga menggunakan aktiva lancar

Rasio Lancar = Aktiva lancar / kewajiban lancar

 Rasio cepat (Quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mememhui hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancar diluar persediaan.

Rasio cepat = (aktiva lancar – persediaan) / kewajiban lancar

 Rasio modal kerja terhadap total aktiva ( working capital to total assets ratio) menunjukan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antar aktiva lancar dengan hutan lancar

Rasio modal kerja terhadap total aktiva = (akitva lancar-kewajiban lancar) / total aktiva


(59)

• Rasio aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya. Yang termasuk kedalam rasio aktivitas antara lain adalah :

 Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa waktu yang dieprlukan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai

Rasio periode pengumpulan piutang = ( piutang x 360 hari) / penjualan kredit

 Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya

Rasio tingkat perputaran piutang = penjualan kredit / piutang

 Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukan tingkat efektifitas manajemen persediaan, yaitu menunjukan lamanya dana tertanam dalam persediaan

Rasio tingkat perputaran persediaan = harga pokok penjualan / rata-rata persediaan

 Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukan sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya.


(60)

Semakin tinggi rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya

Rasio tingkat perputaran aktiva tetap = penjualan / aktiva tetap

• Rasio Leverage, rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang untuk menjalani kegiataan operasinya. Yang termasuk dalam rasio leverage antara lain adalah :

 Rasio hutang ( debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya

Rasio hutang = total hutang / total aktiva

 Rasio kewajiban terhadap modal ( debt to equity ratio) menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri

Rasio kewajiban terhadap modal = total hutang / total modal sendiri

 Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban bunga


(61)

Time interest earned ratio = laba operasi / beban bunga per tahun

 Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar

Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva = hutang lancar / total aktiva

 Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban tidak lancar

Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva = hutang tidak lancar / total aktiva

• Rasio rentabilitas/ profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas adalah :

 Margin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan


(62)

 Marjin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan

Marjin laba usaha = laba usaha / penjualan bersih

 Marjin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan

Marjin laba bersih = laba bersih setelah pajak / penjualan bersih

 Return on investment mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan

ROI = EBIT / total aktiva

 Return on assets mencerminkan kemampuan manajemen dalam menggunakan aset yang tersedia seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan

Laba bersih setelah pajak / total aktiva ) x 100%

 Return on equity digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian kepada pemegang saham biasa. Rasio ini digunakan untuk mengukur bagaimana manajemen


(63)

menghasilkan laba dari modal yang telah diberikan atau diinvetasikan para pemegang saham.

ROE = laba bersih setelah pajak / rata-rata ekuitas

2.1.11 analisis potensi kebangkrutan

Kebangkrutan adalah sebuah status hukum dari seseorang atau organisasi yang tidak mampu membayar hutangnya pada kreditor. Pada umumnya kebangkrutan diputuskan dengan putusan hakim dan biasanya dilaporkan oleh debitor. ketika hutang yang dimiliki oleh sebuah organisasi lebih tinggi dibandingkan nilai asetnya maka kebangkrutan terjadi ( Gitman,1996) . Kesulitan usaha merupakan kondisi kontinum mulai dari kesulitan keuangan yang ringan (seperti masalah likuiditas), sampai pada kesulitan yang lebih serius, yaitu tidak solvabel (utang lebih besar dibandingkan dengan aset). Pada kondisi ini perusahaan praktis bisa diakatakan sudah bangkrut” (Hanafi, 2010:638).

Definisi kebangkrutan lainnya dikemukakan oleh Weston & Copeland (1997:510), bahwa kebangkrutan adalah sebagai suatu kegagalan yang terjadi dalam perusahaan tersebut dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)

Kegagalan dalam arti ekonomis bahwa pendapatan perusahaan tidak mampu lagi menutup biayanya yang berarti bahwa tingkat labanya masih lebih kecil daripada biaya modalnya. Definisi yang berkaitan adalah


(64)

bahwa nilai sekarang dari arus kas perusahaan itu lebih kecil dari kewajibannya

2. Kegagalan keuangan (financial distressed)

Insolvensi memiliki dua bentuk yakni default teknis yang terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih kondisi di dalam ketentuan hutangnya, seperti rasio aktiva lancar dengan hutang lancar yang ditetapkan, serta kegagalan keuangan atau ketidakmampuan teknik yang terjadi apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya pada waktu yang telah ditentukan walaupun harta totalnya melebihi hutangnya

Menurut Hanafi (2003:264) kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat beberapa indikator-indikator sebagai berikut :

1. Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang 2. Analisis strategi perusahaan

3. Struktur biaya relatif terhadap pesaingnya 4. Kualitas manajemen

5. Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya

Menurut Suwarsono (1995), ada beberapa tanda atau indikator manajerial dan operasional yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan antara lain :


(65)

Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis,apalagi jika disaat yang sama banyak perusahaan baru yang memasuki pasar, besarnya perusahaan tertentu menjadi sebab mengecilnya perusahaan lain

2. Indikator internal

Man manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan sikap proaktif, lebih cenderung bersikpa reaktif, dan oleh karena itu baisanya terlambat mengantisipasi perubahan

3. Indikator kombinasi

Seringkali perusahaan yang sakit disesbakan oleh interaksi ancaman yang datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang berasal dari lingkungan perusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya, biasanya membawa akibat yang lebih kompleks dibanding yang disesbakan oleh salah satu saja

Menurut Jauch dan Glueck , faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan adalah :

a. Faktor umum

 Sektor ekonomi

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau


(66)

revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubunganya dengan perdagangan luar negeri

 Sektor sosial

Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat

 Teknologi

Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional

 Sektor pemerintah

Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahan dan industri, pengenaan tarif ekspor dan impor barang berubah,


(67)

kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain

b. Faktor eksternal perusahaan  Faktor pelanggan

Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang untuk menemukan konsume baru dan menghindari menurutnya hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing lain

 Faktor pemasok

Kekuatan terletak pada pemberian pinjaman dan mendapatkan jangka waktu pengembalian hutang yang tergantung kepercayaan kreditor terhadap kelikuiditasan suatu bank

 Faktor pesaing

Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada pelanggang, perusahaan juga jangan melupakan pesaingnya karena jika produk saingan lebih diterima oleh masyarakat maka perusahaan tersebut akan kehilangan nasabah dan mengurangi pendapatan yang diterima.


(68)

informasi tentang prediksi kebangkrutan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi beberapa kalangan. Menurut hanafi ( 2000 :261) informasi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk :

• Pemberi pinjaman

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk pengambilan keputusan siapa yang akan diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk mengambil kebijakan memonitor pinjaman yang ada

• Investor

Saham yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungiinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut

• Pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi jalannya usaha tersebut.pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu dilakukan bisa lebih awal


(69)

• Akuntans

mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan

• Manajemen

Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah preventif sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari atau dapat diminimalisir

2.1.13. Analisis Altman Z-Score

Altman Z-Score merupakan model yang dbuat oleh altman pada tahun 1968 yang dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan sampai dua tahun sebelumnya saatnya tiba. Model ini menggunakan metode multiple discriminant analysis (MDA) dengan menghitung rasio keuangan yang mencakup rasio likuiditas perusahaan seperti rasio lancar, rasio leverage perusahaan seperti rasio hutang terhadap modalnya, rasio profitabilitas seperti rasio laba bersih terhadap modal atau akumulasi laba ditahan, rasio uji pasar dan aktivitas. Model altman Z-score dapat mengklasifikasikan perusahaan kedalam kelompok yang mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk bangkrut atau kelompok perusahaan yang memiliki kemungkinan bangkrut yang rendah. Rumus altman Z-score


(70)

mengalami beberapa perubahaan yang pertama adalah rumus yang digunakan untuk perusahaan manufaktur yang telah go public yaitu Z = 1.2T1 + 1.4T2 + 3.3T3 + 0.6T4 + 0.999T5. Kemudian untuk

perusahaan pribadi, terdapat perubahan pada nilai X4 di mana X4 = book value of equity/liabilities sehingga rumusnya menjadi Z' = 0.717T1 + 0.847T2 + 3.107T3 + 0.420T4 + 0.998T5 dan untuk

perusahaan non-manufaktur rumusnya menjadi Z = 6.56T1 + 3.26T2 +

6.72T3 + 1.05T4.

Dikarenakan pada penelitian ini perusahaan yang digunakan adalah perusahaan non-manufaktur maka rumus yang akan digunakan adalah :

Z = 6.56T1 + 3.26T2 + 6.72T3 + 1.05T4. Keterangan :

T1 = (Current assets – Current liabilities) / total assets

T2 = Retained earning / total assets

T3 = Earning before interest and taxes / total assets

T4 = Market value of equity / total liabilites

Penafsiran dari hasil perhitungan altman Z-score : Z > 2.9 -“Safe” Zone

1.22 < Z < 2.9 -“Grey” Zone Z < 1.22 -“Distress” Zone


(71)

Dalam model analisis Altman Z-score untuk perusahaan non-manufaktur variabel yang digunakan ada sebanyak 4 buah yaitu :

• Working capital to total assets

Rasio pertama yang digunakan adalah rasio modal kerja terhadap total aktiva, ini adalah ukuran bersih pada aktiva lancar perusahaan terhadap modal perusahaan. Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Karakteristik likuiditas benar-benar ditentukan secara jelas karena biasanya sebuah perusahaan yang mengalamikerugian operasi yang terus menerus akan meyusutkan aktiva lancar sehubungan dengan total aktiva. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah

T1 = (Current assets – Current liabilities) / total assets

• Retained earning to total assets

Rasio ini berguna untuk mengukur profitabilitas suatu bisnis tanpa memandang seberapa besar utang dari perusahaan. Usia perusahaan dinyatakan secara implisit dalam rasio ini, sebagai contoh , sebuah perusahaan baru relatif mungkin akan menunjukan rasio laba kumulatifnya. Oleh karena itu, dapat dibuktikan bahwa perusahaan baru nampak berbeda dari analisis ini, dan kesempatan untuk diklasifikasikan dalam golongan bangkrut relatif lebih tinggi darpada perusahaan yang lebih tua. Rumus yang digunakan adalah :


(72)

T2 = Retained earning / total assets

• Earning Before Interest and Taxes To Total Assets

Rasio ini dihitung dangan membagi total aktiva perusahaan dengan penghasilan sebelum bunga dan potongan pajak. Rasio ini merupakan ukuran produktivitas dari aktiva perusahaan yang benar-benar terlepas dari pajak atau faktor leverage. Keadaan bangkrut terjadi saat total kewajiban melebihi penilaian wajar terhadap aktiva perusahaan yang ditentukan oleh kemampuan aktiva dalam menghasilkan laba. Rumus untuk menghitung rasio ini yaitu :

T3 = Earning before interest and taxes / total assets

• Market Value of Equity to Total Liabilities

Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat leverage dari suatu perusahaan. Utang yang terlalu besar akan berbahaya bagi kelangsungan perusahaan, terutama apabila terdapat bunga yang harus dibayar. Dalam rasio ini, modal diukur melalui gabungan nilai pasar dan keseluruhan lembar saham preferen dan biasa. Sementara hutang meliputi hutang lancar dan hutang jangka panjang. Ukuran tersebut menunjukan seberapa banyak aktiva perusahaan dapat menurun nilainya (diukur dari nilai pasar modal ditambah hutang) sebelum kewajiban (hutang) melebihi aktiva dan


(73)

perusahaan menjadi bangkrut. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah :

T4 = Market value of equity / total liabilites

2.1.14 Analisis O-Score

Model yang diciptakan dan dikembangkan oleh James Ohlson pada tahun 1980 ini merupakan salah satu model yang masih digunakan oleh para analis. O-Score masih sering dibahas pada beberapa literatur dan merupakan salah satu model yang dikembangkan dengan menggunakan metode regresi Logistik, sebuah metode statistik yang digunakan untuk prediksi probabilitas kejadian suatu peristiwa dengan mencocokan dengan data pada fungsi kurva logistik. Model O-Score ini memiliki kesamaan dengan Z-Score yang menggunakan berbagai macam rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan. Dalam pengembanganya, Ohslon menggunakan sampel yang jauh lebih banyak dibandingkan yang digunakan oleh Altman. Ohlson menggunakan hampir 2000 sampel dan menghasilkan 9 variabel yang digunakan untuk meningkatan keakuratan model ini untuk memprediksi kebangkrutan dari suatu perusahaan. 9 variabel yang dihasilkan antara lain adalah Ukuran perusahaan ( Size), Levergae measure, Working Capital, Inverse current ratio, discontinuity correction for leverage measure, return on assets, fund to debt ratio, discontinuity correction for return on assets,


(1)

- 121 -

Lampiran 11

Perhitungan discontinuity for return on asset (X11)

Tahun 2009-2012 (dalam jutaan rupiah)

Tahun Net income X11

2009 10.355.679 1

2010 10.086.686 0

2011 5.426.115 0

2012 3.206.524 0

Sumber : diolah peneliti (2014)


(2)

Lampiran 12

Perhitungan change in net income (X12)

Tahun 2009-2012 (dalam jutaan rupiah)

Tahun Net income X12

2009 10.355.679 -11,63

2010 10.086.686 -0,013

2011 5.426.115 -0,300

2012 3.206.524 -0,257


(3)

- 123 -

Lampiran 13

Hasil perhitungan Z –Score Tahun 2009-2012

Tahun T1 T2 T3 T4 Z-Score

2009 -0,02 0,031 0,036 0,733 0,770

2010 -0,02 0,024 0,028 0,583 0,747

2011 -0,01 0,011 0,011 0,453 0,519

2012 -0,01 0,006 0,001 0.386 0,365

Sumber : diolah peneliti (2014)


(4)

Lampiran 14

Hasil perhitungan O-Score Tahun 2009-2012

Tahun X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 O-score P

2009 10,10 0,57 -0,02 1,019 0 0,031 0,12 1 -11,63 -2,359 1,00

2010 10,16 0,65 -0,02 1,237 0 0,024 0,09 0 -0,013 -10,345 1,00

2011 10,19 0,68 -0,01 1,090 0 0,011 0,06 0 -0,300 -10,259 1,03

2012 10,24 0,72 -0,01 1,086 0 0,006 0,05 0 -0,257 -10,528 1,03


(5)

- 125 -

Lampir an 15

(Sumber : Diolah SPSS, 2014)

(Sumber : Diolah SPSS, 2014)

Descriptive Statistics Z-Score

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

WCTTA 4 -,020 -,010 -,01500 ,005774

RETA 4 ,006 ,031 ,01800 ,011518

EBITA 4 ,001 ,036 ,01900 ,015895

METTL 4 ,386 ,853 ,60625 ,222820

Valid N (listwise) 4

Descriptive Statistics O-Score

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Size 4 10,100 10,240 10,17250 ,058523

LM 4 ,570 ,720 ,65500 ,063509

WCTTA 4 10,100 10,240 10,17250 ,058523

ICR 4 1,019 1,237 1,10800 ,091960

DCLM 4 ,000 ,000 ,00000 ,000000

ROA 4 ,006 ,031 ,01800 ,011518

FDR 4 ,050 ,120 ,08000 ,031623

DCROA 4 ,000 1,000 ,25000 ,500000

CINT 4 -11,630 -,013 -3,05000 5,721396

Valid N (listwise) 4


(6)

Lampiran 16

(Sumber : Diolah SPSS, 2014)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 O-Score & Z-Score 4 -,944 ,056

(Sumber : Diolah SPSS, 2014)

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 O-Score Z-Score ,41475 0

,209909 ,104954 ,080739 ,748761 3,952 3 ,029

(Sumber : Diolah SPSS,2014)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 O-Score 1,01500 4 ,017321 ,008660